• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEMIOTIKA ORNAMEN MAKAM PUTROE NAHRISYAH DI DESA KUTA KRUENG KECAMATAN SAMUDERA GEUDONG KABUPATEN ACEH UTARA

SKRIPSI SARJANA

OLEH

VINA SRI WAHYUNI

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

ANALISIS SEMIOTIKA ORNAMEN MAKAM PUTROE NAHRISYAH DESA KUTA KRUENG KECAMATAN SAMUDERA GEUDONG KABUPATEN ACEH UTARA

SKRIPSI SARJANA

OLEH

VINA SRI WAHYUNI 120704031

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)
(4)
(5)

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 01 Maret 2017

Vina Sri Wahyuni 120704031

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah mengajarkan manusia menulis dengan kalam dan memberikan petunjuk untuk membedakan kebenaran dan kebatilan. Tuhan yang telah memberi fitrah dalam diri manusia untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk. Tuhan pula yang memberi balasan kepada manusia sesuai dengan amalnya di dunia.

Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah SWT. curahkan keharibaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa umat-Nya dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan nuansa keimanan dan keislaman. Begitu juga kepada keluarga, para sahabat, para shalihin, dan penerus risalahnya

Alhamdulillah atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya pula skripsi dengan judul “Analisis Semiotika Ornamen Makam Putroe Nahrisyah di Desa Kuta Krueng Kecamatan Samudera Geudong Kabupaten Aceh Utara” dapat diselesaikan penulis. Skripsi adalah tugas akhir yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dan memperoleh gelar S.S pada Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Alhamdulillah skripsi ini terselesaikan dengan baik.

Peneliti sadar bahwasanya skripsi ini masih jauh dari sempurna, terutama karena terbatasnya ilmu pengetahuan dan pengalaman peneliti. Untuk itu, dengan kerendahan hati, peneliti senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca khususnya para peminat bahasa Arab di bidang semiotika.

Medan, 01 Maret 2017

Vina Sri Wahyuni 120704031

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan ridha-Nya skripsi ini dapat diwujudkan. Peneliti menyadari terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan motivasi berbagai pihak, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Yang terhormat Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Yang terhormat Ibu Dra. Pujiati, M.Soc,Sc., Ph.D. selaku Ketua Departemen Sastra Arab dan Ibu Dra. Fauziah, M.A. selaku Sekretaris Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Yang terhormat Ibu Dra. Kacar Ginting, M.A, selaku Dosen Penasehat Akademik.

4. Yang terhormat Ibu Prof. Dra. Pujiati, M.Soc,Sc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Nursukma Suri, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing II yang penuh perhatian telah memberikan motivasi, nasehat, bimbingan dan pengarahan bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat peneliti rampungkan dengan baik.

5. Seluruh Staf Pengajar Departemen Sastra Arab pada khususnya dan Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara pada umumnya yang telah mendidik dan menuangkan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Kepada Abangda Andika selaku Staf Administrasi Departemen Sastra Arab yang sudah banyak membantu penulis dalam hal administrasi.

7. Kepada Ibu Dra.Kacar Ginting, M.A. dan Ibu Dra. Khairawati, M.A., Ph.D.

selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat peneliti rampungkan dengan baik.

8. Kepada Ibu Laila Abdul Jalil S.S, M.A. selaku penasehat sekaligus pembimbing saat peneliti di Aceh dalam menyelesaikan penelitian ini mulai

(9)

dari penyelesaian proposal hingga skripsi sekaligus yang telah bersedia menjadi salah satu narasumber dalam penelitian peneliti..

9. Kepada Bapak Ramlan Yunus dan Bapak Nidang yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini dan menjadi salah satu narasumber dalam penelitian peneliti.

10. Kepada yang tercinta dan tersayang Ayahanda Mardani Usman dan Ibunda Sri Hartati yang menjadi orangtua sekaligus sahabat terbaik. Terima kasih yang tak terhingga atas doa, semangat dan kasih sayang Ayah dan Mamak, dengan pengorbanan dan ketulusan mendidik dan mendampingi peneliti serta senantiasa memberikan dukungan moril maupun materil, semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan rid ho-Nya kepada keduan ya.

11. Kepada keluarga besar tercinta Bapak Syafruddin dan Ibunda Nurlaili beserta kakak dan abang yang senantiasa sabar memberi motivasi, arahan, dan semangat buat peneliti sampai penelitian ini selesai.

12. Kepada Abangku tersayang; Dani Sri Yendi, Gilang Sitompul, Arif Lazuardi Rahman dan kakakku Chairunnisa, Popon, Agus Sriyanti beserta kakak dan abang sepupu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namanya yang selalu memberi motivasi tak terhingga kepada peneliti. Teruntuk Adikku tercinta Sri Suharlin agar senantiasa selalu menjadi anak soleha buat orantua kita dan berguna bagi agama dan bangsa.

13. Kepada yang terkhusus Bapak Ismail Munthe selaku manager peneliti , Bapak Arjuna Sembiring, Bapak Bakri, Abangda Marah Rusli, Abangda Zulkifli Munthe, Abangda Syahrul Maradona, Abangda Darma Afriadi, dan teman-teman kerja yang tak dapat peneliti sebutkan satu persatu telah setia memberi motivasi dan doa kepada peneliti sehingga penelitian ini selesai.

14. Para Alumni, Senioren, rekan-rekan serta adik-adik yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Ilmu Budaya USU, yang memberikan warna hidup tersendiri di kampus. Semoga IMBA tetap maju dan berjaya.

15. Kepada yang tersayang Anis Mastari Caniago, Joko Afrianto, Rabi‟ah Linaul Bahri, Ghandara, Rapita Angkat, dan Nurul Zarina, terima kasih karena kalian pernah memberi semangat dan motivasi ampuh untuk peneliti. Peneliti

(10)

tidak akan pernah lupa tentang kebersamaan yang sempat dilalui bersama;

baik suka maupun duka. Karena kita adalah keluarga tanpa hubungan darah.

Susah senang pernah bersama. Semoga kita menjadi pribadi yang selalu dirindukan dan diridhai Allah SWT dan termasuk kategori orang-orang yang beruntung. Aaamiin Yaa Rabbal „alamin.

16. Keluarga Besar Sastra Arab angkatan 2012 (Weni, Maskolo, Anfa, Jidah, Fahmi, Elfi, Nindi, Agung, Hanafi, Amel, Faris, Hilmi, Asril, Diah, Sabrina, Lena, Susi, Ade, Putri, Debby, Ica, Lia, Nimas, Udin dan Hadjrul).

17. Tak lupa pula adik-adik angkatan 2014 sampai 2016 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu namanya yang telah memberikan semangat peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

18. Kepada Abangda Munawir dan Fadda Helmi dengan kebaikan hatinya membantu peneliti mencari dan meminjam buku dari perpustakaan; mulai dari perpustakaan USU, Perpustakaan UNIMED hingga ke Perpustakaan UINSU, dan membantu peneliti dalam proses penyelesaian skripsi sampai diselesaikan dengan baik serta selalu memberi semangat disaat peneliti merasa jenuh.

19. Kepada sahabatku, Ade Alfirahmah Sinaga dan Abangda Junaidi, terima kasih atas do‟a dan dukungannya. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung dan dirindukan.

20. Kepada seluruh pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya. Kepada semuanya, peneliti berterima kasih semoga bantuannya menjadi amalan yang diridhoi oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda. Amin ya rabbal „alamin.

Medan, 01 Maret 2017 Peneliti,

Vina Sri Wahyuni 120704031

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... vii

ABSTRAK ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Penelitian Terdahulu ... 6

2.2. Pengertian Ornamen ... 7

2.3. Gaya Ornamen ... 8

2.4. Ragam Hias Ornamen ... 15

2.5. Fungsi Ornamen ... 19

2.6. Pengertian Semiotika ... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1. Lokasi Penelitian ... 29

3.2. Waktu Penelitian ... 29

3.3. Metode Penelitian ... 29

3.4. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.5. Teknik Analisis Data ... 31

3.6. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 32

(12)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Deskripsi Makam Putroe Nahrisyah ... 33

4.2. Analisis Gaya dan Ragam Ornamen pada Makam Putroe Nahrisyah ... 37

4.3.Analisis Makna Denotatif dan Makna Konotatif Ornamen pada Makam Putroe Nahrisyah ... 41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1. Kesimpulan ... 46

5.2. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN I. GAMBAR

LAMPIRAN II. PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN III. DATA INFORMAN

(13)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab- Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

Alif - Tidak dilambangkan

ب

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

Sa es (dengan titik di atas)

ج

Jim J Je

ح

Ha Ha (dengan titik di bawah)

خ

Kha Kh Ka dan ha

د

Dal D De

ذ

Zal Ż Zet (dengan titik di atas)

ر

Ra R Er

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy Es dan ye

ص

Sad

Es (dengan titik di bawah)

ض

Dad de (dengan titik dibawah)

ط

Ta te (dengan titik di bawah)

ظ

Za zet (dengan titik di bawah)

(14)

ع

`ain Koma terbalik (di atas)

غ

Gain G Ge

ف

Fa F Ef

ق

Qaf Q Ki

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

م

Mim M Em

ن

Nun N En

و

Waw W We

ه

Ha H Ha

ء

Hamzah ` Apostrof

ي

Ya Y Ye

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.

Contoh

: ةملسم

ditulis Musallamah.

C. Tā`marbutah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.

Contoh :

ةيملاسإ

ditulis Islāmiyyah.

2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh :

ةمركملا ةكم

ditulis Makkatul Mukarrmah.

(15)

D. Vokal Pendek

fathah ditulis a, contoh :

بنك

ditulis kataba kasrah ditulis i, contoh :

بسح

ditulis ḥasiba dammah ditulis u, contoh :

نسح

ditulis ḥasuna

E. Vokal Panjang

a panjang ditulis ā, contoh :

ءاج

ditulis ja ā i pajang ditulis ī, contoh :

ميلع

ditulis „al īmun u panjang ditulis ū, contoh :

بويع

ditulis „uy ūbun

F. Vokal Rangkap

Vokal rangkap

ي

(Fathah dan ya) ditulis ai Contoh :

ةليل

ditulis lailatun

Vokal rangkap

و

(Fathah dan waw) ditulis au Contoh :

نول

ditulis launun

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata Dipisah dengan apostrof (`)

متنأأ

ditulis a`antum

H. Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-

باتكلا

ditulis Al-kit ābu

2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.

ةداهشلا

ditulis as-syahādah I. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.

(16)

J. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.

Contoh :

ملاسلإا خيش

ditulis Syaikh al-Islām atau Syaikhul-Islam

(17)

ABSTRAK

Vina Sri Wahyuni. 2017. Analisis Semiotika Ornamen Makam Putroe Nahrisyah di Desa Kuta Krueng Kecamatan Samudera Geudong Kabupaten Aceh Utara.

Prodi Bahasa Arab, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini membahas tentang ornamen yang ada pada makam Putroe Nahrisyah melalui pendekatan semiotika menggunakan teori semiotika oleh Roland Barthes (1968).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya dan ragam ornamen serta untuk mengetahui makna. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 3 gaya ornamen pada makam Putroe Nahrisyah , yaitu gaya ornamen dunia muslim, gaya ornamen India, dan gaya ornamen Persia. Kemudian terdapat 2 ragam ornamen, yaitu ragam ornamen motif floralis dan ragam ornamen motif geometris.

Kata Kunci: Semiotika, ornamen, denotatif, konotatif.

(18)

تٌزقلا ك احو عٌوزك تقطٌولا ىود اردووط

دوٍك و غ شزعلا ىلع تٌاصو

خٍجا .تٍلاوشلا

تٍبزعلا يدوزب ا ةزطوط تعهاجب تفقثلا مولع تٍلكب

ل تٍلاوش . فوزدس يع تثدابلا جطاذب

سوه ازلا جٌاذً يه اك ثووٍط ( )

( ضٍط ر ابدًلاور 8691

) . ل ثذبلا فدها تفزعو

و سزط عوًلأا

فوزخشلا

ٌعولا تفزعولو ى

.تشزذً تكله زبق ًف فوزخشلا ثذب وه ثذبلا اذه

ًًادٍه . ال فزخس يع لدح جئاخٌ

ًف تشزذً تكله زبق .

دجحو سزط فوزخس عاوًا تثلاث

ًٌعٌ تشزذً تكله زبق ًف سزط

ملاطلإا فوزخس ,

يدٌه ,

ًطزف و .

يٌٍثا دجو نث

ىٌعٌ فزخس عاوًا

عوً

تٍحابٌلا فراخشلا

ًطدٌه و .

حاخفه

تولكلا

, اكحوٍوٍط

فحاحوًوك , فحاحوٌٌد فوزخس

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ornamen adalah salah satu ragam hiasatau motif hias yang memiliki fungsi tertentu, baik besifat pasif (statis/diam) maupun aktif (dinamis/bergerak) dan memiliki makna simbolik yang terkandung di dalamnya, yaitu seperti motif kala pada gerbang candi merupakan gambaran muka raksasa atau banaspati sebagai simbol penolak bala.ornamen adalah hiasan dalam arsitektur; lukisan;

perhiasan, hiasan yang dibuat (dipahat atau digambar) pada candi (gereja atau gedung lainnya) seperti masjid dan makam. Ornamen adalah salah satu karya seni dekoratif yang biasanya dimanfaatkan untuk menambah keindahan suatu benda atau produk, atau merupakan suatu karya seni dekoratif (seni murni ) yang berdiri sendiri, tanpa terkait dengan benda/produk fungsional sebagai tempatnya dan memiliki makna tertentu di setiap ornamen yang berbeda. Ornamen sering dijumpai pada Masjid, Rumah, dan situs bersejarah seperti Makam Putroe Nahrisyah yang ada di Aceh Utara.

Menurut KBBI, makam adalah kuburan, sedangkan memakamkan adalah memasukkan ke dalam kubur / makam (menguburkan), dan permakaman adalah tempat memakamkan mayat (pekuburan), serta pemakaman adalah proses/cara memakamkan (pekuburan).

Untuk menjelaskan makna ornamen yang terdapat di makam Putroe Nahrisyah, peneliti menggunakan analisis dari segi semiotika.Semiotika adalah salah satu cabang ilmu Lingusitik yang mempelajari tentang tanda dan makna yang ada pada suatu objek, misalnya tanda dan makna yang terdapat pada masjid dan makam.Tanda yang terdapat pada masjid dan makam dapat dikenal atau ditandai dengan ornamen yang melekat atau terdapat pada objek tersebut.Misalnya, tanda yang terdapat pada makam Putroe Nahrisyah seperti ornamen pohon pisang yang ada pada bagian tengah (badan) dalam makam Putroe Nahrisyah yang memiliki makna kebijaksanaan dan keadilan serta kemakmuran Putroe Nahrisyah dalam memimpin.Selain itu, makam Putroe Nahrisyah merupakan salah satu situs sejarah Samudera pasai yang paling menonjol, terletak

(20)

di Gampong Kuta Krueng. Kecamatan Samudera Geudong, kabupaten Aceh Utara, sekitar 18 km sebelah timur kota Lhokseumawe. Dalam nisannya, tercantum surat Yasin, ayat kursi, surat Ali-Imran ayat 18 dan 19, surat Al- Baqarah ayat 285 dan 286, dan sebuah penjelasan aksara Arab yang menjelaskan bahwa makam tersebut ialah makam Putroe (Ratu) Nahrisyah.Putroe Nahrisyah diperkirakan memerintah selama 22 tahun (808-831 H/1406-1428). (Taqiyuddin, 2011:125).

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda dan makna terhadap suatu objek, mengeksplorasi lebih dari analisis kata-kata linguistik, semiotik dan juga berbagai objek kultur sebagai tanda-tanda menyembunyikan

“mitos-mitos” kultural yang berbeda di belakangnya. (Barthes, 1968:7).Salah satu bentuk tanda dan makna ditemukan pada ornamen.

Setelah dipahami arti dari semiotika dan ornamen, tentu penting untuk diketahui hubungan antara keduanya.Semiotika memilki hubungan yang sangat erat dengan ornamen yaitu semiotika mempelajari tentang tanda dan makna terhadap suatu objek yang merupakan bagian dari ilmu linguistik, sedangkan ornamen adalah karya seni yang mempunyai tanda dan makna khusus di dalamnya sehingga perlu adanya penelitian dari segi semiotika. Setiap karya seni yang memilki ornamen pasti memilki makna khusus di dalamnya sehingga perlu adanya penelitian dari segi semiotika, yaitu tentang tanda dan petanda dari suatu objek serta makna yang terkandung pada objek tersebut. Jika ornamen menjadi objek peneliti, maka ornamen tersebutlah yang akan dilihat dan diteliti oleh peneliti yang dilihat dari aspek denotatif dan konotatif.

Denotatif merupakan makna sesungguhnya atau disebut juga deskripsi dasar.Sedangkan konotatif adalah makna-makna kultural yang muncul atau biasa juga disebut makna yang muncul karena adanya konstrukti budaya sehingga ada sebuah pergeseran tetapi tetap melekat pada simbol atau tanda tersebut.Makna ini dapat dikatakan seperti makna kiasan.

Salah satu objek ornamen yang terdapat pada makam Putroe Nahrisyah seperti ornamen buah tin, mawar, dan pohon pisang bertandan dua. Ornamen berupa pohon pisang yang memilki dua tandan dalam satu pohon, memilki makna yang melambangkan keseimbangan yaitu sikap kebijaksanaan dan keadilan Putroe

(21)

Nahrisyah saat memimpin.Selain itu, ornamen pohon pisang yang terdapat pada makam Putroe Nahrisyah juga melambangkan kemakmuran.

Adapun alasan peneliti memilih judul “Analisis Semiotika Ornamen Pada Makam Putroe Nahrisyah di Desa Kuta Krueng Kecamatan Samudera Geudong Kabupaten Aceh Utara” adalah sebagai berikut:

1. Makam Putroe Nahrisyah di Desa Kuta Krueng Kecamatan Samudera Geudong Kabupaten Aceh Utara dipilih oleh peneliti karena memilki ornamen yang indah yaitu terlihat dari gaya ornamen pada makam tersebut terdapat perpaduan unsur seni ornamen India (Gujarat), Persia, dan Arab.

Selain itu, makam Putroe Nahrisyah juga merupakan salah satu makam kramat/karomah yang ada di Aceh Utara.

2. Makam ini dipilih peneliti karena belum pernah diteliti dari segi semiotika terutama ornamen yang terdapat pada makam tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini tetap pada pokok permasalahannya sehingga dapat mencapai tujuannya, maka perlu adanya perumusan masalah yang meliputi:

1. Bagaimana gaya dan ragam ornamen yang terdapat pada makam Putroe Nahrisyah di Desa Kuta Krueng Kecamatan Samudera Geudong Kabupaten Aceh Utara

2. Bagaimana makna denotatif dan konotatif ornamen di makam Putroe Nahrisyah di Desa Kuta Krueng Kecamatan Samudera Geudong Kabupaten Aceh Utara

(22)

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetahui gaya dan ragam ornamen yang terdapat pada makam Putroe Nahrisyah di Desa Kuta Krueng Kecamatan Samudera Geudong Kabupaten Aceh Utara

2. Dapat mengetahui makna denotatif dan konotatif dalam ilmu semiotika pada ornamen makam Putroe Nahrisyah di Desa Kuta Krueng Kecamatan Samudera Geudong Kabupaten Aceh Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Pengembangan ilmu Linguistik yang berkaitan dengan analisis semiotika terhadap ornamen pada makam Putroe Nahrisyah di Desa Kuta Krueng Kecamatan Samudera Geudong Kabupaten Aceh Utara, mengetahui jenis dan ragam ornamen yang terdapat pada makam Putroe Nahrisyah serta maknanya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat dalam praktiknya, antara lain:

- Untuk masyarakat : dengan adanya penelitian ini, masyarakat mengetahui makna, jenis, dan ragam ornamen yang terdapat pada makam Putroe Nahrisyah di Desa Kuta Krueng Kecamatan Samudera Geudong Kabupaten Aceh Utara

- Untuk Pemerintah : kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara khususnya Dinas Pariwisata Pelestarian Cagar Budaya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bukti sejarah yang dapat dibukukan dan menjadi dokumen penting agar tidak terlupakan hingga dapat membangun kreativitas di Aceh Utara agar terwujudnya rumah baca sejarah yang berisi dokumen penting Aceh terutama tentang situs sejarah dan budaya, seperti makam Putroe Nahrisyah.

(23)

- Untuk mahasiswa : penelitian ini dapat menambah pembendaharaan karya ilmiah di Fakultas Ilmu Budaya pada umumnya dan Program studi Bahasa Arab pada khususnya serta menjadi bahan rujukan (reference) bagi yang memerlukaN

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ulasan dalam tinjauan pustaka ini menjelaskan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai kajian semiotika dalam ornamen diantaranya sebagai berikut : 1. Analisis Semiotika pada Ornamen Masjid Azizi Langkat oleh Nursyazwani Mahfuzah Yusuf tahun 2014, mahasiswa S1 Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Skripsi tersebut menjelaskan bahwa peneliti menemukan tiga jenis ornamen pada Masjid Azizi Langkat, yaitu ornamen Arab (arabesque), ornamen Melayu dan ornamen Cina. Jika ditinjau dari pola ornamen, peneliti menemukan tiga pola ornamen yaitu pola tumbuh-tumbuhan, pola geometris, dan pola alam atau kosmos. Sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti tentang makam Putroe Nahrisyah adalah dari segi ilmu Semiotika terhadap ornamennya. Jadi, perbedaan penelitian terletak pada objek kajiannya.

Pada penelitian sebelumnya, objek yang diteliti adalah Masjid Azizi Langkat, sedangkan penelitian yang akan diteliti ini adalah makam di Aceh Utara yaitu makam Putroe Nahrisyah. Selain itu, pada penelitian masjid Azizi Langkat tidak menjelaskan tentang fungsi ornamen dan makna kaligrafi. Namun, pada penelitian makam Putroe Nahrisyah dijelaskan tentang fungsi ornamen dan makna kaligrafi. Persamaanya yaitu sama-sama menggunakan teori ilmu semiotika dari Roland Barthes dan metode yang digunakan adalah pengamatan/observasi, wawancara, dan dokumentasi.

2. Prasasti Nisan Nahrisyah, kajian Paleografis dan Epigrafi oleh Saiful Amri tahun 2015, mahasiswa S1 program studi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada. Dalam penelitian, Saiful Amri lebih menekankan kepada kajian Paleografis dan Epigrafi yaitu tentang kajian terhadap aksara Arab yang ada dalam prasasti untuk mengetahui apakah produk tersebut produk pribumi atau produk impor yang dapat dilihat dari gaya tulisan yang digunakan dalam prasasti sehingga mengetahui asal budaya dan daerah yang mempengaruhinya serta dari segi Epigrafi lebih

(25)

menekankan kepada tulisan yang ada padaa nisan atau prasasti yang berkaitan. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap makam Putroe Nahrisyah lebih menekankan kepada objek ornamen yang dimaknai secara semiotika serta makna tulisan. Metode yang digunakan oleh Saiful Amri adalah pendekatan struktural dan pendekatan fungsional.

Pendekatan struktural merupakan pendekatan yang mengacu pada suatu objek yang menunjukkan adanya pengaruh budaya tertentu, sedangkan pendekatan fungsional adalah pendekatan yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara material arkeologi dengan interpretasi sosial- ekonomi (Mythum, 2004:7-8).

Selanjutnya uraian tentang analisis makam tersebut akan peneliti deskripsikan dalam pengertian ornamen, gaya ornamen, ragam ornamen, fungsi ornamen, dan kajian semiotika.

1. Pengertian Ornamen

Kata ornamen berasal dari bahasa latinornare, yang berdasarkan arti kata tersebut berarti menghiasi.Menurut Gustami (1978: ) ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan.

Jadi, berdasarkan pengertian itu, ornamen merupakan penerapan hiasan pada suatu produk. Bentuk-bentuk hiasan yang menjadi ornamen tersebut fungsi utamanya adalah untuk memperindah benda produk atau barang yang dihias.Penambahan ornamen pada sebuah produk pada umumnya diharapkan penampilannya lebih menarik, dalam arti estetis, dan oleh karena itu lebih bernilai.Dengan demikian dapat meningkatnya penghargaan terhadap produk benda yang bersangkutan, baik secara spiritual maupun material.Ornamen juga mengandung nilai simbolik yaitu makna tertentu dan tidak dapat dipisahkan dari latar belakang sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. (Aryo Sunaryo, 2011 :3). Disamping itu juga ornamen dapat dikategorikan ke dalam bentuk pasif dan aktif.Pasif maksudnya ornamen tersebut hanya berfungsi menghias dan memperindah suatu benda. Pemahaman lain tentang ornamen adalah bentuk karya seni yang sengaja ditambahkan dibuat pada suatu produk benda agar produk atau benda tersebut menjadi lebih indah. Ornamen juga berarti dekorasi atau hiasan,

(26)

sehingga ornamen sering disebut sebagai desain dekoratif atau desain ragam hias.

Ornamen dengan dekorasi dalam banyak hal terdapat kesamaan, karena dekorasi juga memiliiki arti menghias, namun tetap saja ada perbedaan-perbedaan yang signifikan, karena dekorasi dalam banyak hal lebih menekankan kepada penerapan yang bersifat khusus, misalnya dekorasi interior dan dekorasi panggung. Dalam menanggapi persoalan tersebut, barangkali akan menjadi lebih terbuka pemikiran seseorang apabila menyadari bahwa ornamen dapat menjadi elemen atau unsur dekorasi, tetapi tidak untuk sebaliknya, dekorasi bukan sebagai unsur ornamen. Oleh sebab itu, pengertian ornamen akan bergantung dari sudut mana melihatnya, dan setiap orang bebas menarik kesimpulan menurut sudut pandangnya. Sedangkan ornamen berfungsi aktif maksudya selain untuk menghias suatu benda juga mendukung hal lain pada benda tersebut yaitu ikut menentukan kekuatannya seperti pada ornamen di kaki kursi motif belalai gajah/motif kaki elang.Makna motif belalai gajah atau kaki elang, menunjukkan kekuatan/kekokohan.

2. Gaya Ornamen

Gaya adalah style or fasion.Gaya ornamen merupakan style atau fasion ornamen atau motif hias (pola/corak) yang terdapat pada objek tertentu yang dikaitkan dengan suatu bangsa atau asal-usulnya yang memiliki karakter atau ciri khas tersendiri sehingga setiap orang mudah mengenalnya.Misalnya gaya ornamen yang ada pada masjid Azizi Langkat, yaitu gaya ornamen dari Arab, Cina, dan Melayu.

Adapun gayaornamen yang digunakan dari beberapa wilayah (Faruqi, 1998:419) adalah sebagai berikut:

a. Gaya ornamen yang digunakan di Dunia Muslim seperti kaligrafi, pola geometris, gambar yang dimodifikasi dari alam (tumbuhan, hewan, dan benda mati), motif arsitektural. Adapun yang dimaksud dengan dunia muslim yaitu bangsa yang mayoritas penduduknya muslim.

(27)

Contoh:

a.1. Kaligrafi

Dalam bahasa Yunani, kaligrafi memiliki arti “keindahan” dan “ menulis”. Sedangkan menurut Yaqut Al-Musta‟shimy, kaligrafi adalah seni arsitektur yang dieksoresikan lewat alat keterampilan. Kaligrafi atau sering disebut dengan khat memiliki berbagai jenis, diantaranya : khat Naskhi, khat Tsuluts, khat Farisi, khat Riq‟ah, khat Ijazah, khat Diwani, khat Diwani Jali, dan khat Kufi. Salah satu contoh kaligrafi jenis khat Diwani adalah sebagai berikut.

(Sumber:http://artikel-kaligrafi.blogspot.com , diakses pada 09 Febuari 2017)

Contoh kaligrafi di atas menjelaskan bahwa jenis kaligrafi yang digunakan adalah khat diwani dengan bacaan Allah.Khat Diwani adalah salah satu gaya Khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani , berkembang luas di akhir abad ke-15 yang dipelopori oleh seorang kaligrafer Ibrahim Munif dari Turki. Tulisan ini mulai populer setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih tahun 875 H. Penamaan Diwâni karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintah di mana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan pemerintahan itulah Khat ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat.

Karakter Diwâni dikenal dengan putarannya sehingga tidak satu pun huruf yang tak mempunyai lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun

(28)

a.2. Pola Geometris

(Sumber: http://melukis-pola-geometris.blogspot.com-2014 diakses pada 09 Febuari 2017)

Gambar di atas menjelaskan tentang pola geometris berbentuk persegi empat. Pola geometris adalah pola yang lebih banyak memanfaatkan unsur-unsur dalam ilmu ukur seperti garis-garis lengkung dan lurus, lingkaran, segitiga, segiempat, bentuk meander, swastika, dan bentuk pilin, patra mesir “L/T” dan lain-lain.

a.3. Gambar yang dimodifikasi dari alam (tumbuhan, hewan, dan benda mati)

(Sumber: http://modifikasi-alam-tumbuhan-hewan.blogspot.com-2014 diakses pada 07 Februari 2017)

Gambar yang dimodifikasi dari alam yaitu gambar yang terdapat di alam semesta seperti modifikasi dari tumbuhan, hewan, dan benda mati.

Adapun gambar di atas menjelaskan tentang modifikasi dari alam yaitu seperti motif dari tumbuhan, hewan, dan benda mati. Dalam penelitian ini gaya ornamen yang digunakan di dunia muslim seperti kaligrafi, motif /pola geometris, floralis/tumbuhan didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

(29)

b. Gaya Ornamen yang digunakan di wilayah I (Maghrib, Afrika Utara, dan Spanyol) seperti Jalinan Wajik, motif tempurung, lengkung/teras beratap bercuping, lengkung/teras beratap ladam, dan lengkung berjalin.

b.1. Jalinan Wajik

(Sumber: http://jalinan-wajik-belah-ketupat.blogspot.com-2013 diakses pada 03 Januari 2017)

Gambar di atas menjelaskan tentang motif jalinan wajik yang disebut juga dengan pola geometris berbentuk persegi menyerupai ketupat.Motif jalinan wajik tidak didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

b.2. Motif Tempurung

Motif tempurung adalah motif yang menyerupai buah kelapa yang telah dikupas kulitnya kemudian dibelah.

(Sumber : http:// pola-kubah-mesjid.blogspot.com-2012 diakses pada 12 November 2016)

Gambar di atas merupakan salah satu motif yang berasal dari Maghrib, Afrika Utara, dan Spanyol yaitu motif tempurung atau sering dikenal dengan pola kubah.

(30)

c. Gaya Ornamen yang digunakan di wilayah II (Afrika Tengah) seperti gaya yang dipengaruhi motif wilayah Idan bentuk geometris garis lurus.

(Sumber :http://bentuk-geometris-garis-lurus.blogspot.com-2013 diakses pada 13 Desember 2016)

Gambar di atas menjelaskan tentang motif geometris garis lurus yang berasal dari Afrika Tengah yaitu motif yang dipengaruhi oleh motif wilayah I sehingga masih tampak jelas pengaruh dari motif wilayah I yang terlihat dari bentuk geometris dengan pola garis lurus. Gaya ornamen pada wilayah II (Afrika Utara ) didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

d. Gaya Ornamen yang digunakan di wilayah III (Masyrik) seperti kubah bergalur, kubah berpahat, dan selang-seling pita-pita warna.

(Sumber:http:seni-ukir-seni-pahat.blogspot.com-2012 diakses pada 14 Januari 2017)

(31)

e. Gaya Ornamen yang digunakan di wilayah IV (Turki) seperti lengkung segi tiga, segi tiga Turki, dan kubah segi tiga atau kerucut.

(Sumber : http://kubah-segitiga-mesjid-surabaya.blogspot.com-2013 diakses pada 16 November 2016)

Gambar ornamen di atas merupakan salah satu contoh gaya ornamen yang digunakan di wilayah IV (Turki), yaitu mesjid yang memiliki bentuk kubah segitiga atau kerucut. Salah satu contoh pengaruh dari ornament Turki dapat dilihat pada kubah mesjid Subulussalam Surabaya. Gaya ornamen yang digunakan di wilayah IV (Turki) didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

f. Gaya Ornamen yang di gunakan di wilayah V (Iran dan Asia Tengah) seperti gambar motif dari alam dan motif lembut.

(Sumber: http://motif-masjid-alam-pola-2013 diakses pada 12 Oktober 2016)

Gambar di atas merupakan gaya ornamen yang digunakan di wilayah Iran, dimodifikasi dari alam seperti motif bunga dan tumbuhan. Gaya ornament yang digunakan di wilayah V (Iran) didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

(32)

g. Gaya Ornamen yang digunakan di wilayah VI (Anak benua India) seperti lengkung/gang beratap bercuping, gambar teratai terbalik di sabit kubah, dan naturalism lebih besar dalam gambar yang dibentuk dari alam, serta kubah bulat.

(Sumber:http://kubah-mesjid-ornamen-bulat-2013.blogspot.com diakses pada 15 Okt0ber 2016)

Gambar di atas menjelaskan bahwa gaya ornamen yang tampak pada mesjid adalah gaya ornamen yang berasal dari Anak Benua India yaitu suatu kawasan yang berada di Asia Selatan yang tampak jelas dari kubah berbentuk bulat ; memiliki karakter tersendiri. Gaya ornamen yang digunakan di wilayah VI ( Anak benua India) tidak semua didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

h. Gaya Ornamen yang digunakan di wilayah VII (Asia Timur) seperti motif gelombang, motif haluan kapal, bentuk hewan dan tumbuhan yang menakjubkan, motif paying, motif naga, lengkung/gang beratap bercuping, dan kubah bulat.

(Sumber : http://motif-naga-ornamen-2012.blogspot.com diakses pada 12 Oktober 2016)

(33)

Gambar di atas menjelaskan gaya ornamen yang terdapat di wilayah Asia Timur seperti Negara Cina dengan motif naga. Gaya ornamen dengan motif naga tidak di dapati pada makam Putroe Nahrisyah.

Ornamen yang telah dijelaskan pada bab terdahulu adalah tentang gaya ornamen yang dikemukakan oleh Faruqi. Selain gaya ornamen terdapat juga ragam hias ornamen yang dikemukakan oleh Sunaryo.

3. Ragam Hias Ornamen

Ragam hias makna lain dari jenis, macam, dan corak pada suatu objek.

Ragam hias 15ornamen adalah berbagai macam atau berbagai jenis yang ada pada 15ornamen atau suatu objek.

Ragam hias ornamen berupa motif (Sunaryo : 2011) adalah sebagai berikut:

a. Motif Geometris

Motif Geometris adalah motif yang terdapat unsure-unsur /motif tertua dari ornamen adalah bentuk geometris, motif ini lebih banyak memanfaatkan 15unsur-unsur dalam ilmu ukur seperti garis-garis lengkung dan lurus, lingkaran, segitiga, segiempat, bentuk meander, swastika, dan bentuk pilin, patra mesir

“L/T” dan lain-lain. Ragam hias ini pada mulanya dibuat dengan guratan-guratan mengikuti bentuk benda yang dihias, dalam perkembangannya motif ini 15ias diterapkan pada berbagai tempat dan berbagai teknik, (digambar, dipahat, dicetak). Disebut motif geometris karena motif ini mengacu pada bentuk ilmu ukur seperti: garis lengkung, lingkaran, segitiga, segi empat dsb. Contoh motif geometris:

(Sumber : http:// motif-pola-geometris-lingkaran.blogspot.com-2013 diakses pada 16 September 2016)

Motif geometris berbentuk bulat didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

(34)

b. Motif tumbuhan-tumbuhan.

Penggambaran motif tumbuh-tumbuhan dalam seni ornamen dilakukan dengan berbagai cara baik natural maupun stilirisasi sesuai dengan keinginan senimannya, demikian juga dengan jenis tumbuhan yang dijadikan obyek/inspirasi juga berbeda tergantung dari lingkungan (alam, sosial, dan kepercayaan pada waktu tertentu) tempat motif tersebut diciptakan. Motif tumbuhan yang merupakan hasil gubahan sedemikian rupa jarang dapat dikenali dari jenis dan bentuk tumbuhan apa sebenarnya yang digubah/distilisasi, karena telah diubah dan jauh dari bentuk aslinya.

Contoh motif tumbuh-tumbuhan.

(Sumber : http://ornamen-motif-floralis.blogspot.com diakses pada 12 Oktober 2916) Motif floralis/tumbuhan di atas adalah motif bunga teratai.Motif tersebut didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

c. Motif Binatang

Penggambaran binatang dalam ornamen sebagian besar merupakan hasil gubahan/stilirisasi, jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah dikenali bentuk dan jenis binatang yang digubah, dalam visualisasinya bentuk binatang terkadang hanya diambil pada bagian tertentu (tidak sepenuhnya) dan dikombinasikan dengan motif lain. Jenis binatang yang dijadikan obyek gubahan antara lain, burung, singa, ular, kera, gajah dll.

(35)

(Sumber: http://ornamen-motif-hewan-batak-toba-2014 diakses pada 12 Oktober 2016)

Motif di atas merupakan motif banteng yang sering dijumpai pada rumah adat masyarakat batak toba.Motif hewan/binatang tidak didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

d. Motif Manusia

Manusia sebagai salah satu objek dalam penciptaan motif ornamen mempunyai beberapa unsur, baik secara terpisah seperti kedok atau topeng, dan secara utuh seperti bentuk-bentuk dalam pewayangan.Dikatakan motif manusia karena dalam pmbuatan ragam hiasnya mengacu pada figure manusia.

(Sumber: http:// ornament-motif-manusia-2013.blogspot.com diakses pada 12 September 2016)

Motif manusia tidak didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

(36)

e. Motif kosmos atau berbentuk alam

Seperti gunug, air, awan, batu-batuan dan lain-lain.Rupa sehingga menjadi suatu motif dengan karakter tertentu sesuai denga sifat benda yang diekspresikan dengan pertimbangan unsur dan asa estetika. Misalnya motif bebatuan biasanya ditempatkan pada bagian bawah suatu benda atau bidang yang akan dihias dengan motif tersebut.Dikatakan motif kosmos atau alam memang dalam pembuatannya mengacu pada bentuk-bentuk alam, seperti : awan, cadas, air, batu, gunung, dsb.

(Sumber: http://ornamen-motif-kosmos-alam-awan.blogspot.com diakses pada 10 Januari 2017)

Motif kosmos tidak didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

f. Motif Kreasi/Khayalan.

Motif Kreasi/Khayalan bentuk-bentuk ciptaan yang tidak terdapat pada alam nyata seperti motif makhluk ajaib, raksasa, dewa dan lain-lain.Bentuk ragam hias khayal adalah merupakan hasil daya dan imajinasi manusia atas persepsinya,motif mengambil sumber ide diluar dunia nyata. Contoh motif ini adalah : motif kala, motif ikan duyung, raksasa, dan motif makhluk-makhluk gaib lainnya. Sedangkan yang dimaksud pola adalah suatu hasil susunan atau pengorganisasian dari motif tertentu dalam bentuk dan komposisi tertentu pula.

Contohnya pola hias batik, pola hias majapahit, jepara, bali, mataram dan lain- lain.

(37)

Motif kreasi/khayalan tidak didapati pada makam Putroe Nahrisyah.

4. Fungsi Ornamen

Ornamen memiliki beberapa fungsi (Sunaryo, 2011 : 4-6), yakni:

a. Fungsi murni estetis

Fungi murni estetis merupakan fungsi ornamen untuk memperindah penampilan bentuk produk yang dihiasi sehingga menjadi sebuah karya seni.

(Sumber: http://ornamen-pola-hias-lampu-seni.blogspot.com diakses pada 13 Oktober 2017)

Gambar lampu hias di atas merupakan salah satu contoh ornamen berfungsi sebagai keindahan.

b. Fungsi simbolis

Fungsi simbolis ornamen pada umumnya dijumpai pada produk- produk benda upacara atau benda-benda pusaka dan bersifat keagamaan atau kepercayaan, menyertai nilai estetisnya.Contoh seperti

(38)

motif kala pada gerbang candi merupakan gambaran muka raksasa atau benaspati sebagai simbol penolak bala.

c. Fungsi Konstruktif

Secara struktural ornamen adakalanya ornamen berfungsi teknis untuk menyangga, menopang, menghubungkan atau memperkokoh konstruksi, misalnya bangunan seperti tiang.

(Sumber : http: fungsi-konstruktif-tiang-mesjid-ornamen.blogspot.com diakses pada 12 Oktober 2016)

Sedangkan menurut Al-Faruqi, (1998: 412-415) fungsi ornamen dalam seni islam tidak hanya semata-mata berfungsi sebagai hiasan atau keindahan.

Tetapi, ornamen juga berfungsi sebagai berikut:

a. Pengingat Tauhid

Pola indah yang ditemukan dalam seni islam merupakan upaya estetis nyata kaum muslim untuk menciptakan produk seni yang membuat pemandangan dapat merasakan transendensi kebesaran Tuhan. Selain itu, ornamen juga inti dari

(39)

peningkatan spiritualisasi kreasi artistic Islam dan lingkungan Muslim; seperti lukisan ka‟bah dan lukisan pemandangan.

a.1. Lukisan Ka‟bah

(Sumber : http://fungsi-ornamen-seni-lukis-hias diakses pada 10 September 2016) Lukisan ka‟bah tersebut mengisyaratkan bahwa seluruh umat muslim ketika melaksanakan ibadah seperti shalat lima waktu dan saat peletakan mayat di dalam kubur harus menghadap ke arah kiblat. Ka‟bah merupakan arah kiblat umat muslim.

a.2. Lukisan Pemandangan

(Sumber: http:// fungsi-ornamen-seni-lukis-pemandangan.blogspot.com diakses pada 17 Oktober 2016)

Lukisan pemandangan di atas menunjukkan kebesaran Allah sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu termasuk alam semesta.

(40)

a. Transfigurasi Material

Transfigurasi Material menyiratkan bahwa objek yang ditransfigurisasikan oleh ornamen mengalami perubahan bentuk atau tampilan bukan perubahan substansi, perubahannya bukan semata-semata perubahan, namun perubahan yang membawa kemuliaan atau spiritualisasi.

b.1. Mahkota berhiaskan emas

(

Sumber: http://fungsi-ornamen-seni-material-mahkota-2013.blogspot.com diakses pada 12 Oktober 2016)

Mahkota digunakan sebagai tanda atau simbol penghormatan, kekuasaan, kehormatan, kemuliaan, kemenangan, kesempurnaan, dan kekayaan.Mahkota juga merupakan simbol tatanan rohani (spiritual).

a. Transfigurasi Struktur

Ornamen karya seni islam berperan mengubahnya secara struktural, dengan menyembunyikan bentuk dasar atau dengan meminimalkan pengaruhnya pada pemandangannya.

Contoh tersebut terdapat pada bangunan seperti Mesjid.

(Sumber: http://ornamen-transfigurasi-struktur-masjid-2013 diakses pada 12 Januari 2017)

(41)

Struktur adalah bagian terpenting dalam bangunan, seperti bangunan mesjid, rumah, gereja, sekolah, perkantoran, apartemen, dan lain-lain.Dalam bangunan tersebut pasti memiliki struktur penting, baik yang tampak maupun tidak; seperti tiang sebagai penyangga, atap/kubah, lantai, dan struktur lainnya yang mendukung.

a. Keindahan

Fungsi ornamen dalam seni islam yaitu untuk memperindah dan menghias.

Contoh dekorasi kaligrafi.

(Sumber : http:// seni-ornamen-dekorasi-kaligrasi.blogspot.com diakses pada 18 Oktober 2016)

Gambar di atas menunjukkan bahwa ornamen dapat berfungsi sebagai keindahan atau penghias seperti menghiasi kaligrafi dengan bentuk dekorasi yang beranekaragam.Dekorasi adalah penghias yang terdapat pada bagian pinggir atau yang mengelilingi kaligrafi.

Jadi, fungsi ornamen yang terdapat pada makam Putroe Nahrisyah adalah sebagai fungsi keindahan dan fungsi religi.Fungsi keindahan terlihat pada setiap ornamen yang ada pada makam, sedangkan fungsi religi terlihat pada makna dari setiap ornamen.Salah satu ornamen yang tampak jelas pada makam Putroe Nahrisyah adalah dihiasi dengan ukiran kaligrafi, yaitu surah yaa sin.

(42)

5. Pengertian Semiotika

Menurut Barthes (1968:9), semiologi atau semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tanda dan makna dalam bahasa, seni, media massa, musik dan setiap usaha manusia yang dapat direprodusikan atau direpresentasikan untuk seseorang atau audien.Semiologi diperkenalkan pertama kali oleh Ferdinand de Saussure, Bapak Linguistik modern, dalam bukunya yang menjadi klasik dalam bidang linguistik, Course de linguistique generale. Saussure telah meramalkan akan timbulnya suatu ilmu baru yang menerapkan metode linguistik struktural dalam ilmu-ilmu sosial lain di luar bahasa, yang disebutnya

“semiologi”.

Menurut Saussure, semiologi sering digunakan dalam analisis teks, selain hermeneutik, kritik sastra, analisis wacana, dan analisis isi. Salah-satu tokoh terpenting dalam semiologi adalah Roland Barthes (1915-1980). Ketika pertama kalinya membaca buku Saussure, Barthes melihat kemungkinan-kemungkinan untuk menerapkan semiologi atas bidang-bidang lain. Tetapi, bertentangan dengan Saussure, Barthes beranggapan bahwa semiologi termasuk dalam bidang linguistik, bukan sebaliknya.

Pemahaman makna akan tanda menimbulkan pengkajian berdasarkan kepentingan masing-masing. Terutama dalam pengkajian tanda yang diterapkan pada bidang desain yang dapat dianalogikan dengan bahasa visual.Untuk gambar teknis, informasi ataupun aspek-aspek yang berkaitan dengan produksi, cenderung digunakan tanda-tanda visual yang bersifat denotatif, sehingga tidak terjadi pembiasan makna.Sedangkan untuk hal-hal yang bermuatan ekspresi, seperti bentuk, citra, motif, ornamen ataupun hal-hal yang bersentuhan dengan aspek humanistik, cenderung diterapkan tanda-tanda konotatif (Sachari, 2005:17).

Tanda dalam bahasa dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan tulisan.Bahasa lisan dapat ditandai dengan suara atau bunyi sedangkan bahasa tulisan dapat ditandai dengan simbol atau lambang.Tanda dalam seni dapat dilihat dari ornamen-ornamen, misalnya dalam seni rupa yang di dalamnya terdapat ornamen. Tanda dalam media massa dapat berupa televise, surat kabar dan lainnya. Sedangkan tanda dalam music dapat ditandai dengan adanya suara yang diiringi nada.

(43)

Menurut Wibowo (2013), secara etimologis, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contoh, asap yang menandai adanya api. Selain itu, beliau juga menyebutkan bahwa semiotika secara terminologis dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.

Sedangkan menurut Zoest (1993 : 1) semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda.

Semiotika digunakan untuk meneliti banyak bidang ilmu, antara lain sastra misalnya puisi, novel dan prosa, kemudian dapat pula meneliti tentang kebudayaan misalnya kesenian.

Definisi Semiotika dalam kitab “ilmu Ad-Dilalalah (Mukhtar Umar : 1998) yaitu menurut seorang pakar ilmu semiotika, Ferdinande Saussure adalah sebagai berikut:

أ تٌوغللا ثاذلطصولا نجاعه زكذح تٍولعلا تطاردلا وه سوهزلا نلع ى

تٌوغللا سوهزلا

يذلا نلعلا هًأب زٍطوط يد هفزعٌ و .لاصحلإا ثاودأ اه رابخعإب ،تٌوغللا زٍغ و هعوزف ددا تغللا نلع دعٌ و ،تهاع تفصب سوهزلا صردٌ

/Tażkuru mu ᾿ājimu al-muṣṭalahāti al-lugawiyyati anna „ilma ar-rumūzi huwa ad- dirāsatu al-„ilmuyyatulirrumūzi al-lugawiyyati wa al-lugawiyyati, bi I‟tibārihā adawātu li‟ittisālā wa ya‟rifuhu di sūsîr bi annahu al-„ilma al-lażi yadrusu ar- rumūza biṣifatin „āmmatin, wa ya‟uddu „ilma al-lugati aḥadu furū‟hi/“Menurut kamus linguistik (secara istilah), ilmu semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang simbol-simbol bahasa dan bahasa lainnya bahwa ilmu semiotika adalah ilmu yang mempelajari simbol-simbol secara umum dan merupakan salah satu cabang ilmu bahasa (linguistik).

(44)

Dengan demikian, teori semiotika atau semiologi oleh Barthes ada dua tingkatan, yaitu:

1. Tingkatan pertama adalah denotasi yaitu relasi anatara penanda dan petanda dalam sebuah tanda, serta tanda dengan acuannya, ini menunjukkan pada coomon-sense atau makna tanda yang nyata (tanda yang tampak nyata, bukan makna yang terkandung dalam tanda).

Denotasi dapat pula disejajarkan atau disamakan dengan makna konseptual, yaitu makna yang dimilki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Kata „kuda‟ memiliki makna konseptual yaitu sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai. Jadi, makna konseptual dapat juga disebut dengan makna leksikal, makna denotatif dan makna referensial.

Penanda yaitu suatu tanda yang menjelaskan „bentuk‟ atau ekspresi.

Dalam hal lain dijelaskan “penanda” merupakan “pemberi makna”.

Penanda juga merupakan aspek material dari suatu bahasan: apayang dilihat, dikatakan atau didengar (Sobur, 2004: 31 & 46).

Contohnya : Lampu Lalu Lintas di sisi jalan. Seiring perkembangan teknologi, lampu lalu lintas yang awalnya berbentuk T dengan warna merah, kuning dan hijau, kini lampu lalu lintas memiliki banyak variasi, misalnya lampu lalu lintas digital dengan perhitungan mundur otomatis yang sering kita temui saat ini, hingga adanya penambahan kamera yang berguna untuk mengurangi pelanggaran aturan lampu lalu lintas, dan lain sebagainya.

Petanda yaitu suatu tanda yang menjelaskan „konsep‟ atau „makna‟.

Dalam hal lain juga dijelaskan “petanda” merupakan “yang dimaknakan”. Petanda juga merupakan aspek mental dari suatu bahasan: gambaran mental, pikiran atau konsep (Sobur, 2004 : 31 &

46). Contohnya : lampu lalu lintas di sisi jalan yang kita ketahui sebagai alat pembantu tertibnya berlalu lintas yang memilki kode-kode di dalamnya. Lampu lalu lintas sudah banyak mengalami perubahan karena semakin majunya teknologi, namun perubahan tersebut tidak pernah meninggalkan wujud aslinya yaitu sebuah lampu yang dibuat

(45)

di bagian atas sebuah tiang dan terdiri dari tiga warna, yaitu merah, kuning, dan hijau. Lapu-lampu ini selalu dibuat berdampingan, baik itu dibuat secara vertical maupun horizontal.

2. Tingkatan kedua adalah konotasi. Barthes (1968) mengungkapkan bahwa konotasi sebagai suatu ekspresi budaya yang dapat dimunculkan melalui mitos. Mitos merupakan suatu pesan yang di dalmnya ideologi berada. Selain itu juga terdapat Simbol yang merupakan suatu tanda atau gambar yang mengingatkan kita kepada penyerupaan benda yang kompleks yang diartikan sebagai sesuatu yang dipelajari dalam konteks budaya yang lebih spesifik atau lebih khusus. Konotasi dapat disebut dengan makna asosiatif yaitu makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.

Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang „suci‟ dan kata merah berasosiasi dengan „berani‟. Makna asosiatif sama dengan lambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan, atau ciri yang ada pada konsep asal lata atau leksem tersebut, sehingga menimbulkan berbagai interpretasi yang berbeda.

Tingkat signifikan yang terakhir di atas dapat menjelaskan bagaimana mitos-mitos dan ideologi beroperasi dalam teks melalui tanda-tanda.Mitos-mitos tersebut menjalankan fungsi naturalisasi, yakni untuk membuat nilai-nilai yang bersifat historis dan cultural, sikap dan kepercayaan menjadi tampak “benar”.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan semiology Barthes terarah secara khusus pada apa yang disebut “mitos” ini. (Barthes, 1968: 9-14)

Pemahaman makna akan tanda menimbulkan pengkajian berdasarkan kepentingan masing-masing. Terutama dalam pengkajian tanda yang diterapkan pada bidang desain yang dapat dianalogikan dengan bahasa visual.Untuk gambar teknis, informasi ataupun aspek-aspek yang berkaitan dengan produksi, cenderung digunakan tanda-tanda visual yang bersifat denotatif, sehingga tidak terjadi pembiasan makna.Sedangkan untul hal-hal yang bermuatan ekspresi, seperti

(46)

bentuk, citra, motif, ornamen ataupun hal-hal yang bersentuhan dengan aspek kemanusiaan, cenderung diterapkan tanda-tanda konotatif. (Sachari, 2005:71).

Teori semiologi oleh Roland Barthes ((1968) sering kali digunakan untuk menganalisis ornamen-ornamen yang mengandung kebudayaan suatu masyarakat, berikut peneliti cantumkan beberapa contoh penggunaan teori tersebut pada ornamen Masjid Azizi Langkat oleh Mahfuzah Yusuf (2015):

Gambar 2: Ornamen Floralis Pada Bagian Atas Serambi Masjid

Secara denotatif, ornamen floralis menggambarkan bunga teratai yaitu salah satu jenis bunga yang sering kali digunakan dalam ornamen-ornamen Arabesque yang terdapat pada bagian atas serambi Masjid Azizi ini ornamen tersebut diukir sebagai pengisi ruang kosong disisi kiri dan kanan yang berbentuk segitiga dengan salah satu sisi berbentuk lengkungan.

Secara konotatif, ornamen floralis yang terdapat pada bagian atas serambi Masjid Azizi ini memiliki bentuk dasar segitiga memiliki pemaknaan yaitu

“symbol of human, consciousnessand the principle of harmony” (Pancawati dan faqih, 2012:2) yang artinya “Lambang dari manusia tentang kesadaran yang dimiliki manusia untuk berbuat sesuai dengan akal dan pikirannya dan yang dianggap baik dan berguna bagi lingkungannya.

Teori yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teori semiotika oleh Roland Barthes untuk menganalisis makna denotatif dan makna konotatif ornamen makam Putroe Nahrisyah, teori Gaya Ornamen oleh Al-Faruqi untuk menganalisis gaya ornamen makam Putroe Nahrisyah, dan teori Ragam Hias Ornamen oleh Aryo Sunaryo untuk menganalisis ragam hias ornamen yang terdapat pada makam Putroe Nahrisyah desa Kuta Krueng Kecamatan Samudera Geudong Kabupaten Aceh Utara.

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Setiap penelitian membutuhkan suatu cara atau metode untuk mencapai hasil yang sistematis. Metode menurut Subagyo (2004:1) adalah cara atau jalan, yang selanjutnya metode metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan masalah.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang mengambil data dari makam Sultanah Nahrisyah di desa Kuta Krueng kecamatan Samudera Geudong kabupaten Aceh Utara dengan menggunakan metode deskriptif yakni suatu metode yang menggunakan, mengumpulkan, atau menguraikan berbagai data-data atau teori yang ada.

(Mukhtar, 2009:202).

Berdasarkan tempat, waktu, dan hasil yang akan diteliti, maka metodologi yang akan digunakan adalah pengamatan/observasi, wawancara dan dokumentasi.

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian lapangan ini akan dilakukan di makam Putroe Nahrisyah di desa Kuta Krueng kecamatan Samudera Geudong kabupaten Aceh Utara provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diperkirakan membutuhkan waktu selama tiga bulan dalam penyelesaiannya, dimulai dari April sampai Juni 2016.

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Subagyo (2004:2) merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.

Pengertian metodologi menurut Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi dalam bukunya “ Metodologi Penelitian“bahwa : “ Metodologi Penelitian” berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan logos artinya ilmu pengetahuan. Berdasarkan beberapa rumusan masalah yang akan

(48)

diselesaikan oleh peneliti, maka peneliti memilih analisi semiotika sebagai metodologi yang akan digunakan.

Peneliti juga menggunakan deskriptif dan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dikarenakan sesuai dengan cara penyajian data yang akan dilakukan dengan ilmu semiotika.

3.4. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan sebuah alat perekam visual yaitu kamera untuk mengumpulkan data berupa gambar sampel ornamen pada makam Putroe Nahrisyah di desa Kuta Krueng kecamatan Samudera Geudong kabupaten Aceh Utara, kemudian peneliti juga menggunakan beberapa lembaran berisi pertanyaan- pertanyaan yang diajukan kepada informan.

Peneliti sendiri menjadi pengumpul dalam penelitian ini, yang kemudian akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan-informan yang mampu dan berkompeten dalam beberapa hal berikut:

- Mempunyai wawasan mengenai Makam Putroe Nahrisyah dan sejarahnya - Mempunyai wawasan mengenai ornamen yang ada pada makam Putroe

Nahrisyah

- Mempunyai wawasan mengenai seni ornamen beserta makna simbolisnya.

Untuk menyelesaikan penelitian ini, maka peneliti akan melakukan tiga tahapan, yaitu:

1. Observasi dan penelitian ke tempat objek penelitian.

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemundian dilakukan pencatatan (Soemitoro, 1985 : 62). Observasi sebagai alat pengumpul data dapat dilakukan secara spontan maupun dengan sengaja yaitu dengan menggunakan daftar isian yang telah dipersiapkan sebelumnya (Subagyo, 2004 : 63).

2. Wawancara dengan beberapa informan yang kompeten. Wawancara secara umum bermakna berhadapan langsung antara interviewer(s) dengan responden, dan dilakukan secara lisan. Selain bertatap muka secara

(49)

langsung, wawancara juga diperkenankan dengan bantuan alat komunikasi seperti telepon dan surat-menyurat (Subagyo, 2004: 40-41). Peneliti juga melakukan wawancara melalui email disebabkan jarak tempat tinggal informan yang jauh dan biaya terbatas dari peneliti. Informan tersebut adalah penjaga makam Putroe Nahrisyah, tokoh Arkeolog Aceh, dan tokoh masyarakat yang paham tentang makam tersebut.

3. Mendokumentasikan objek-objek yang berkaitan dengan penelitian ini menjadi beberapa data-data yang diperlukan. dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan sampel. dokumentasi yang dilakukan akan menghasilkan beberapa data yang bersifat visual (berupa gambar atau foto) dari penerapan ornament pada makam Putroe Nahrisyah di desa Kuta Krueng kecamatan Samudera Geudong kabupaten Aceh Utara yang selanjutnya akan dianalisis dengan ilmu Semiotika.

4. Mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan ornamen dan semiotika.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam sebuah penelitian adalah bagian yang sangat penting karena dengan analisis ini data yang ada akan tampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitin dan mencapai tujuan akhir penelitian. Analisis akan memisahkan antara data yang terkait (relevan) dan data yang kurang terkait atau sama sekali tidak ada kaitannya. Proses analisis dilakukan setelah melalui proses klasifikasi data dan reduksi data yang kemudian data yang sudah disaring akan dianalisis dan terakhir dilakukan sebuah penyusunan laporan penelitian ( Subagyo, 2004: 104-105).

Peneliti menggunakan ilmu Semiotika untuk menelaah tanda pada objek- objek (ornamen) yang sudah diperoleh berdasarkan teori Rolan Barthes (1968) untuk mengetahui pemaknaan tanda dari aspek denotatif dan konotatif.hal ini dilakukan sebagai tahapan analisis data.

(50)

3.6. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah data diringkas, maka selanjutnya data tersebut akan disajikan sebagai suatu hasil penelitian. Penelitian kualitatif akan menghasilkan beberapa data yang bersifat deskriptif. Oleh karena itu, penyajian hasil penelitian tersebut biasanya dibuat dalam beberapa teks yang bersifat naratif.

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Makam Putroe Nahrisyah

Kabupaten Aceh Utara adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Aceh, Indonesia. Ibu kota kabupaten Aceh Utara dipindahkan dari Lhokseumawe, menyusul dijadikannya Lhokseumawe sebagai kota otonom. Letak geografis Aceh Utara 96.52.00°- 97.31.00° bujur timur dan 04.46.00°-05.00.40° lintang utara, luas 3.296,86 Km². lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di kecamatan Samudera Geudong yang memiliki luas 43,28 Km²/4.328 Ha, terbagi 3 mukim, dan 40 desa. Sejarah Aceh Utara tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan Kerajaan Islam di pesisir Sumatera yaitu Samudera Pasai yang terletak di Kecamatan Samudera Geudong yang merupakan tempat pertama kehadiran Agama Islam di kawasan Asia Tenggara.

Adapun batas wilayahnya meliputi:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malak

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bireuen

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur

Aceh Utara merupakan bekas wilayah Kerajaan Islam Samudera Pasai.Menurut beberapa pendapat disebutkan bahwa Kesultanan Pasai adalah kerajaan pertama yang mengadopsi system pemerintahan Islam di Nusantara.Kesultanan Pasai mengalami lebih kurang 300 tahun masa jaya hingga kedatangan penjelajah dari Eropa yang menundukkan kesultanan itu hampir tak bersisa.Sedikit saja dari jejak sejarah kebesaran Kesultanan Pasai yang masih kita jumpai saat ini. Situs sejarah Samudera Pasai yang paling menonjol adalah kompleks makam Sultan Malikussaleh dan Makam Sultanah (Putroe) Nahrisyah yang berlokasi di pesisir kecamatan Samudera Geudong. Slah satu bukti peninggalan situs bersejarah pada masa Kesultanan Pasai adalah Makam Putroe Nahrisyah, yaitu seorang ratu dari Kerajaan Samsai terletak di Gampong kota Krueng, Kecamatan Samudera Geudong, sekitar 18 km sebelah timur Kota Lhokseumawe.

Makam Putroe Nahrisyah terletak di Gampong meunasah Kuta Krueng kecamatan Samudera Geudong.Letak komplek makam tidak jauh dari bibir pantai, hanya dibatasi tambak-tambak ikan yang konon pada zaman kejayaan Samudera Pasai adalah kanal-kanal kecil yang dapat dilalui perahu untuk transportasi laut.Terdapat 38 makam dengan bentuk yang beragam di kompleks makam Putroe Nahrisyah dimakamkan.Makam Putroe Nahrisyah merupakan makam terindah yang ada di komplek tersebut dan sangat berbeda dari makam lainnya.Makam Putroe Nahrisyah terbuat dari batu pualam (marmer), dihiasi dengan ukiran

(52)

kaligrafi, dan ornamen-ornamen yang beragam.Jka dilihat dari segi bentuk, makam Putroe Nahrisyah sangat berbeda dari makam lainnya yang ada di komplek pemakaman Kuta Krueng.Secara morfologi, makam Putroe Nahrisyah memiliki persamaan dengan makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik Jawa Timur yang meninggal tahun 822 H/1419 M dan makam Umar Al-Kazaruni di Gujarat India yang meninggal tahun 734 H/1333 M.

Peneliti terdahulu sepakat bahwa makam Putroe Nahrisyah adalah makam produk luar yang diimpor dari India (Gujarat). Persamaan nisan Pasai, Gresik dan Cambay tidak hanya dalam bentuk dan bahannya saja. Tetapi jiga model tulisan dan isinya yang dipahat, kecuali bagian kosong untuk nama yang meninggal.

Adanya persamaan tersebut menggambarkan bahwa batu nisan termasuk barang dagangan dan batu Aceh juga banyak diperdagangkan diluar daerah, khususnya di semananjung Melayu.

Makam Putroe Nahrisyah terbuat dari bahan batuan marmer yang memiliki bentuk tegak, bidang nisan persegi panjang yang ditutup pelengkung lunak berbentuk seperti kubah yang merupakan pengaruh seni bangunan Persia. Makam ini memiliki tinggi 180cm, panjang keseluruhan 240cm, dan lebar 137 cm.

Makam Putroe Nahrisyah (Husda) terdiri dari : 1. Bagian Badan

Bagian badan pada makam Putroe Nahrisyah disebut juga bagian pinggir nisan yang berbentuk bulat sehingga menyerupai pilar, di dalamnya terdapat panil yang berisi kaligrafi yang ditulis secara vertikal. Di bagian tengah terdapat kaligrafi lainnya yang ditulis secara horizontal.Batas bagian badan dan kepala juga terdapat panil berisikan epigrafi kaligrafi.

2. Bagian Kepala

Referensi

Dokumen terkait

„dahulu bagi diri kamu‟, tetapi pada kata-kata diatas digabungkan mempunyai makna idiom „utamakanlah untuk dirimu‟.idiom ini merupakan idiom penuh karena maknanya

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI ETNIS TIONGHOA DI KECAMATAN MEDAN AREA KELURAHAN SUKARAMAI II DARI TAHUN 1970 2005 Skripsi Sarjana Dikerjakan O L E H NAMA LOUIS R PANJAITAN NIM 140706064

Wujud nilai moral yang terdapat dalam teks cerita keramat kubah terbang memiliki tiga bagian yaitu, wujud nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang memiliki bentuk

Adapun yang menyebabkan ibu-ibu penutur bahasa Karo mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi konsonan / غ / γ/ frikatif-velar- bersuara /sRطرMIu;,UP `_rا

Kakuro atau Kakkuro (Bahasa Jepang: カックロ) adalah permainan teka- teki angka numerik yang menyerupai teka-teki logika (logic puzzle). Kakuro memiliki tingkat

Meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang orthopaedi khususnya dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil luaran penderita yang dilakukan reposisi terbuka fiksasi interna

Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu di mulai dari mendapatkan sumber data yaitu film Wǒshìzhèngrén《我是证人》, lalu peneliti menonton dan mencari

Penelitian skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas