• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI SASTRA MELAYU FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI SASTRA MELAYU FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

1

ORNAMEN GEDUNG MAJELIS ADAT BUDAYA MELAYU INDONESIA (MABMI) DI KABUPATEN LANGKAT

SUATU KAJIAN FUNGSI DAN MAKNA

SKRIPSI

DIKERJAKAN OLEH :

NAMA : KHAIRUNNISA RAMBE NIM : 150702030

PROGRAM STUDI SASTRA MELAYU FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

2

ORNAMEN GEDUNG MAJELIS ADAT BUDAYA MELAYU INDONESIA (MABMI) DI KABUPATEN LANGKAT

SUATU KAJIAN FUNGSI DAN MAKNA

SKRIPSI

KHAIRUNNISA RAMBE

NIM : 150702030

Diketahui Oleh Pembimbing

Dr. Rozanna Mulyani, M.A NIP. 196006091986122001

Disetujui Oleh,

Program Studi Sastra Melayu Ketua,

Dr. Rozanna Mulyani, M.A NIP. 196006091986122001

(3)

i

ORNAMEN GEDUNG MAJELIS ADAT BUDAYA MELAYU INDONESIA (MABMI) DI KABUPATEN LANGKAT

SUATU KAJIAN FUNGSI DAN MAKNA

Oleh : Khairunnisa Rambe 150702030

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “ Ornamen Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat Suatu Kajian Fungsi dan Makna ’’

yang ditinjau dari segi fungsi dan makna. Adapun permasalahan dalam skripsi ini Bagaimana bentuk dan nilai ornamen pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat. Apa fungsi ornamen pada bangunan Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat. Apa makna ornamen pada bangunan pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apa bentuk dan nilai ornamen, fungsi dan makna ornamen pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat. Teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan teori Semiotika oleh Charles Sanders Pierce (2003 :43) bahwa semiotika adalah tanda yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Sesuatu yang berbentuk pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, fungsi oleh Danandjaja, (1991:19). Metode penelitian yang gunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif, dengan metode pengumpulan data yang terdiri atas observasi, wawancara, kepustakaan, dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat 12 ornamen di gedung MABMI berdasarkan 3 jenis klasifikasi ornamen yaitu ornamen tumbuhan, beranekaragam, hewan. Adapun nilai-nilai yang terdapat pada penelitian ini adalah nilai estetika, nilai budaya, nilai kerukunan, nilai moral dan nilai solidaritas. Fungsi yang terdapat pada ornamen MABMI adalah (1) sebagai keindahan, (2) ragam hias murni, (3) seni murni estetis. Makna yang terdapat pada ornamen MABMI adalah makna sebagai simbolik.

Kata kunci : Ornamen, Mabmi, Fungsi dan Makna

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahawata’ala yang telah memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kemudahan dan menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Adapun judul skripsi penulis adalah

“ Ornamen gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat suatu kajian fungsi dan makna” Skripsi ini di tulis untuk memenuhi syarat penulisan skripsi sekaligus tugas akhir untuk mendapat gelar pada program studi Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Kandungan skripsi ini yaitu : Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri atas, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II merupakan kajian pustaka yang terdiri atas kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan. Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri atas, lokasi penelitian, geografi penelitian, sumber data penelitian, instrumen data penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab IV penulis membahas hasil dan temuan di lapangan yaitu bentuk, nilai-nilai, fungsi, dan makna pada gedung MABMI. Bab V yaitu berisi penutup penulis memaparkan hasil kesimpulan dan saran membangun dari penulis.

Penulis sudah berusaha menulis skripsi ini dengan baik. Namun demikian tidak mustahil masih ada kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini.

(5)

iii

Penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun ke arah perbaikan dalam penulisan dan penyempurnaan skripsi. Cukup Banyak rintangan yang penulis temukan dalam penulisan skripsi ini, tetapi dengan mengucap syukur Alhamdulillah penulis dapat mengatasi dan menyelesaikan dengan baik. Akhir kata penulis berharap semoga ini dapat berguna bagi seluruh pihak.

Medan, Agustus 2019 Penulis

Khairunnisa Rambe

Nim :150702030

(6)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kepustakaan yang Relevan ... 9

2.2. Teori yang Digunakan ... 11

2.2.1 Teori Nilai ... 11

2.2.2 Teori Fungsi ... 12

2.2.3 Teori Semiotika ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1 Metode Dasar ... 18

3.2 Lokasi Penelitian ... 18

3.3 Geografi Penelitian... 18

(7)

v

3.4 Data Penelitian ... 19

3.5 Sumber Data Penelitian ... 19

3.6 Instumen Data Penelitian ... 19

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.8 Metode Analisis Data ... 21

BAB IV PEMBAHASAN ... 22

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 22

4.2 Bentuk dan Nilai Ornamen Gedung MABMI ... 24

4.3 Fungsi Ornamen Gedung MABMI ... 37

4.4 Makna Ornamen Gedung MABMI ... 42

BAB V PENUTUP ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 56

Lampiran 1 : Daftar Informan ... 57

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia terdiri dari kesatuan budaya dan berbagai suku yang tersebar sampai keseluruh pelosok tanah air, setiap rumpun memiliki budaya daerahnya masing masing. Budaya tersebut mempunyai desain dan ragam variasi yang berbeda-beda yang di tanamkan dan dilaksanakan masyarakat secara turun temurun. Keanekaragaman inilah yang menunjukkan kekayaan budaya bangsa Indonesia pada dasarnya, salah satunya suku Melayu.

Takari (2009:132) mengatakan orang Melayu adalah kalangan yang menyatukan diri dalam pertalian pernikahan antara suku berbeda, dan berikutnya mengenakan adat resam bersama ,bahasa Melayu dalam sehari-hari. Suku Melayu kaya akan seni pantun, syair, dan seni tari-tarian seperti tarian zapin yang tengah meningkat pesat hingga sampai saat ini, bukan hanya itu suku Melayu menyimpan juga seni ukir atau ornamen yang merupakan kearifan kerajinan tangan yang menjadi elemen kultur etnis Melayu pada keadaan zaman dulu. Seni ukir Melayu, dahulu dibuat oleh sang pemilik bangunan untuk menujukkan status sosialnya.

Seni ukir ornamen Melayu mempunyai simbolik dan tingkat nilai artistik tingkat tinggi alasan pengukir menghadirkan nuansa Melayu.

Suku Melayu Langkat berdialek maye-maye salah satu suku Melayu yang terdapat di Sumatera Utara Indonesia. Ibu kotanya berada di Stabat. Kabupaten Langkat terdiri dari 23 Kecamatan dengan luas 6.272 km2 dan berpenduduk sejumlah 902.986 jiwa. Diseminasi pemukiman suku Melayu Langkat kabupaten

(9)

2

Langkat ini mulai dari daerah kota Medan, Binjai, Bohorok, Stabat, Tanjung Pura, Pangkalan Brandan, Pangkalan Susu dan hampir di seluruh wilayah kabupaten Langkat. Http://deureromalayan.blogspot.com//suku Melayu (diakses pada 03 Juni 2019, pukul 05.18 Wib).

Secara asal-usul kata ornamen berasal dari bahasa latin adalah ornare yang berarti menghias. Menurut KBBI ornamen adalah hiasan dalam rancangan bangunan kerajinan tangan. Ornamen merupakan implementasi hiasan pada suatu produk buatan. Bentuk-bentuk hiasan yang menjadi ornamen tersebut fungsi

utamanya adalah memperindah benda, produk atau barang yang di hiasi ( Sunaryo, 2009).

Sirait (1984:180) masyarakat Melayu memahami ornamen tertentu yang dapat di letakkan pada suatu benda, sehingga dengan meletakkan ornamen tersebut, benda tersebut akan semakin indah dan lebih berwibawa.

Ornamen adalah komponen dari keseluruhan produksi hasil seni yang di tambahkan atau terencana di bentuk untuk sebagai hiasan Gustami (1980).

Di dalam ornamen terdapat berbagai istilah mengenai motif dan ornamen berupa stilasi, distorsi, repetisi dan dekorasi.

1. Stilasi

Stilasi adalah motif hias yang digayakan. Maksudnya adalah memberikan suatu model atau tata cara untuk merancang suatu bentuk motif hias agar mewujudkan variasi yang berbeda dan inovatif.

2. Distorsi

(10)

3

Distoris adalah penyederhanaan motif-motif hias. Distorsi dan stilasi ontentiknya merupakan kegiatan memindai motif-motif hias dengan melakukan penambahan atau penyederhanaan.

3. Repetisi

Repetisi adalah pengulangan motif-motif hias, motif ornamen di sketsakan secara berulang-ulang. Dari defenisi tersebut dapat di jelaskan bahwa repetisi ini merupakan suatu aktivitas menggembalikan penggambaran motif-motif agar berwujud motif hias yang inovatif.

4. Dekorasi

Dekorasi merupakan motif ornamen yang dibuat untuk memperindah suatu ornamen untuk lebih mengagumkan. Dekorasi lazimnya dilakukan dengan mengerjakan penambahan-penambahan bentuk agar terlihat lebih indah dan penyederhanaan bentuk akan persepsi minimalis. Http://balitbang.

pemkomedan.go.id.(diakses pada 23 Januari 2019, pukul 13.46 WIB).

Selanjutnya di dalam ornamen juga memperoleh menunjukkan rentang waktu perkembangannya sebagaimana ornamen jenis primitif, ornamen tradisional, ornamen klasik, dan ornamen modern.

a. Ornamen primitif

Ornamen primitif berlangsung dan berkembang pada masa leluhur. Dalam perwujudannya umumnya memiliki bentuk-bentuk yang sederhana, naif dan selalu dikaitkan dengan hal-hal magis, serta merupakan penggambaran dari nenek moyang yang telah meninggal dunia.

b. Ornamen tradisional

(11)

4

Ornamen yang masih ada berkembang pada masa leluhur dan di rawat secara turun-temurun hingga sekarang.

c. Ornamen klasik

Ornamen klasik adalah ornamen yang sudah mencapai periode kejayaannya, sehingga identitas dan bentuknya tidak dapat diubah kembali karena apabila sudah mengklaim perubahan walaupun sedikit saja maka ornamen tersebut sudah tidak bisa dikatakan ornamen klasik.

d. Ornamen modern

Ornamen modern adalah hasil kreasi individu yang telah keluar dari aturan- aturan ornamen tradisional.Bahkan seringkali ornamen ini menyimpang dari aslinya. Http://balitbang. pemkomedan.go.id.(diakses pada 23 Januari 2019, pukul 13.46 WIB).

Seni ukir Ornamen memiliki fungsi sebagai fungsi hias, fungsi magis, fungsi simbolik, fungsi kontruksi, fungsi ekonomis.

1. Fungsi hias, adalah relief yang di gunakan semata-mata sebagai hiasan dan tidak memuat makna sama sekali.

2. Fungsi magis, adalah relief yang mengandung lambang-lambang tertentu dan dipercayai sebagai sesuatu yang magis atau memiliki kekuatan, di kaitkan dengan keyakinan dan keperluan spiritual.

3. Fungsi simbolik, adalah sebagai hiasan yang mengandung simbol-simbol tertentu yang berhubungan dengan spiritual. Oleh karena memiliki makna dan nilai tertentu. Maka penempatan dan pemasangan ornamen ini sembarangan tempat.

(12)

5

4. Fungsi konstruksi, adalah ukiran yang selain dipakai sebagi hiasan, juga digunakan sebagai pendukung sebuah bangunan. Misalnya ukiran pada rumah, pada tiang rumah, ukiran pada pintu dan lain-lain.

5. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang menambah nilai jual. Misalnya ukiran pada kaki kuri, meja, lemari, tutup lampu. Http:// wikipedia.org (diakses pada 23 Januari 2019, pukul 13.46 WIB).

Sedyawati (2012:118) mengartikan istilah ornamen adalah ornamen menetapkan pada segala hiasan apapun di atas permukaan suatu benda, baik di atas objek yang dapat di pindahkan atau tidak dapat di pindahkan. Barang-barang kecil seperti botol, senjata atau buku bisa jadi terdapat ornamendi atasnya.

Ornamen-ornamen tercantum menunjukkan kepribadian-kepribadian tertentu yang berhubungan dengan Islam seperti daun-daunan, garis-garis yang menyilang dan banyak model-model kaligrafi Arab lainnya.

Ornamen Melayu memiliki fungsi dan makna untuk masyarakat Melayu.

Keanekaragaman dari ornamen bertambah banyak motif-motif seperti jenis tumbuhan-tumbuhan, hewan, geometris, dan bentuk alam. Ornamen Melayu salah satu kreatifitas dari masyarakat Melayu melalui pengetahuan, pelajaran yang di dapat, dari alam sehingga menghasilkan seni ukir ornamen yang mengandung estetis dan etis sebagai sarat nilai-nilai tradisi didunia budaya Melayu.

Fungsi utama ornamen sebagai unsur penambah nilai estetis suatu karya seni juga yang dikatakan Sitorus dan Atmojo (2012 : 45) ornamen merupakan cara penambahan hiasan dengan cara mengutuhkan, menghias, dengan pengaruh upaya memberi motif-motif tertentu dalam faktor yang kosong menjadi bentuk.

(13)

6

Penelitian ini merupakan penelitian tentang fungsi dan makna yang ditinjau dari segi semiotik yang terfokus pada ornamen gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia di Kabupaten Langkat. Ornamen adalah hiasan yang berfungsi sebagai memperindah bagian dari sasaran objek.

Gaya ornamentasi dimanfaatkan dalam rujukan budaya kategori yang dikembangkan bentuk-bentuk unik dari dekorasi, atau ornamen termodifikasi dari budaya lain ( Wikipedia. Org ). Begitu juga ornamen simbol rumpun Melayu yang adalah budaya yang dituangkan melalui lisan yaitu oleh nenek moyang masyarakat Melayu yang di tinggalkan dalam bentuk material atau simbol-simbol yang representasi pada bangunan rumah Melayu sebagai memperindah bentuk fisik budaya.

Salah satu representasi pada bangunan rumah Melayu yang disebut gedung MABMI (Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia) bangunan gaya modern yang mengambil jenis ornamen Melayu Tradisional.

Gedung MABMI dibangun dengan nuansa modern pada bahan pembuatan material berupa yang semen yang pada umumnya kebanyakaan gedung, rumah adat Melayu bahan pembuatan material berupa kayu. Bangunan merupakan salah satu tanggapan dari manusia dalam berinteraksi dalam lingkungan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009) bangunan di defenisikan sesuatu yang di dirikan, dibangun yang dibangun (rumah, gedung, menara, jembatan).

Beranekaragam tradisional akan menjadi kearifan lokal.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, penulis mengkaji Ornamen Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI)

(14)

7

sebagai judul skripsi. Ornamen yang diperoleh pada“ Ornamen gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat suatu kajian fungsi dan makna” dengan bahan kajian terdahulu yang mengkaji “ Analisis Penerapan Ragam Hias Melayu Pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Kabaputen Langkat”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas agar sesuai dengan yang akan diteliti maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk dan nilai ornamen pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat?

2. Apa fungsi ornamen pada bangunan Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat?

3. Apa makna ornamen pada bangunan pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data secara akurat untuk mengetahui tentang :

1. Bagaimana bentuk dan nilai ornamen pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat.

(15)

8

2. Apa fungsi ornamen pada bangunan Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat.

3. Apa makna ornamen pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut :

1. Sebagai usaha melestarikan seni dan kebudayaan tentang rumah, gedung adat Melayu Langkat.

2. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa Program Studi Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya USU.

3. Menambah wawasan pembaca tentang ornamen rumah adat Melayu Langkat.

4. Menambah khasanah pengkajian tentang ornamen Melayu khusus di Indonesia.

5. Menginventarisasikan budaya Melayu yang mulai hilang karena perkembangan zaman.

(16)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Menyusun sebuah skripsi sangat di pentingkan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah salah satu hasil dari meninjau, pandangan, kesimpulan sesudah mempelajari (KBBI, 1990:951).

Kepustakaan yang relevan yang di pakai penulis yaitu berupa buku yang ditulis berjudul Motif dan Ornamen Melayu, Novianda (2004) dalam skripsi yang berjudul : Ornamen Rumah adat Melayu Deli suatu Tinjauan Fungsi dan Makna, Dzikri (2017) skripsi yang berjudul : Ornamen Istana Gunung Sahilan suatu Tinjauan Fungsi dan Makna. Awanis (2015) dalam skripsi berjudul “ Analisis Penerapan Ragam Hias Melayu Pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Kabaputen Langkat”.

Di bawah ini akan diuraikan satu persatu:

1. Buku T. Luckman Sinar ( 1993), yang berjudul Motif dan Ornamen Melayu, dalam buku ini memaparkan tentang sejarah dari ornamen Melayu, motif ornamen Melayu yang terdapat pada rumah adat, senjata, kain tenun, dan lain sebagainya.

2. Novianda (2004) dalam skripsi yang berjudul : “ Ornamen Rumah adat Melayu Deli suatu Tinjauan Fungsi dan Makna”, skirpsi ini membahas tentang ornamen yang terdapat pada rumah adat Melayu Deli Istana Maimon yang meliputi anatomi ornamen, jenis dan makna ornamen serta fungsi dari ornamen Melayu pada masyarakat Melayu Deli khususnya. Hasil temuan

(17)

10

skripsi Novianda (2004), pada rumah adat Melayu Deli terdapat 12 buah ornamen dengan bentuk hewan, bentuk makanan Melayu, bentuk tumbuhan, dan bentuk geometri.

3. Dzikri, Arifin (2017) dalam skripsi yang berjudul :“ Ornamen Istana Gunung Sahilan suatu Tinjauan Fungsi dan Makna”,hasil penelitian tersebut memaparkan tentang Ornamen Melayu pada istana kerajaan Gunung Sahilan merupakan bagian dari historis budaya, perilaku yang pernah di wariskan oleh leluhur masyarakat bahwa kreatifitas dalam penciptaan seni ornamen tidak terlepas dari pola perilaku masyarakat yang ada pada istana kerajaan Gunung Sahilan. Hasil temuan ornamen pada skripsi Dzikri (2018) di Istana Gunung Sahilan terdapat 19 buah ornamen dengan bentuk motif hewan, motif tumbuhan, motif geometris, dan bentuk beranekaragam.

4. Awanis, Mutia (2015) dalam skripsi berjudul “ Analisis Penerapan Ragam Hias Melayu Pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Kabaputen Langkat”. Hasil penelitian terdapat 12 jenis ornamen memaparkan pada bentuk-bentuk ornamen, penggunaan bahan dan teknik pembuatan ornamen pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonsia (MABMI) yang berubah dan beberapa di modifikasi, bentuk gedung MABMI mengambil bentuk dari Istana Sultan Langkat pada zaman dahulu.

Bentuk ornamen yang terdapat pada bangunan-bangunan tersebut adalah bentuk tumbuhan, bentuk hewan, bentuk geometris dan bentuk beranekaragam dan motif ornamen Melayu yang di pakai terdapat pada bangunan Melayu.

(18)

11

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas yang memaparkan bentuk ornamen Melayu daerah Riau, Melayu Deli, dan Melayu Langkat. Walaupun penulis juga mengkaji tentang Ornamen, tetapi tidak sama dengan keempat penulis di atas, karena penulis mengkaji tentang “ Ornamen gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Langkat”” yang ditinjau dari segi fungsi dan makna. Peranan tinjauan pustaka di atas sangat memudahkan penulis untuk menetapkan bentuk ornamen berdasarkan jenis bentuk simbol. Ornamen yang dikaji sangat membantu penulis sebab segi arsitektur bangunan, tata letak ornamen serta fungsi dan maknanya memiliki kesamaan. Sehingga perihal mengenai ornamen gedung MABMI Langkat dalam bentuk fungsi dan makna yang terkandung di dalamnya menjadikan keunggulan tersendiri pada gedung Adat Melayu Langkat.

2.2 Teori yang digunakan

Adapun teori yang digunakan peneliti adalah teori nilai, teori fungsi, teori semiotik. Di bawah ini akan diuraikan satu persatu:

2.2.1 Teori Nilai

Nilai merupakan seperangkat keyakinan dan tindakan-tindakan pribadi seseorang tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau perilaku yang memperkenalkan pada perbuatan dan pemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang (Simon, 1973).

(19)

12

Koentjaraningrat (1971:5) kebudayaan adalah keutuhan sistem pemikiran, tindakan dan hasil karya manusia dalam memperoleh kehidupan masyarakat yang di jadikan kepunyaan dari manusia dengan belajar.

Nilai budaya Koentjaraningrat (1980:15) kebudayaan dalam tiga unsur yang dapat di temukan dalam berbagai segi kehidupan yaitu :

1. Kompleks ide, nama, nilai, dan peraturan.

2. Kompleks kegiatan kelakuan berpola manusia dalam masyarakat.

3. Benda hasil karya manusia.

Dari pendapat ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa. Masyarakat Melayu menciptakan fungsi ornamen tidak sembarangan, mereka menciptakannya berdasarkan motif dan aturan-aturan kebudayaan mereka. Terdapat unsur tersimpan seperti ungkapan pikiran, cita-cita, serta renungan manusia pada zaman dulu. Dengan demikian mereka sangat mematuhi adat sesuai dengan ciri khas mereka buat sendiri dan menjaga agar dapat di wariskan secara turun-temurun secara sadar dan penuh tanggung jawab. Sehingga skripsi penulis ini berusaha menggali nilai-nilai budaya yang dikaitkan pada nilai-nilai kehidupan yang tersimpan dalam ornamen Melayu gedung MABMI.

2.2.2 Teori Fungsi

Fungsi menurut Bascom ( dalam Danandjaja, 1991:19) ada empat yaitu : a. Sebagai metode proyeksi (projective system), yakni sebagai alat

pencerminan angan-angan suatu bersama-sama.

b. Sebagai alat pengesahan kovensi-kovensi dan lembaga-lembaga kebudayaan.

(20)

13

c. Sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device).

d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu di patuhi anggota kolektifnya.

Berdasarkan teori fungsi Bascom (1965:3-20) di atas penulis menggunakan hubungan fungsi dengan ornamen sebagai sistem proyeksi (projective system), yaitu sebagai alat pencerminan angan-angan suatu bersama- sama. Fungsi ini erat hubungannya dengan makna dan bentuk ornamen tersebut.

Bentuk-bentuk ornamen merupakan suatu bentuk pencerminan angan-angan masyarakat Melayu yang di jadikan kebudayaan.

2.2.3 Semiotik

Berdasarkan judul penelitian ini, maka teori yang di gunakan untuk mendeskripsikan fungsi dan makna ornamen dalam Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat adalah teori semiotik.

Semiotik berasal dari kata yunani semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berurusan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda (Aartvan Zoest,1993:1). Teori yang menganggap bahwa fenomena sosial (masyarakat) dan kebudayaan sebagai tanda adalah teori semiotik.

Menurut Saussure (1857-1913) semiotik memilik dua faktor yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Tanda ada beberapa berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya. Jenis tanda yang paling utama adalah ikon,

(21)

14

indeks, simbol. Arti dari ikon itu sendiri adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan ini merupakan hubungan persamaan, misalnya potret menandai orang yang dipotret sebagai artinya. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan sebab akibat (kausal) antara penanda dan petandanya, misalnya asap menandai adanya api.

Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungan bersifat arbitrer (semau- maunya), misalnya “ ibu” adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi- konvensi masyarakat bahasa (Indonesia).

Menurut Preminger (dalam Pradopo,2003:119) semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, ilmu ini menganggap bahwa keajaiban sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda, semiotik itu mempelajari sistem- sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Morris (1946:3) mendefinisikan semiotik adalah ilmu mengenai tanda, baik itu bersifat manusiawi maupun hewan, berhubungan dengan suatu bahasa tertentu atau tidak mengandung unsur kebenaran atau kekeliruan, bersifat sesuai atau tidak sesuai, bersifat wajar atau mengandung unsur yang dibuat-buat.

Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia.

Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan manusia di lihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus diberi makna (Benny, 2011:3).

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan teori semiotik yang dikemukakan Pierce (1978:1), tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi

(22)

15

seseorang. Sesuatu itu dapat berbentuk pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan.

Hal yang dikaji tanda bukan hanya bahasa, melainkan berbagai hal yang dapat melingkupi kehidupan disekitar kita. Tanda dapat berupa bentuk, tulisan, karya seni, sastra, lukisan dan patung.

Menurut Pierce ( dalam buku Benny 2008:22) semiotik dan dinamika sosial budaya, ada 3 jenis tanda icon (ikon), index ( indeks), dan symbol (simbol), yaitu :

1 Icon (ikon)

Ikon adalah hubungan antara penanda dan petanda objek yang bersifat kemiripan. Contohnya foto dengan yang di foto atau peta dengan wilayah geografisnya.

2 Index (indeks)

Indeks merupakan tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara penanda dan petanda yang berifat kasual atau sebab akibat atau tanda yang langsung mengacu dengan apa yang ditandakan. Contohnya, mendung menandakan akan turunnya hujan, jejak telapak kaki di tanah menandakan orang yang melewati tempat itu.

3 Symbol (simbol)

Simbol merupakan tanda yang memiliki hubungan makna dengan yang di tandakan bersifat arbiter, sesuai dengan konvensi (perjanjian) suatu lingkungan sosial tertentu. Contohnya, lampu merah menandakan berhenti.

Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut tersebut, Pierce (2003 :43) membagi ikon menjadi empat jenis:

(23)

16

1. Qualisign, yaitu kualitas sejauh yang dimiliki tanda. Kata keras menunjukkan kualitas tanda. Misalnya, suara keras yang menandakan orang itu marah atau ada sesuatu yang di inginkan.

2. Iconic Sinsign, yaitu tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh, foto, peta dan tanda baca.

3. Rhematic Indexical Sinsign, yaitu tanda yang berdasarkan pengalaman langsung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh segala sesuatu. Contoh, pantai yang sering merenggut nyawa orang yang mandi di situ akan dipasang bendera bergambar tengkorak yang bermakna berbahaya,dilarang mandi disini.

4. Dicent Sinsign, yaitu tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu.

Misalnya, tanda larangan yang terdapat di pintu masuk sebuah kantor.

Pierce membagi klasifikasi Indeks menjadi tiga jenis :

1. Iconic Lesign, yaitu tanda yang memberitahukan norma atau hukum.

Misalnya, rambu lalu lintas.

2. Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada obyek tertentu, misalnya kata ganti penunjuk. Seseorang bertanya, “ Mana buku itu

?’’ dan dijawab, “ tu!”.

3. Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan menunjukkan subyek informasi. Tanda berupa lampu merah yang berputar- putar di atas mobil ambulans menandakan ada orang sakit atau orang yang celaka yang di larikan kerumah sakit.

(24)

17

Simbol yang terdapat pada ornamen yang ada pada gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Langkat diantaranya tercipta dan di ciptakan atas dorongan pengaruh lingkungan seperti alam, manusia, tumbuh-tumbuhan, geometris. Pierce membagi klasifikasi Simbol menjadi tiga jenis :

1. Rhematic Symbol atau Symbolic rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi nilai umum.

2. Dicent Symbol atau proposition (proposisi) adalah tanda yang langsung menghubungkan dengan objek asosiasi dalam otak.

3. Argument, yakni tanda yang merupakan kesamaan seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu.

Pada ketiga analisis semiotik Pierce, penulis menggunakan semiotika dalam simbol untuk mengkaji ornamen Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat. Seperti halnya ornamen Melayu memiliki makna simbol. Simbol merupakan salah satu bagian dari hubungan tanda dengan acuannya, yaitu hubungan yang akan menjelaskan makna dari sebuah referen tertentu. Secara etimologis, simbol berasal dari kata Yunani “sym- ballein” yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan). Kata simbol digunakan juga dalam dunia ilmu logika, matematika, semantik, semiotika dan epistomologi. Simbol juga memiliki sejarah panjang di dunia teotologi yang berarti (simbol sebuah sinonim dari kepercayaan) dibidang liturgi, seni rupa dan puisi. Seperti halnya ornamen sebagai simbol yang memiliki makna tersendiri.

Ornamen yang ada pada masyarakat Melayu Langkat diletakkan pada tempat

(25)

18

Landasan dinding, pintu masuk, tiang gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Kabupaten Langkat.

Hubungan teori Pierce (1978:1), di atas mengaitkan setiap ukiran-ukiran yang terdapat dalam ornamen terdapat simbol yang memiliki makna-makna tertentu. Untuk itulah penulis memilih teori ini sebagai suatu landasan berpijak dalam meneliti ornamen pada gedung Majelis Adat Budaya Melayu (MABMI) Langkat, agar penelitian ini tidak keluar dari jalur penelitian.

(26)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Setiap penelitian menggunakan suatu cara ataupun metode untuk mencapai hasil yang sistematis dan terarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan penelitian lapangan (field research). Penelitian yang mengambil data dari Kecamatan Stabat dengan menggunakan dengan metode deskriptif, yakni suatu metode yang menggunakan, mengumpulkan atau menguraikan berbagai data-data atau teori yang ada, Mukthar (2009:202).

Penelitian kualitatif deskriptif menurut Sugiyono (2008:15) metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme yang biasa digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian lapangan ini akan dilakukan pada bangunan Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) tepat di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

3.3 Geografi Wilayah Penelitian

Dari segi Geografisnya Kabupaten Langkat terletak pada posisi pantai timur Sumatera Utara3,14° dan 4,13° Lintang Utara, 97,52° dan 98,45 Bujur Timur, dengan luas wilayah 6.263,29 Km2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.

(27)

20 3.4 Data Penelitian

Data penelitian diperoleh dari Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Langkat, referensi buku-buku serta melalui wawancara tokoh-tokoh, badan pengurus Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) di Langkat yang mengerti tentang ornamen gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Langkat.

3.5 Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah data yang berasal dari narasumber yang mengetahui tentang bentuk, fungsi, makna dan nilai ornamen pada bangunan gedung Majelis Adat Budaya Melayu (MABMI) Langkat serta tambahan pendukung dari skripsi, tesis, dan jurnal yang membahas tentang ornamen bangunan tersebut.

3.6 Instrumen Data Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mempersiapkan instrumen atau alat bantu penelitian. Suharsimi Arikunto (2010:265) yaitu instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang di pilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan di permudah olehnya.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:224) metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dilakukuan bertujuan

(28)

21

untuk memperoleh informasi yang di butuhkan dalam rangka tercapai tujuan penelitian. Berikut adalah metode yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian.

1. Metode Pustaka, yaitu mencari buku-buku referensi yang berkaitan sesuai dengan kajian penelitian sebagai data sekunder penulis untuk melengkapi data primer dari lapangan.

2. Metode Observasi, yaitu penulis terjun langsung ke lapangan dalam melakukan pengamatan terhadap objek penelitian dan mencatat informasi dengan apa yang dilihat.

3. Metode Wawancara, wawancara merupakan bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan responden. Komunikasi dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata verbal. Penulis mengumpulkan data penelitian ini menggunakan metode wawancara tak berstruktur yaitu melakukan wawancara terhadap responden yang dianggap dapat memberikan keterangan tentang data-data objek yang di teliti tanpa menggunakan pola terikat daftar pertanyaan dengan menggunakan tekink rekam dan teknik catat.

4. Metode Dokumentasi, Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data secara visual. Bentuk data dalam teknik penelitian ini yang menggunakan dokumentasi adalah gambar-gambar ornamen yang diteliti, serta rekaman suara hasil wawancara dengan narasumber data. Dokumentasi ini dilakukan selama melakukan proses penelitian.

(29)

22 3.8 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari data menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat di pahami, dan semuanya dapat di informasikan kepada orang lain (Sugiono, 2013:244). Membangun suatu analisis data berkaitan dengan mendeskripsikan bentuk, fungsi dan makna ornamen gedung Majelis Adat Budaya Melayu(MABMI) Langkat. Data yang diperoleh dari masyarakat sangat berpengaruh terhadap fungsi dan makna terhadap nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat Melayu Langkat pada zaman dahulu sampai sekarang. Langkah- langkah penulis lakukan dalam analisis data adalah

1. Data yang sudah terkumpul di klasifikan sesuai dengan pokok permasalahan, kemudian dibuat isyarat agar sumber datanya tetap ditelurusi.

2. Dianalisis sesuai dengan teori yang dipaparkan.

3. Membuat kesimpulan berdasarkan verifikasi kebenaran dan makna dari hasil penelitian.

(30)

23

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) salah satu situs bangunan rumah adat Melayu Langkat yang terinspirasi bentuk dari peninggalan Istana Kesultanan Melayu Langkat pada zaman dulu dan dijadikan pengganti wakil sosok Kesultanan Melayu Langkat.

(Rumah Adat Melayu Langkat Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019)

Arsitektur bangunan MABMI dipengaruhi Kesultanan Melayu Langkat dilihat dari anak tangga yang mengelilingi sekitar bangunan, tetapi bahan

(31)

24

bangunan yang di pengaruhi masuknya Belanda ke Indonesia yang hampir kesulurahan bahan material modern. Ornamen-ornamen disetiap bangunan menambahkan nilai-nilai berguna dalam masyarakat Melayu Langkat.

4.2 Bentuk dan Nilai Ornamen Gedung MABMI

Corak hiasan dasar Melayu pada umumnya tersusun dari sumber tumbuhan, alam, beranekaragam, geometris dan hewan. Ornamen bentuk hewan jarang diterapkan karena orang-orang Melayu sangat identik dengan ajaran agama Islam. Bahwa di dalam agama Islam terdapat larangan menggambar mahluk hidup yang bernyawa. Hal tersebut di sebabkan dengan hadist yang mengatakan larangan tersebut. Namun ornamen bentuk hewan dari hasil karya masyarakat Melayu sebelum masuknya Islam. Pada zaman sebelum masuk Islam masyarakat Melayu jarang di gunakan berunsurkan makhluk hidup yang bernyawa tetapi dimodekan dalam seni abstrak.

Ornamen hewan dibuat yang di abstrakkan dan kombinasi sehingga tak terlihat dalam bentuk wujud asli objek melainkan, berdasarkan kandungan sifat tertentu yang berkaitan dengan kepercayaan, mitos dan hewan di sekitar masyarakat Melayu.

Motif tumbuhan di zaman prasejarah di Indonesia tidak terdapat ornamen tumbuhan, tetapi melainkan di zaman pengaruh Hindu yang datang dari India.

Sejak saat itu ornamen tumbuhan menjadi bagian penting dalam dunia ornamentasi, ragam hias di Indonesia. Makin bertambah pesat ketika agama Islam datang ke Nusantara.

(32)

25

Ornamen tumbuhan biasanya di temukan pada ukiran-ukiran kayu, pahatan, dan media-media lainnya. Ornamen tumbuhan mengambil bentuk dari berbagai segala jenis-jenis tumbuhan dari daun, bunga, buah dan bagian tumbuhan lainnya di gayakan menjadi bentuk hiasan yang merambat ke arah kanan dan ke kiri secara bergantian seperti huruf Z dibentuk sedemikian rupa seperti bentuk tumbuhan yang diinginkan. Setiap wilayah dan suku pasti memiliki tumbuhan khas yang akan menjadi perwakilan identitas mereka.

Ornamen bentuk tumbuhan dibuat masyarakat Melayu dengan berbagai bentuk yang lebih alami dalam pembuatannya berdasarkan pengalaman dan pelajaran yang didapat dari alam. Diketahui sumber konsep inspirasi masyarakat Melayu dituangkan dalam bentuk ornamen tidak jauh dari pengalaman dan pelajaran kehidupan sehari-hari. Sehingga melahirkan ornamen bentuk tumbuhan luar biasa indahnya dan memiliki makna, nilai tertentu.

Ornamen bentuk beranekaragam di ambil dari bentuk ornamen yang berbeda dari ornamen lain dan ornamen bentuk beranekaragam percampuran dasar pola-pola ornamen tumbuhan, geometris. Penamaan ornamen bentuk beranekaragam terkadang kurang diketahui dari mana asal penamaan tetapi orang Melayu selalu mempunyai maksud dan tujuan khusus dalam menciptakan ornamen tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian maka ditemukan jenis simbol ornamen di gedung MABMI terdapat 3 jenis simbol ornamen yaitu: 1. ornamen bentuk tumbuhan, 2. ornamen bentuk hewan, 3. ornamen beranekaragam.

Ketiga ornamen tersebut dijelaskan sebagai berikut.

(33)

26 4.2.1 ORNAMEN BENTUK TUMBUHAN 1. Ornamen Tampok Manggis

(Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Tampok Manggis) Tampok manggis merupakan ornamen dengan bentuk tumbuhan pola bunga manggis. Tampok dalam bahasa Melayu pangkal pada buah. Ornamen tampok manggis terdapat pada bagian tempat perkarangan taman gedung MABMI untuk hiasan pinggir melingkar yang akan di tanami bunga-bunga mengingat orang Melayu menyukai keindahan. Ornamen tampok manggis terbuat dari bahan semen yang dicetak dengan pola garis lengkung dan tidak terdapat garis lurus tegak dengan warna kuning dan merah.

2. Ornamen Bunga Hutan

Ornamen bunga hutan adalah ornamen yang terdapat pada kasa jendela yang terbuat dari ukiran kayu berbentuk persegi ditambahkan motif bunga berlubang kecil dengan motif pengulangan yang melengkung yang berfungsi ventilasi udara.

(34)

27

( Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Bunga Hutan)

Bentuk ornamen bunga hutan terdapat bidang lingkaran, setengah lingakaran dan seperti membentuk mahkota bunga. Masyarakat Melayu selalu membuat modifikasi untuk menghiasi kasa jendela mereka. Pewarnaan dasar ornamen bunga hutan adalah kuning dan coklat. Warna kuning selalu dipakai orang Melayu dan menjadi warna sering di jumpai dimotif ornamen kain songket, pakaian adat, makanan, rumah adat, gedung Melayu dengan mengandung nilai tersendiri.

3. Ornamen Julun Kacang

( Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Julun Kacang)

(35)

28

Ornamen ini, dikatakan masyarakat Melayu Langkat mengatakan julun kacang merupakan ornamen dengan bentuk nuansa ornamen ini terlihat rumit garis melengkung seperti bukit, terdapat lonjongan tampak seperti pohon yang di lilit kacang panjang melingkar. Ornamen julun kacang terbuat dari kayu, terdapat pada kasa pintu.

4. Ornamen Pokok Kolan

( Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Pokok Kolan) Ornamen pokok kolan di tempatkan pada dinding rumah gedung MABMI tepatnya dibagian samping kanan dan samping kiri pintu. Ornamen pokok kolan seperti tanda hati saling menimpa yang berbentuk daun lebar keladi melingkar lingkar seperti rantai.

5. Ornamen Selembayung

(36)

29

( Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Selembayung)

Ornamen selembayung biasa ditempatkan pada puncak rumah dan berbentuk persilangan pada ujung sisi bangun, tetapi ornamen selembayung di gedung MABMI di tempatkan pada dinding samping kanan dan kiri kasa pintu tepatnya diatas ornamen bunga bervariasi. Ornamen selembayung terbuat dari proses cetakkan pada semen halus. Pewarnaan ornamen dasar kuning dan hijau yang sesuai ajaran islam.

6. Ornamen Pucuk Rebung

( Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Pucuk Rebung)

(37)

30

Ornamen pucuk rebung terlihat di gambar bahwa ornamen pucuk rebung di tempatkan pada tiang penyangga beranda di bawah gedung MABMI. Ornamen pucuk rebung ini berbentuk runcing dengan pola geometris ke atas dengan warna dasar hijau seperti warna bambu pada dasarnya. Ornamen pucuk rebung dengan gaya sedikit lebih modern dari ornamen pucuk rebung pada ornamen masyarakat Melayu.

7. Ornamen Bunga Bervariasi

( Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Bunga Bervariasi) Ornamen bunga bervariasi ini di tempatkan pada dinding gedung MABMI, Ornamen bervariasi terinspirasi dari jenis tumbuhan yang diambil gabungan dari jenis bunga-bunga tetapi kurang diketahui berasal dari jenis bunga apa.

Pewarnaan hijau dan kuning, warna yang melekat pada masyarakat Melayu.

Teknik pembuatan ornamen ini dengan motif pengulangan yang sama dan dicetak menggunakan semen halus.

(38)

31

4.2.2 ORNAMEN BENTUK BERANEKARAGAM 1. Ornamen Terali Biola

( Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Terali Biola)

Ornamen terali biola kita lihat pada saat menaiki anak tangga, ornamen terali biola menghiasi pinggiran sekeliling anak tangga. Ornamen terali biola dengan bentuk macam-macam lingkaran yang menambah kesan dengan berdiri tegak lurus disusun berdampingan. Bentuk ornamen terali biola polos, ornamen terali berfungsi sebagai pagar tanaman, pagar rumah.

2. Ornamen Roda Sula

( Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Roda Sula)

(39)

32

Ornamen roda sula diukir pada semen. Ornamen roda sula berbentuk mahkota bunga dengan garis melengkung, dan garis tegak lurus. Lingkaran pada roda sula terlihat seperti pola matahari penempatan ornamen roda sula dibagian tengah dinding atap berbentuk segitiga.

3. Ornamen Panca Persada

(Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Panca Persada) Ornamen panca persada ini terletak bagian sisi atas tiang pos penjaga.

Ornamen ini simbol dari kebudayaan Melayu selalu dipakai pada adat pernikahan yaitu tempat mandi bedimbar. Bentuk ornamen panca persada tersusun tiga jenis bentuk pertama bagian paling atas seperti kuntum bunga jantung pohon pisang, dengan sisi bagian bawah berbentuk persilangan hati terbalik, dan kapak kecil.

Teknik pembuatan ornamen panca persada dicetak menggunakan semen.

4. Ornamen Kendit Tali

( Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Kendit Tali)

(40)

33

Ornamen kendit tali di tempatkan pada tiang penyangga bersamaan dengan di atas ornamen pucuk rebung. Ornamen kendit tali berbentuk persegi panjang sangat polos yang disusun menimpa–nimpa. Teknik pembuatan ornamen kendit tali dicetak dengan semen.

4.2.3 ORNAMEN BENTUK HEWAN 1. Ornamen Lebah Bergantung

( Doc. Foto oleh Khairunnisa Rambe 07 Mei 2019. Ornamen Lebah Bergantung) Ornamen lebah bergantung terdapat pada hiasan atap gedung. Ornamen lebah bergantung di ukir dengan kayu dengan posisi jatuh ke bawah yang mirip rumah lebah madu biasanya menggantung di dahan pohon. Ornamen lebah bergantung sangat di lestarikan sampai saat ini dan mudah di temukan pada atap rumah bercorak Melayu tradisional, modern, gedung perkantoran dan kelembagaan. Terdapat banyak jenis lebah bergantung diterapkan setiap sisi gedung MABMI seperti pada gambar di bawah ini :

Ornamen lebah bergantung pada tiang pos penjaga.

(41)

34

Ornamen lebah bergantung pada tiang panca persada.

Dari bentuk ornamen di jelaskaan pada di atas, mempunyai nilai-nilai yang terkandung pada setiap ornamen terdapat pada gedung MABMI sebagai berikut : 1. Nilai Estetika

Nilai estetika yang berhubungan keindahan yang dirasakan, dilihat dari sesuatu yang dianggap indah oleh seseorang. Hubungan suatu keindahan dengan suatu bentuk seni tidak dapat terlepaskan yang selalu melengkapi satu sama lain.

Keindahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah suatu bentuk seni dari hasil karya kreasi rasa seni manusia bentuk seni yang dimaksud adalah ornamen gedung MABMI. Seorang pembuat ornamen tidak sembarangan untuk mengukir sebuah ornamen namun pada sebenarnya mempunyai nilai dan makna keindahan setiap goresan garis, warna pada ornamen tersebut.

Pengukir ornamen Melayu menerapkan juga prinsip tidak sembarangan untuk mengukir ornamen Melayu. Pengukir Melayu membentuk ornamen, meletakkan ornamen di tempat-tempat tertentu supaya terlihat nilai dan makna dari beragam warna seperti kuning, hijau, merah. Pengukir ornamen Melayu

(42)

35

mempunyai cita-cita tinggi untuk mengaplikasikan pengalaman, pelajaran yang di dapat dari alam yang di tuangkan dalam sebuah bentuk bahan material biasa dengan wujud material luar biasa.

Seperti ornamen-ornamen yang diletakkan pada jendela dan berfungsi sebagai ventilasi udara dan tangga ornamen sebagai pelindung pada gedung MABMI semata mengandung nilai estetika namun perubahan pola pandangan pikir masyarakat sangat mempengaruhi nilai-nilai dari produk ornamen. Seperti ornamen julun kacang pada suatu bangunan khazanah di gedung MABMI, dimana kita pikir hanya berfungsi sebagai ruangan ventilasi, namun jika kita melihat lebih jauh kita dapat melihat dan merasakan nilai estetika.

Tujuan diciptakan keindahan agar dapat bagaimana merasakan tanpa menggunakan rumus tertentu dengan bebas dari segala macam rumusan apapun.

Ornamen pokok kolan, ornamen julun kacang, ornamen bunga bervariasi, ornamen bunga hutan, panca persada, roda sula, pucuk rebung, terali biola, tampok manggis, pada dasarnya mempunyai nilai estetika.

2. Nilai Budaya

Kebudayaan bentuk keindahan sebagai salah satu dari sifat manusia yang tumbuh dalam cipta manusia. Kebudayaan sangat banyak jenisnya yang mewakili simbol nilai-nilai, spritual dan kesenian. Kebudayaan mencakup faktor yang cukup luas, yaitu keyakinan, moral, pengetahuan, kesenian bahkan segala kebiasaan dari tindakan yang dibuat manusia sebagai anggota masyarakat. Setiap yang di ciptakan dari hasil kreasi manusia selalu di junjung tinggi oleh masyarakat

(43)

36

mengingat seni ornamen di wariskan secara turun temurun pada teknik dan proses pembuatan, di sinilah nilai budaya akan tampak mahal.

Ornamen-ornamen pada gedung MABMI dari hasil budaya tradisi lisan dan melahirkan nilai budaya berdinamika mulai diwariskan oleh sejarah leluhur.

Kreativitas pola perilaku sangat mempengaruhi dalam penciptaan ornamen. Nilai budaya dapat berguna sebagai wadah dasar mendidik anak-anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa, melestarikan adat budayanya agar tidak punah oleh di tengah zaman sekarang dunia millenial. Perlu ditingkat pengetahuan kesadaran kita, bahwa setiap suatu seni mempunyai sejarah yang melahirkan nilai- nilai budaya yang harus dijaga, jika tidak nilai budaya itu sia sia tidak berguna apabila dibiarkan. Berbicara tentang suatu nilai budaya tidak akan habis pembahasannya. Ornamen-ornamen di gedung MABMI salah satu bentuk kebudayaan dalam seni ragam hias ornamen.

3. Nilai Kerukunan

Kerukunan sangatlah penting diterapkan pada perkumpulan suatu masyarakat dimana kerukunan akan membuahkan manfaat sangat besar dalam kehidupan, suku, agama, etnis, bangsa. Orang Melayu sangat menjaga kerukunan dimasyarakat maupun keluarga. Nilai kerukunan sangat terinspirasi pengukir ornamen Melayu dalam proses menciptakan wujud ornamen. Di buktikan pada ornamen lebah bergantung, bunga bervariasi memiliki makna tentang kerukunan dalam bermasyarakat dan melahirkan nilai-nilai kerukunan.

4. Nilai Moral

(44)

37

Nilai moral berbentuk tanggung jawab tindakan baik yang dimiliki seseorang guna moralitas yang tergambarkan di dalam pandangan atau rancangan, sebagai lambang tindakan dan perilaku.Ornamen tercipta guna memberikan tahu dalam mengambil pelajaran dari nenek moyang dalam melaksanakan interaksi di tengah kehidupan masyarakat. Ada amanat-amanat dari leluhur kepada penerus masa depan guna membenahi akhlak serta mencontoh kehidupan zaman dulu yang bertanggung jawab atas pekerjaan masing-masing untuk kebudayaan. Ornamen tampok manggis, Ornamen pokok kolan mempunyai nilai-nilai moral dari dalam makna yang melambangkan kejujuran, menghormati yang lebih tua, orang pendatang.

5. Nilai Solidaritas

Nilai solidaritas berbentuk perasaan setia kawan, sifat satu rasa pada suatu kelompok anggota masyarakat, yang berkenaan perlunya komunikasi usaha menunjang pembangunan kebudayaan dalam kepentingan bermasyarakat.

Ornamen selembayung mempunyai nilai-nilai solidaritas dari dalam makna yaitu melambangkan rasa kasih sayang antara sesama makhluk hidup yang di ciptakan Allah Subhanaalahwata’ala.

4.3 Fungsi Ornamen Gedung MABMI

Ornamen Gedung MABMI mempunyai fungsi yang secara langsung sebagai keindahan dan simbolik. Hal ini berkaitan dengan tradisi sehari-hari masyarakat Melayu. Berikut penjelasan fungsi ornamen yang terdapat di gedung MABMI yaitu :

(45)

38 4.3.1 Ornamen Bentuk Tumbuhan

No.

Ornamen Tumbuhan

Bentuk Ornamen Fungsi Ornamen

1 Ornamen bentuk tampok manggis

Ornamen tampok manggis sebagai penambah hiasan keindahan murni estetis dan simbolik tersimpan pada taman perkarangan bunga yang terletak depan gedung MABMI . Tampok manggis diambil dari pangkal buah manggis. Pewarnaannya juga hampir menyerupai buah manggis.

2 Ornamen bunga bunga hutan

Sebagai keindahan dari ornamen bunga hutan bersifat murni untuk memperindah ventilasi udara yang terdapat pada kasa jendela gedung MABMI wawancara dengan bapak Rizal. Bahan pembuataan kayu yang dipilih secara khusus guna memperkuat pondasi ornamen.

(46)

39 3 Ornamen

bentuk julun kacang

Ornamen julun kacang sebagai lubang angin kedalam ruangan yang dengan hiasan yang melengkung seperti bukit, pohon yang merambat keluar dan menambah kesan keindahan tepat diatat pintu gedung MABMI.

4. Ornamen bentuk pokok kolan

Ornamen pokok kolan sebagai ragam hias murni pada dinding.

Ornamen pokok kolan memikat mata dengan tercipta keindahan sederhana dari sebuah bentu pola garis-garis bagian dinding gedung MABMI dan menambah nilai estetis.

5. Ornamen bentuk selembayung

Ornamen selembayung Sebagai ragam hias menghiasi keindahan dari dan ragam simbolik menyimpan makna tersirat berfungsi bentuk tersirat menunjukkan kepada seorang yang kita kasih sayang.

(47)

40 4.3.2 Ornamen Bentuk Beranekaragam

No. Ornamen

Beranekaragam Bentuk Ornamen Fungsi Ornamen

1. Ornamen bentuk terali biola

Ornamen terali biola berfungsi sebagai seni murni estetis yaitu untuk memperindah beranda ruangan luar, selain itu terali biola berfungsi sebagai pagar.

Ornamen terali biola juga biasa di letakkan pada bawah jendela 6. Ornamen

bentuk pucuk rebung

Ornamen pucuk rebung berfungsi penyangga atau pondasi yang tidak boleh diabaikan. Apabila pondasi itu hancur maka kesuluruhan disekitarnya akan terikut hancur (hasil wawancara dengan bapak Rizal pada 26 Juni 2019).

7. Ornamen bentuk bunga bervariasi

Ornamen bunga bervariasi sebagai ragam hias yang berfungsi sebagai keindahan yang tidak semata dibuat untuk dipajang begitu saja.

(48)

41

yang berfungsi sebagai pembatas, memperindah rumah, istana Melayu.

2. Ornamen bentuk roda sula

Ornamen roda sula berfungsi Lubang angin yang berbentuk setengah lingkaran. Ornamen ditempatkan di dinding paling

atas gedung MABMI

berbentuk sula jari-jari mahkota.

3. Ornamen bentuk panca persada

Ornamen panca persada berfungsi ragam hias yang berdiri tegak tinggi juga memiliki fungsi simbolik agar selalu menjaga hubungan perdamaian di masyarakat.

4. Ornamen bentuk kendit tali

Ornamen bentuk kendit tali sebagai ragam hias keindahan penyempurnaan dari ornamen pucuk rebung yang satu penempatan di tiangga penyangga gedung MABMI.

(49)

42 4.3.3 Ornamen Bentuk Hewan

No. Ornamen

Hewan Bentuk Ornamen Fungsi Ornamen

1 Ornamen bentuk lebah bergantung

Berfungsi sebagai seni hiasan murni keindahan dari suatu bangunan selain itu berfungsi sebagai pelindung ruangan di bawahnya, penghalau matahari, mengurangi percikan hujan, dan abu dari polusi udara.

Warna ornamen lebah bergantung adalah warna kuning identitas suku Melayu yang melambangkan kesucian.

Warna kuning selalu dipakai pada ornamen lebah bergantung di mana pun kita jumpai.

4.4 Makna Ornamen Gedung MABMI

Ornamen Gedung MABMI mempunyai makna simbolik yang mengajarkan kebaikan. Hal ini berkaitan dengan tradisi sehari-hari masyarakat Melayu. Berikut penjelasan makna ornamen yang terdapat di gedung MABMI yaitu :

(50)

43 4.4.1 Ornamen Bentuk Tumbuhan

No. Ornamen

Tumbuhan Bentuk Ornamen Makna Ornamen

1 Ornamen bentuk tampok manggis

Makna simbolik ornamen

tampok manggis

melambangkan kejujuran yang memberikan kebenaran kesamaa penampilan dari luar baik dari dalam seperti buah manggis menampilkan gambaran isi dari dalam melalui pangkal bawah buah.

2 Ornamen bentuk bunga hutan

Ornamen bunga hutan bermakna simbolik kesuburan dari dalam hutan memberikan bunga-bunga yang bisa dijadikan ramuan herbal untuk mengobati suatu penyakit manusia, bahkan bahan makan untuk hewan tinggal didalam hutan. Kita berpikir semua tumbuh-tumbahan dihutan, tidak memberikan manfaat

(51)

44

besar kepada makhluk hidup sekecil apapun, ternyata menyimpan sejuta manfaat.

3 Ornamen bentuk julun kacang

Ornamen julun kacang mengambil makna dari tumbuhan tanaman kacang- kacang yang bagus untuk menjaga kesehatan tubuh.

4 Ornamen bentuk pokok kolan

Ornamen pokok kolan bermakna sifat merendahnya orang Melayu yang tercermin pada sikap sehari-hari sopan dan hormat. Sikap-sikap tersebut dilihat pada gerak- gerik dan tutur - bahasanya, utamanya bila berjumpa dengan kaum kerabat, anggota masyarakat yang lebih tua, bahkan kepada orang pendatang akan disambut dengan kerendahan hati terlihat pada bentuk pola rangkaian hati (hasil wawancara dengan

(52)

45

bapak zafar, pada tanggal 26 Juni 2019.

5 Ornamen bentuk selembayung

Makna terkandung ornamen selembayung berbentuk tumbuhan melambangkan sifat kasih sayang antara semua makhluk hidup yang diciptakan Allah baik sesama manusia, hewan, tumbuhan. Kasih sayang dimaksud antara sesama manusia perwujudan sifat hati nurani yang tidak sombong tetapi tahu diri bahwa semua didunia sementara.

Kasih sayang harus berlanjut dari keluarga hingga keturunan. Masyarakat tahu akan adat budaya. Kasih sayang antara sesama hewan dan tumbuhan kita merawat, melestarikan, melindungi mempergunakan sebaik-baik nya sama seperti interaksi

(53)

46

kepada manusia.

6 Ornamen bentuk pucuk rebung

Ornamen pucuk rebung memiliki makna sifat-sifat seperti pohon bambu. Pohon bambu yang mudah tumbuh.

Kokoh dan tegak. Begitu juga manusia harus kokoh, ulet dalam mencapai tujuan dan sifat tegak maksudnya yakni kita tegak dalam badai persoalan hidup dalam artian bersyukur dan tegar.

7 Ornamen bentuk bunga bervariasi

Ornamen bunga bervariasi memiliki makna keterbukaan tentang memperkenalkan beragam adat istiadat Melayu kepada setiap suku, etnik yang ingin mempelajari budaya Melayu seperti pantun tidak asing lagi,

“Bukan kampak sembarang kampak

Bukan batak sembarang batak

(54)

47

Tapi batak sudah jadi Melayu”

4.4.2 Ornamen Bentuk Beranekaragam No. Ornamen

Beranekaragam Bentuk Ornamen Makna Ornamen

1 Ornamen bentuk terali biola

Ornamen terali biola pagar tangga sebagai pegangan tangan untuk menaiki gedung.

Ornamen terali biola pada gedung MABMI terdapat pada pos satpam.

Makna terakandung terali ornamen ialah untuk perlindungan diri dari segala membahayakan, menjauhkan dari binatang buas.

2 Ornamen bentuk roda sula

Ornamen roda sula bermakna tentang pertahanan mental untuk menghadapi segala tantangan hidup yang semakin bersaing dengan selalu mengingat rukun iman terlihat dari bentuk enam mata sula yang seperti jari-jari. Ornamen

(55)

48

roda sula sering disebut dengan tujuh petala lapisan langit yang ditinjau dari bentuknya roda setengah lingkaran dengan hiasan tujuh mata sula sebagai jari-jari.

3 Ornamen bentuk panca persada

Ornamen panca persada bermakna berfungsi sebagai tanda lambang perdamaian dan kecerian berbudaya Melayu terlihat pada kuncup bewarna kuning. Nama ornamen ini diambil dari tradisi mandi bedimbar dalam rangkaian proses adat perkawinan masyarakat Melayu.

4 Ornamen

bentuk kendit tali

Ornamen kendit tali mempunyai makna mempererat tali silaturahmi bulat seperti lingkaran yang tidak ada putus atau penghalangnya untuk bersilaturahmi dalam bermasyarakat, berorganisasi

(56)

49

maupun bernegara terlihat suku Melayu bersifat ramah.

4.4.3 Ornamen Bentuk Hewan No. Ornamen

Hewan Bentuk Ornamen Makna Ornamen

1 Ornamen bentuk lebah

bergantung

Ornamen lebah bergantung sebagian berpendapat mengatakan lambang dari kerjasama, gotong royong yang

dilakukan dalam

bermasyarakat . Makna lebah bergantung pada gedung MABMI manisnya kehidupan apabila dengan menerapkan bekerja keras, kerjasama, rukun, setia, berpikir positif, saling bekerjasama, tabah rela berkorban dan tidak memaksakan kehendak sendiri sama seperti hewan lebah yang bekerja keras , bergotong royong dan kerjasama baik tim.

(57)

50

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ornamen Melayu pada gedung Melayu Langkat atau tepatnya di gedung MABMI merupakan suatu maha karya seni ragam hias. Ragam hias ornamen salah satu rekam jejak sejarah dalam budaya, tindakan dikerjakan oleh nenek moyang terdahulu dari masyarakat. Suatu penciptaan seni ornamen tidak terlepas dari pola mekanisme perilaku masyarakat Melayu Langkat.

Pengalaman dan pelajaran yang mereka dapat dari alam adalah dasar penciptaan seni ornamen yang menghasilkan berupa ornamen dengan ukiran, motif beranekaragam, tumbuhan, hewan. Pengaruh kepercayaan masyarakat Melayu yang menganut agama Islam membuat ornamen-ornamen tidak ada yang menyerupai bentuk hewan yang bernyawa.

Seni ornamen mengandung etis dan estetis yang dasar utamanya nilai-nilai sosial yang terdapat pada masyarakatnya, yang bisa melahirkan sebuah kreatifitas seni ornamen terlihat pada gedung MABMI.

Bentuk ornamen berdasarkan hasil pengamatan ada berjumlah 12 buah pada gedung MABMI, yakni : Ornamen bentuk tumbuhan : tampok manggis, bunga hutan, julun kacang, pokok kolan, selembayung, pucuk rebung, bunga bervariasi.

Ornamen bentuk beranekaragam : terali biola, roda sula, panca persada, kendit tali. Ornamen bentuk hewan : lebah bergantung.

(58)

51

Berdasarkan nilai yang terkandung dalam ornamen adalah nilai estetika, nilai budaya, nilai moral, nilai kerukunan, nilai solidaritas. Pengalaman dan pelajaran yang diajarkan oleh para nenek moyang masyarakat Melayu melalui motif ornamen.

Berdasarkan fungsi ke-12 jenis ornamen ini sebagai ragam hias pada gedung MABMI, sebagai tempat perkumpulan bermusyawarah mengenai kebudayaan ada Melayu khususnya Melayu Langkat.

Berdasarkan makna ornamen pada gedung MABMI mempunyai makna berbeda-beda pada setiap ornamen dan juga tata letak posisinya. Namun pada dasarnya, semua ornamen yang terdapat pada gedung MABMI bermakna mengajarkan kebaikan yang sesuai syariat Islam.

Warna yang digunakan pada gedung MABMI yaitu warna hijau, kuning,putih sama seperti pewarnaan ornamen Melayu umumnya. Teknik pembuatan sebagian terbuat dari ukiran kayu sesuai dengan ornamen Melayu zaman dulu, sebagian lagi terbuatan menggunakan semen karena pengaruh zaman yang semakin modern.

(59)

52 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap fungsi dan makna Ornamen Gedung Majelis Adat Budaya Melayu (MABMI) di Kabupaten Langkat dapat diberikan sebagai berikut :

1. Mengajak masyarakat Melayu khususnya masyarakat generasi muda kabupaten Langkat agar tetap merawat, dan menjaga serta mempertahankan ornamen tradisional dari keaslian bentuk nilai, fungsi, makna, dan warna supaya tidak punah dengan kecanggihan zaman.

2. Mengajak kembali masyarakat Melayu untuk melestarikan arsitektur tradisional Melayu yang akan menjadi kebudayaan. Karena ciri khas semua etnik dalam berbangsa merupakan kebudayaan yang penting dipertahankan ragam hias ornamen dan memperkenalkan nama-nama ornamen pada generasi muda.

3. Harapan penulis melalui penelitian di gedung MABMI Kabupaten Langkat diharapkan pemerintah daerah maupun masyarakat setempat khususnya Stabat, penerapan ornamen-ornamen Melayu lebih disesuaikan dengan bentuk dari jenis ornamen Melayu tradisional dan teknik pembuatannya dari zaman leluhur yaitu dari ukiran kayu.

(60)

53

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Alwi,Hasan.1997. Ekspresi Semiotika. Jakarta : Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra.

Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta

Awanis,Mutia. 2015 “ Analisis Penerapan Ragam Hias Melayu Pada Gedung

Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Kabaputen Langkat”

( Skripsi). Medan : Fakultas Seni dan Bahasa Unimed.

Danandjaja, James. 1991. Foklor Indonesia. Jakarta : Grafiti Pers.

Dzikri,Arifin. 2017. “ Oranamen Istana Gunung Sahilan Suatu Tinjauan Fungsi dan Makna” (Skirpsi). Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.

H.Hoed, Benny.2008. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok : Fakultas Ilmu Budaya UI.

. 2011. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta:

Komunitas Bambu.

Koentjaranigrat.1971. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta : PT.Gramedia.

M, Sitorus dan W, Tri Atmojo. 2012. Analisis Penerapan Ornamen Pak-Pak Dairi Pada Gedung Perkantoran Di Sidikalang Ditinjau Dari Bentuk Warna, Dan Makna Simbolik.Medan: Jurnal Seni Rupa FBS-Unimed Novianda.2004 : “ Ornamen Rumah adat Melayu Deli suatu Tinjauan Fungsi dan

Makna”( Skripsi). Medan : Fakultas Ilmu Budaya USU.

Sinar Lukman, Tengku. (1993). Motif dan Ornamen Melayu. Medan: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Seni Budaya Melayu.

Sedyawati, Edi. 2012. Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah (cetakan ke-5). Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sugiyono, 2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.

(61)

54

Zoest, Aart VAN. 1993. Semiotika Tentang Tanda Caranya dan Apa yang kita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.

Sumber Lain :

http://id.m.wikipedia.org.(diakses pada 22 Januari 2019, pukul 21.30 WIB) http://balitbang. pemkomedan.go.id. (diakses pada23 Januari 2019, pukul 13.46

WIB).

http://id.m.wikipedia.org>wiki>ornamen Melayu.

http://deuteromalayan.blogspot.com//sukuMelayu Langkat (diakses pada 03 Juni 2019 pukul 05.18 Wib).

http://mabmi.weebly.com// sejarah mabmi (diakses pada 26 Juni 2019 pukul 20.00 Wib).

(62)

55 LAMPIRAN 1

DAFTAR DATA IDENTITAS INFORMAN

Informan 1

Nama : Bapak Muhammad Zafar Umur : 40 tahun

Alamat : Stabat

Pekerjaan : Satpol PP Kabupaten Langkat

Referensi

Dokumen terkait

4.2.8.3.Jumlah persentase mahasiswa Sastra Arab stambuk 2017 yang tidak mampu mengucapkan proses asimilasi total progresif yang terdapat pada konsonan nasal ى /n

Hasil penelitian ini menunjukkan ada 5 (lima) karakteristik/ciri-ciri realisme yang tergambar pada novel Huózhe karya Yu Hua, yaitu menampilkan kebenaran dalam

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap objek kajian pada penelitiankali ini, dikhususkan pada penggunaan kata kerja.Agar mahasiswa khususnya para pembelajar bahasa

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI ETNIS TIONGHOA DI KECAMATAN MEDAN AREA KELURAHAN SUKARAMAI II DARI TAHUN 1970 2005 Skripsi Sarjana Dikerjakan O L E H NAMA LOUIS R PANJAITAN NIM 140706064

1. Yang teristimewa dengan penuh kasih sayang dan rasa cinta peneliti ucapkan kepada Ayahanda Pardiman, S.Pd dan Ibunda Kasmirah S.Pd atas pengorbanan dan ketulusannya

Cerita rakyat merupakan salah satu unsur kebudayaan yang perlu dikembangkan karena mengandung nilai-nilai budaya, norma-norma, dan nilai-nilai etika serta nilai

Ucapan terima kasih ini tidaklah lengkap bila belum disampaikan kepada orang tua penulis, yaitu Ayahanda, yang setia memberikan dukungan terhadap saya, baik dukungan moral,

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan kesempatan yang telah diberikan oleh-Nya kepada penulis mulai dari masa perkuliahan