• Tidak ada hasil yang ditemukan

LK 3.1 Menyusun Best Practices

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LK 3.1 Menyusun Best Practices"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LK 3.1 Menyusun Best Practices

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice)

Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

Lokasi SMAN 1 SLEMAN

Lingkup Pendidikan Sekolah Menengah Atas Tujuan yang ingin

dicapai Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran (student center learning)

Penulis Nurul Kurniati Rahayu, S.Pd Tanggal Senin, 29 Agustus 2022 Situasi:

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

a. Latar belakang masalah

Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mampu menerima dan paham terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran, guru harus dapat menyampaikan materi yang menarik agar materi dapat dipahami dan dimengerti siswa sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Guru diharapkan mampu memberikan materi dengan metode yang menyenangkan, sehingga proses pembelajaran bisa bermakna dan peserta didik dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.

Keterbatasan dan lemahnya kreatifitas guru dalam merencanakan pembelajaran, membuat media pembelajaran, dan mengelola kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang variatif yang sesuai dengan karakter siswa di kelas, menjadi penyebab kurangnya motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Padahal, motivasi belajar siswa itu sendiri merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Motivasi merupakan perubahan energi yang terdapat pada diri siswa yang mendorong siswa untuk mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Fitriani 2017; Wulandari dkk. 2013; Sjukur 2012). Indikator motivasi (Daud 2012) terdiri dari:

1) dorongan berprestasi 2) optimis

3) komitmen 4) inisiatif

Selama ini pembelajaran di kelas berlangsung secara konvensional masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan (teacher centered), kemudian ceramah dan penugasan menjadi pilihan utama strategi belajar. Padahal, proses pembelajaran yang cenderung teacher centered ini tidak bisa memberikan kesempatan pada siswa untuk mengkonstruk pengetahuan dan mengungkapkan kreasi berpikirnya, sehingga kemudian siswa menjadi lebih pasif untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Padahal harapannya pembelajaran itu seharusnya berpusat pada siswa (student centered) karena siswa akan lebih cepat

(2)

LK 3.1 Menyusun Best Practices

paham terhadap suatu materi ketika mereka dilibatkan langsung pada pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru, diperoleh informasi bahwa siswa cenderung kurang aktif dan kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas Hal ini ditandai dengan siswa yang sering bercanda tanpa menghiraukan guru, siswa bermain gawai ketika pembelajaran berlangsung, melakukan aktifitas lain dan bahkan siswa tidur saat guru sedang menjelaskan di depan kelas. Rendahnya motivasi belajar tentunya akan berpengaruh pada pencapaian kompetensi siswa, hal ini juga dapat menyebabkan rendahnya pemahaman konsep siswa. Untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep, diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu membuat siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri agar siswa lebih termotivasi untuk mengikuti serangkaian pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.

Pelaksanaan pembelajaran kimia akan jauh lebih baik jika siswa dihadapkan dengan masalah kimia yang ada di dalam kehidupan sehari- hari. Namun, sampai saat ini ternyata masih belum sesuai yag diharapkan karena pemahaman konsep kimia yang masih sering mengecewakan.

Sering siswa merasa materi kimia adalah sesuatu yang kurang menarik karena terlalu abstrak dan sulit untuk dipelajari. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman siswa terhadap suatu materi kimia menjadi sangat rendah dan bingung ketika dihadapkan pada dunia nyata. Berbeda dengan pembelajaran kontekstual yang berpijak pada pandangan konstruktivisme yang mengarahkan bagaimana cara menghubungkan materi pelajaran kimia pada kehidupan sehari-hari. Guru dalam pembelajaran bertindak untuk mengatur, menyiapkan dan membantu siswa sehingga tercipta kondisi belajar yang kondusif. Agar upaya tersebut berhasil maka harus dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar, siswa dapat aktif, interaktif, dan kreatif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan guru seharusnya dapat membantu proses analisis siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan serta memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam yaitu model PBL (Problem Based Learning). PBL adalah model pembelajaran yang memperkenalkan masalah di awal pembelajaran, masalah tersebut kemudian digunakan sebagai bahan untuk memotivasi sekaligus menyampaikan konsep kepada siswa. PBL menggunakan masalah otentik sebagai konteks untuk penyelidikan mendalam tentang apa yang siswa butuhkan dan apa yang harus diketahui (Ramlawati dkk. 2017). PBL adalah model pembelajaran yang dapat memberi tantangan baru pada siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam kelompok untuk mencari

(3)

LK 3.1 Menyusun Best Practices

solusi atas masalah kontekstual yang nyata serta dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis tingkat tinggi. Selain itu, model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif berkreasi dalam mengeksplor pengetahuannya sehingga meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar baik secara mandiri maupun kelompok.

Selain itu, upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan menerapkan permainan akademik dalam proses pembelajaran. Sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan menantang diri siswa untuk menguasai materi pelajarannya. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu memfasilitasi hal tersebut adalah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).

Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana didalamnya terdapat komponen pembelajaran yang di kemas dalam bentuk permainan yang terdiri dari kelompok-kelompok siswa yang melakukan turnamen akademik maupun kuis (Hakim &

Syofyan, 2017). Kelompok-kelompok siswa yang dibentuk merupakan kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari model ini adalah adanya game dan turnamen akademik. Dengan belajar dalam kelompok kecil siswa akan lebih terfokus serta lebih nyaman melakukan diskusi serta lebih mudah menyelesaikan masalah termasuk juga berbagi informasi satu sama lain. Langkah-langkah dalam pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) antara lain pembentukan kelompok, pemberian informasi TGT, membuat kesepakatan peraturan, melakukan turnamen dengan kelompok baru, dan penentuan kelompok pemenang (Wijayanti, 2016).

b. Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan?

Praktik ini menjadi penting dibagikan karena dengan menerapkan model pembelajaran inovatif Problem Based Learning yang berpusat pada siswa (student centered learning) pada saat proses pembelajaran dan juga adanya permainan dalam bentuk team games tournamnet (collaboratove learnining) akan berdampak pada peningkatan motivasi siswa untuk belajar mandiri secara berkelompok dalam menemukan konsep materi pembelajaran yang diharapkan dan juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (kemampuan berpikir tingkat tinggi). Dengan meningkatnya motivasi siswa selama pembelajaran ini akan menjadikan siswa merasa senang dalam belajar yang akhirnya akan berdampak pada kebermaknaan proses pembelajaran dan juga keberhasilan proses belajar siswa.

c. Peran dan tanggungjawab

Peran dan tanggungjawab saya pada best practice ini adalah sebagai seorang pendidik (guru) mata pelajaran kimia, harus bisa meningkatkan keberhasilan belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran, dengan

(4)

LK 3.1 Menyusun Best Practices

kompetensi yang dipelajarinya dan tetap dengan dilandasi karakter religius, karakter budaya lokal dan karakter kebangsaan.

Tantangan:

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat?

Tantangan yang dihadapi adalah:

a. Kemampuan pendidik dalam membuat perencanaan pembelajaran menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik di kelasnya dan juga materi yang akan diajarkan

b. Penguasaan materi kimia dari konsep faktual hingga metakognitif dan kemampuan guru untuk memberikan pertanyaan pemantik yang mampu membuat siswa berpikir kritis dan juga memfasilitasi siswa ketika ada masalah yang sulit dipecahkan.

c. Kemampuan pendidik dalam melakukan pengelolaan kelas, mulai dari pembuatan kesepakatan dalam pembelajaran, dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai yang direncanakan.

d. Kemampuan pendidik dalam memberikan kalimat motivasi dan bimbingan terkait bijak dalam menggunakan gawai,

e. Kemampuan pendidik dalam bidang teknologi untuk menghasilkan media pembelajaran yang bisa memfasilitasi peserta didik sesuai gaya belajarnya (misal dalam bentuk modul yang menarik, power point dan juga video pembelajaran)

f. Kemampuan pengelolaan waktu yang terbatas untuk memaksimalkan proses pembelajaran, mulai dari diskusi, presentasi, dan juga permainan team games tournament.

Yang terlibat:

a. Kepala Sekolah, yang memberi izin dan supervisi pembelajaran

b. Rekan sejawat, sebagai dokumentator (kameramen) dan asisten observer c. Peserta didik

Aksi:

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/

bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini?

a. Langkah untuk menghadapi tantangan:

1. Membuat perencanaan desain dan perangkat pembelajaran kontekstual yang menarik dan berpusat pada siswa.

2. Selalu meng-upgrade pengetahuan ilmu kimia sehingga menguasai materi yang akan diajarkan (dari faktual hingga metakognitif)

3. Mempelajari mengenai kemampuan high order thinking skill dan indikator yang mencakup kemampuan HOTS berpikir kritis untuk kemudian diterapkan pada perangkat pembelajaran yag sudah direncanakan.

4. Membuat media pembelajaran yang menarik dengan menggunakan aplikasi Canva premium dan belajar menggunakan platform online yang tentunya akan menarik perhatian siswa.

5. Mengkonsultasikannya desain dan perangkat pembelajaran pada dosen pembimbing dan juga guru pamong, kemudian merevisi sesuai dengan saran dan arahan dari pembimbing.

6. Kreatif dan inovatif didalam menggunakan sumber daya yang ada untuk bisa mengakomodir kebutuhan belajar siswa.

(5)

LK 3.1 Menyusun Best Practices

7. Melakukan kesepakatan pembelajaran (termasuk dalam penentuan waktu) agar penggunaan waktu untuk kegiatan belajar lebih efektif.

8. Memperbaiki manajemen penggunaan waktu agar kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat

b. Strategi:

1. Melakukan kolaborasi dengan rekan sejawat untuk penyusunan perangkat dan instrumen yang akan digunakan saat pembelajaran 2. Memaksimalkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran di kelas 3. Mendorong dan memotivasi siswa dalam bentuk permainan dan pemberian reward (berupa kalimat pujian, piagam penghargaan, atau barang)

c. Proses:

1. Menyusun desain pembelajaran yang akan dilaksanakan

2. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi RPP, LKPD, Bahan Ajar, Media Pembelajatan, Instrumen Penilaian da platform yang digunakan.

3. Menerapkan LKPD dan bahan ajar yang sudah disiapkan dalam platform yang digunakan pada saat proses pembelajaran

4. Memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan quote motivasi dan juga memberikan tanggapan quote motivasi tersebut, untuk meningkatkan motivasi peserta didik.

5. Menanyakan kondisi siswa untuk memberikan semangat, da juga menanyakan kesiapaan peserta didik untuk menerima pembelajaran.

6. Memberikan apersepsi pada siswa, agar mereka dapat mempunyai imajinasi mengenai materi yang akan dipelajari hari ini, sehingga mereka akan lebih siap dan paham pada materi tersebut.

7. Memberikan pertanyaan pemantik pada siswa, mulai dari pertayaan faktual hingga metakognitif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada siswa.

8. Membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok selama proses pembelajaran dalam diskusi kelompok untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKPD guna menemukan konsep materi pelajaran yang diharapkan. Dalam hal ini siswa belajar untuk meningktkan kemampuan berliterasi, berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif.

9. Melakukan observasi sikap dan ketrampilan selama proses pembelajaran.

10. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas yang nantinya akan ditanggapi oleh kelompok lain. Dalam hal ini siswa belajar untuk berpikir kritis dan komunikatif dalam mengemukakan pendapat

11. Mengevaluasi hasil diskusi kelompok siswa dengan menggunakan quiz (team games tournament) serta memberikan penguatan terhadap konsep yang telah ditemukan secara mandiri oleh siswa sehingga diharapkan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

(6)

LK 3.1 Menyusun Best Practices

12. Memberikan reward pada kelompok terbaik dan siswa teraktif, untuk meningkatkan motivasi seluruh siswa

13. Melakukan refleksi masing-masing siswa terkait dengan proses pembelajaran yang sudah dilakukan.

14. Mengevaluasi penguasaan materi HOTS berpikir kritis siswa, dan angket motivasi siswa

d. Yang terlibat:

1. Rekan sejawat 2. Peserta didik

e. Sumber daya yang dimiliki:

1. Input siswa yang memiliki gaya belajar yang beraneka ragam (sesuai dengan hasil tes diagnostik siswa)

2. Kemauan untuk meningkatkan peran aktif siswa selama proses pembelajaran

3. Kemauan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa

4. Rekan sejawat yang aktif mendukung

5. Sarana dan prasarana yang mendukung untuk melaksanakan aksi Refleksi Hasil dan

dampak

Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah- langkah yang dilakukan?

Apakah hasilnya efektif?

Atau tidak efektif?

Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan?

Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut?

a. Dampak aksi:

1. Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran 2. Siswa tidak bosan dalam mengikuti proses pembelajaran

3. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, aktif, dan bermakna untuk siswa.

4. Siswa semakin tertantang, bersemangat dan kreatif dalam belajar 5. Motivasi belajar siswa meningkat

6. Keberhasilan belajar siswa meningkat

7. Siswa dapat menjawab pertanyaan dari tingkat faktual hingga metakognitif (kemampuan berpikir kritis – kemampuan berpikir tingkat tinggi)

8. Siswa berani mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dengan baik dan benar

9. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat terlaksana b. Hasil efektif:

Motivasi belajar siswa meningkat Kemampuan berpikir kritis meningkat c. Hasil tidak efektif:

Melepas ketergantungan dengan internet Penyebab:

Dengan segala kemudahan yang diperoleh siswa di dalam belajar melalui gawai membuat siswa kurang efektif dalam mengeksplorasi alternatif-alternatif solusi.

(7)

LK 3.1 Menyusun Best Practices

d. Respon orang lain:

1. Mendukung pembelajaran berpusat pada siswa yang memfasilitasi untuk dapat mengkonstruk pengetahuannya seniri 2. Mendukung proses pembelajaran yang inovatif, menarik, serta

penggunaan teknologi di dalamnya

3. Mendukung pembuatan media pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter peserta didik di kelas

e. Faktor pendukung keberhasilan:

1. Dukungan manajemen sekolah, melalui kebijakan dan juga jadwal pelajaran yang bisa mendukung pengembangan kemampuan literasi, berpikir kritis, da kemampuan 4C.

2. Keuletan dan kesabaran pendidik dalam melakukan inovasi pelaksanaan proses pembelajaran.

3. Keseriusan pendidik dalam menerapkan pembelajaran sesuai yang telah direncanakan

4. Peserta didik yang konsisten dan mempunyai komitmen untuk terus belajar

5. Sarana dan prasarana sekolah yang mendukung proses pembelajaran.

f. Faktor ketidakberhasilan:

1. Masih adanya pendidik yang mengajar dengan model pembelajaran berpusat pada guru dengan metode ceramah 2. Masih adanya pendidik yang tidak merencanakan pembelajaran

yang akan dilakukan

3. Pendidik tidak kreatif dan inovatif di dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran

g. Pembelajaran yang bisa diambil:

1. Bahwa peserta didik adalah bukan selembar kertas kosong yang bisa diisi tulisan oleh guru, bahwa peserta didik sudah memiliki kemampuan, bakat dan minatnya masing-masing serta tugas guru adalah meningkatkan dan mengasah kemampuan, bakat dan minat siswa tersebut melalui proses pembelajaran. Karena selama pembelajaran siswa akan berproses untuk meningkatkan kemampuan berkolaborasi, berkomunikasi, kreatif dan berpikir kritis dalam sebuah diskusi kelompok yang pada akhirnya memberikan pengalaman yang bermakna untuk membekali diri mereka dalam mencapai tujuan hidupnya.

2. Langkah-langkah PBL mampu membuat siswa belajar secara aktif serta membuat siswa memiliki sifat yang optimis, komitmen dan berinisiatif tinggi. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya dan siswa dapat menguasai materi yang akan dipresentasikan.

3. Melalui PBL, siswa dituntut belajar secara kolaboratif dan membuat suatu karya sehingga siswa lebih antusias dalam

(8)

LK 3.1 Menyusun Best Practices

belajar (memenuhi indikator pertama dan kedua motivasi yaitu dorongan berprestasi dan optimis), siswa dituntut untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah melalui berbagai referensi (memenuhi indikator ketiga yaitu komitmen), pengkomunikasian hasil eksperimen membuat siswa tidak segan untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru (memenuhi indikator keempat yaitu inisiatif tinggi).

4. Guru meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan dan menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas dengan menerapkan pembelajaran inovatif, sehingga proses dan hasil pembelajaran dapat terus meningkat.

5. Guru yang belum menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dapat menerapkan model tersebut dalam pembelajaran kimia dengan variasi pembelajaran yang menarik sehingga dapat meningkatkan perhatian motivasi dan keaktifan siswa untuk memahami materi yang disajikan

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah respon dari Kepala sekolah, rekan – rekan guru, peserta didik serta orang tua yang mendukung pembelajaran yang menarik dan inovatif sehingga dapat meningkatkan

1. Faktor dari dalam diri siswa yang menyukai atau tidak menyukai pelajaran matematika. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru yang cenderung berjalan hanya

Pembelajaran yang dilakukan dikelas dengan menggunakan model Problem Based Learning ( PBL ) sangat besar dampaknya pada siswa,yaitu motivasi belajar siswa meningkat,hasil

Tujuan yang ingin dicapai Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media gambar untuk

Peran dan tanggung jawab penulis dalam praktik ini : Dari latar belakang tersebut maka penulis sebagai pendidik pada SDN 2 Suak Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan,

 Peran dan tanggung jawab saya dalam praktik pembelajaran ini adalah sebagai guru yang mendesain pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan dengan menggunakan model,

Model problem based learning PBL dipilih menjadi inovasi dalam pembelajaran karena model ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya pembelajaran di kelas berpusat pada peserta didik,

Pembelajaran yang bisa diambil dari proses dan kegiatan yang sudah guru lakukan adalah sebaiknya guru lebih kreatif dan inovatif dalam memilih metode, model, dan media pembelajaran,