3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. Kuanti- tatif sering dipergunakan sebagai sinonim untuk teknik pengumpulan data (seperti kuisioner) atau prosedur analisis data (seperti grafik atau statistik) yang menghasil- kan atau mempergunakan data dalam bentuk angka (Saunders, Lewis, & Thornhill, 2016, p. 165). Hal yang sama juga dijelaskan oleh Sekaran dan Bougie (2013, p. 2), menurut mereka kuantitatif merupakan data dalam bentuk angka yang pada umum- nya dikumpulkan melalui pertanyaan terstruktur.
Penelitian kuantitatif dalam penelitian ini dipergunakan untuk meneliti hubung- an antar variabel. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh entrepreneurial orientation dan strategic entrepreneurship terhadap competitive advantage dengan mempergunakan jenis penelitian kuantitatif untuk menguji hipo- tesis yang ditetapkan. Sesuai dengan pengertian yang telah dijabarkan di atas, maka akan dilakukan pengumpulan dan analisis data dengan mempergunakan statistik maupun grafik. Kedua teknik tersebut dipergunakan untuk menghasilkan hasil yang akan dipergunakan untuk menguji dan mengetahui pengaruh dari variabel bebas (independent variable) terhadap variabel mediasi (intervening variable), dan pe- ngaruh dari variabel mediasi terhadap variabel terikat (dependent variable), mau- pun pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dari penelitian ini. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah angket, dikarenakan merupakan me- tode yang cocok untuk dipergunakan di dalam penelitian ini.
3.2 Gambaran Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Terdapat beberapa pengertian yang menjelaskan tentang populasi. Populasi menurut Sekaran dan Bougie (2013, p. 236) dapat didefinisikan sebagai sekelom- pok orang, peristiwa, atau hal-hal yang menarik untuk diselidiki. Indrawati (2015, p.164) menjelaskan bahwa populasi merupakan keseluruhan dari kelompok orang
maupun benda-benda yang menarik untuk ditelaah, selain itu populasi ini juga men- jadi pembatas dari hasil penelitian yang diperoleh. Objek dari penelitian ini adalah kafe yang berada di Kota Ambon, sehingga populasi dari penelitian ini merupakan semua kafe yang berada di daerah kota Ambon.
3.2.2 Sampel
Pengertian sampel dijabarkan di dalam beberapa sumber. Sekaran dan Bougie (2013, p. 232) menjelaskan bahwa sampel merupakan kelompok kecil atau bagian dari populasi, dan dipergunakan untuk menarik kesimpulan yang dapat digenerali- sasi untuk kepentingan populasi. Becker (1998) menjelaskan bahwa sampel harus- lah mewakili kumpulan kasus yang lengkap dengan cara yang bermakna dan yang dapat kita benarkan (dalam Saunders et al., 2016, p. 273). Penelitian ini memper- gunakan teknik pengambilan sampel non-probability sampling, dikarenakan me- nyediakan rentang dari teknik alternatif untuk memilih sampel (Saunders et al., 2016, p. 295). Jenis teknik pengambilan sampel yang dipergunakan dalam peneliti- an ini adalah accidental sampling. Accidental sampling adalah sampel yang diambil secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan ditemui dapat menjadi sam- pel penelitian (Sugiyono, 2015, p. 156). Jumlah sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 41 kafe.
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini dipergunakan tiga jenis variabel, yaitu variabel bebas (in- dependent variable), variabel mediasi (intervening variable), dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah entrepreneurial orientation (X), dan strategic entrepreneurship sebagai variabel mediasi (Z), se- dangkan variabel terikat dari penelitian ini adalah competitive advantage (Y). Defi- nisi operasional dari variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Entrepreneurial Orientation (X)
Entrepreneurial orientation adalah kemampuan untuk mengidentifikasi pelu- ang, praktek inovasi, dan eksploitasi peluang dari persaingan kafe di Ambon. Indi- kator dari variabel entrepreneurial orientation di dalam penelitian ini, antara lain:
Innovative merupakan kemampuan dalam mendukung ide baru, eksperimen, dan proses kreativitas yang dikembangkan melalui praktek dan teknologi.
Proactive merupakan kemampuan untuk mencari peluang.
Risk taking merupakan pengambilan tindakan yang berani untuk sesuatu yang tidak diketahui, dikarenakan adanya biaya kegagalan yang dikeluarkan.
b. Strategic Entrepreneurship (Z)
Strategic entrepreneurship adalah pandangan atau perilaku mencari keuntungan dalam mengembangkan bisnis kafe. Dari definisi tersebut, maka indikator dari va- riabel strategic entrepreneurship adalah sebagai berikut:
Introduced new product or service lines berkaitan dengan kemampuan untuk memperkenalkan produk baru di lini produknya.
Changed the rules of competition berkaitan dengan seberapa besar kemampuan yang dimiliki sebagai penguasa pasar untuk merubah peraturan yang ada dalam persaingan.
Adopted new strategies to exploit new opportunities merupakan kemampuan untuk mengeksploitasi peluang baru dengan mempergunakan strategi baru.
Reorganized to foster innovation berkaitan dengan seberapa besar kemampuan yang dimiliki untuk melakukan reorganisasi struktur yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan inovasi.
Adopted flexible organizational structures to foster innovation mengacu pada seberapa tinggi kemampuan untuk mengadopsi struktur organisasi yang fleksi- bel, sehingga dapat mengingkatkan inovasi.
Moved the competition to a new platform berkaitan dengan tindakan yang di- ambil untuk memindahkan persaingan ke platform yang baru dan berbeda dari pesaing.
Spending on new product development merupakan biaya yang dikeluarkan un- tuk melakukan pengembangan produk.
Introduced team-work to foster innovation merupakan tindakan yang diambil untuk memperkenalkan kerjasama tim dalam rangka meningkatkan inovasi.
Introduced new product or service lines in new industries berkaitan dengan ke- mampuan untuk memperkenalkan produk baru terlebih dahulu di dalam industri yang baru (pesaing).
c. Competitive Advantage (Y)
Competitive advantage adalah fungsi dari sumber daya yang dikembangkan dan diimplementasikan ke dalam strategi pasar produk kafe di Ambon. Indikator dari variabel competitive advantage, yaitu:
Cost berkaitan dengan kemampuan untuk memproduksi produk dengan biaya yang lebih rendah dari pesaing.
Delivery berhubungan dengan seberapa cepat suatu produk atau layanan diki- rimkan ke pelanggan.
Product quality berkaitan dengan kemampuan untuk menghasilkan produk ya- ng berkualitas dan memenuhi standar, sehingga dapat memenuhi harapan dan memuaskan konsumen dan pasar.
Product variety berkaitan dengan kemampuan untuk mengembangkan dan menghasilkan sebuah produk yang berbeda dari pesaing pada lini produk yang sama.
3.4 Teknik Pengambilan Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data 3.4.1.1 Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka dan dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan tek- nik perhitungan statistik (Siregar, 2014, p. 38).
3.4.1.2 Sumber Data
Data di dalam penelitian ini mempergunakan data primer. Data primer ada- lah data yang dikumpulkan sendiri langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan (Siregar, 2014, p. 37). Dalam penelitian ini data primer dipe- roleh dari hasil pengisian kuisioner (angket) yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini.
3.4.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah dengan mempergunakan kuisioner (angket). Kuisioner (angket) secara umum me- rupakan sebuah metode pengumpulan data di mana setiap orang diminta untuk men- jawab serangkaian pertanyaan yang sama dalam urutan yang telah ditentukan sebe- lumnya (De Vaus, 2014, dalam Saunders et al., 2016, p. 437). Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner (angket) kepada 41 kafe yang menjadi sampel dari penelitian ini. Pertanyaan yang disajikan di dalam angket, ya- itu:
a. Profil Responden
Responden diharuskan untuk mengisi identitas diri, seperti nama, status, jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir. Tidak hanya identitas diri saja, namun res- ponden juga diharuskan untuk mengisi bagian identitas usaha yang terdiri dari nama usaha, alamat, lama beroperasi, omzet per tahun, dan jumlah karyawan.
b. Kuisioner mengenai Entrepreneurial Orientation, Strategic Entrepreneur- ship, dan Competitive Advantage
Pada bagian ini, responden diminta untuk memilih seberapa besar responden setuju dengan pertanyaan yang diberikan mengenai variabel yang ada dalam pene- litian ini. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert merupakan skala yang dirancang untuk memeriksa seberapa kuat responden setuju dengan pertanyaan pada skala lima poin (Saunders et al., 2016, p. 207). Ke- lima poin dari skala ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Skala Likert
Keterangan Poin Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Tidak Setuju (TS) 2
Netral (N) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5 Sumber: Saunders et al., 2016, p. 207
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan metode PLS (Partial Least Square). Teknik analisis ini merupakan salah satu metode alternatif
dari SEM (Structural Equation Model) (Yamin & Kurniawan, 2009, p. 212). PLS (Partial Least Square) berfokus kepada penjelasan mengenai variance (prediksi da- ri konstruk) daripada covariance (menjelaskan hubungan antara item-item) (Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010, p. 775). Program yang dipergunakan dalam pe- nelitian ini adalah SmartPLS.
Evaluasi model PLS terbagi atas evaluasi model pengukuran (outer model) dan evaluasi model struktural (inner model). Evaluasi model struktural menentukan spesifikasi hubungan antara konstruk laten dengan konstruk laten lainnya, sedang- kan evaluasi model pengukuran menentukan spesifikasi hubungan antara konstruk laten dengan indikatornya (Yamin & Kurniawan, 2009, p. 213).
3.5.1 Statistik Deskriptif (Descriptive Statistics)
Statistik deskriptif (descriptive statistics) dilakukan untuk mendeskripsikan dan membandingkan data berdasarkan angka (Saunders et al., 2016, p. 527). Ana- lisa statistik deskriptif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan per- hitungan rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan kelas interval.
a. Rata-rata (mean)
Rata-rata (mean) merupakan pengukuran dari kecenderungan sentral yang memberikan gambaran umum (Sekaran & Bougie, 2013, p. 282), yang memasuk- kan semua nilai data dalam perhitungannya (Saunders et al., 2016, p. 529). Rumus untuk menghitung rata-rata (mean) adalah sebagai berikut:
(3.1)
b. Standar deviasi (standard deviation)
Standar deviasi (standar deviation) merupakan pengukuran dispersi untuk data interval dan rasio, yang menawarkan persebaran indeks dari sebuah distribusi atau variabilitas dalam data yang didapat dari hasil pengakaran varian (Sekaran &
Bougie, 2013, p.284).
3.5.2 Diagram Jalur (Path Diagram)
Tahap pertama yang dilakukan dalam metode ini adalah membuat diagram jalur (path diagram). Diagram jalur (path diagram) merupakan representasi visual
dari suatu model dan set lengkap hubungan antara model konstruk (Hair et al., 2010, p. 634). Diagram jalur ini pada umumnya dilukiskan dalam suatu gambaran panah lingkaran dan panah tunggal (circle-and-arrow), di mana panah tunggal menandai sebagai penyebab dan dua arah panah yang melingkar menandakan hubungan ko- relasi di antara dua variabel (Yamin & Kurniawan, 2009, p. 203).
Gambar 3.1 Diagram Jalur (Path Diagram)
3.5.1 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)
Evaluasi model pengukuran dipergunakan untuk menguji validitas dan relia- bilitas. Dalam penelitian ini, uji validitas dan uji reliabilitas dipergunakan untuk menguji item-item yang ada di dalam kuisioner (angket) apakah sudah sesuai dan konsistensi dari alat ukur yang dipergunakan.
3.5.1.2 Uji Validitas
Validitas merupakan sebuah alat ukur. Validitas berasal dari kata “valid”
yang berarti sah bertujuan untuk mengukur apakah yang didapat dari kuisioner me- representasikan kenyataan dari apa yang diukur (Saunders et al., 2016, p. 460).
Untuk melakukan uji validitas dalam penelitian ini, maka dipergunakan uji con- struct validity (validitas konstruk). Construct validity mengacu pada sampai sejauh mana sekumpulan pertanyaan dapat mengukur keberadaan konstruk yang ingin di- ukur (Saunders et al., 2016, p. 451). Uji validitas konstruk terbagi atas dua jenis, yaitu:
a. Validitas Konvergen (Convergent Validity)
Validitas konvergen dapat didirikan ketika ada tingkat korelasi yang tinggi antara dua sumber berbeda menanggapi pengukuran yang sama (Sekaran & Bougie, 2013, p. 292). Uji ini dinilai berdasarkan factor loading yang menunjukkan bahwa item-item tersebut bersatu pada suatu faktor atau variabel yang sama (Indrawati, 2015, p. 151). Standar nilai factor loading adalah > 0,5, dan idealnya adalah > 0,7 (Hair et al., 2010, p. 709). Semakin tinggi nilai ini, maka dapat menunjukkan bahwa item-item tersebut memiliki validitas konvergen yang bagus (Indrawati, 2015, p.
151).
b. Validitas Diskriminan (Discriminant Validity)
Validitas diskriminan dapat didirikan ketika dua konsep memiliki perbedaan yang jelas dan tidak berhubungan satu dengan yang lain (Sekaran & Bougie, 2013, p. 292). Untuk menguji validitas diskriminan dapat dipergunakan cross loading un- tuk menguji korelasi indikator antar variabel laten (Sarwono & Narimawati, 2015, p. 21).
3.5.1.3 Uji Reliabilitas
Pengertian uji reliabilitas dijelaskan di dalam beberapa sumber. Reliabilitas terdiri dari kata reliabel yang berarti dapat dipercaya dan konsisten. Reliabilitas dari suatu pengukuran dijelaskan sebagai indikasi stabilitas dan konsistensi yang digu- nakan dengan konsep instrumen pengukuran dan membantu menilai “kebaikan”
suatu ukuran (Saunders et al., 2016, p. 223). Pengertian uji reliabilitas lainnya me- nurut Sekaran dan Bougie (2013, p. 223), reliabilitas dari suatu pengukuran me- ngindikasikan sampai sejauh mana pengukuran tersebut bebas dari bias (error free), dan memastikan ukuran yang konsisten melintasi waktu dan berbagai item yang ada di dalam pengukuran tersebut.
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan mempergunakan Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability. Rumus untuk menghitung Composite Reliability adalah sebagai berikut:
(3.2)
Besar koefisien reliabilitas adalah antara minus satu sampai dengan plus satu, akan tetapi koefisien yang besarnya kurang dari nol tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada koefisien yang positif (Indrawati, 2015, p. 155).
Reliabilitas yang dapat diterima adalah antara 0,60 dan 0,70 (Sekaran & Bougie, 2013, p. 290; Hair et al., 2010, p. 710; Sarwono & Narimawati, 2015, p. 20; Jurisch, Palka, Wolf, & Krcmar, 2014).
3.5.2 Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Evaluasi model struktural (inner model) dipergunakan untuk menguji koe- fisien dan hipotesis. Model struktural dapat dievaluasi melalui R2 atau (R-square (reliabilitas indikator) untuk konstruk dependen dan nilai t-statistic dari pengujian koefisien jalur (path coefficient) (Yamin & Kurniawan, 2009, p. 214). Nilai R2 di- gunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen (Abdillah & Hartono, 2015, p. 197). Kriteria dari nilai R2 adalah sebesar 0,67, 0,33, 0,19 yang dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai substansial, moderate, dan lemah (Chin, 1998, dalam Jurisch et al., 2014). Menurut Abdillah dan Hartono (2015, p. 197), semakin tinggi nilai R2, maka semakin baik model pre- diksi dari model penelitian yang diajukan.
Tidak hanya R2, model struktural juga diuji dengan menggunakan t-statistik (t-values). Nilai ini merupakan nilai dari koefisien path yang dipergunakan untuk menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis (Abdillah & Hartono, 2015, p. 197). Kriteria dari nilai t-statistic ini harus di atas 1,96 untuk hipotesis dua ekor (two-tailed) dan di atas 1,64 untuk hipotesis satu ekor (one-tailed) untuk pe- ngujian hipotesis pada alpha lima persen dan power 80 persen (Hair et al., 2008, dalam Abdillah & Hartono, 2015, p. 197). Pengujian hipotesis juga dilakukan deng- an memperhatikan nilai probabilitas (p), apabila nilai p < 0,05, maka H0 di tolak dan Ha di terima (Abdillah & Hartono, 2015, p. 85; Saunders et al., 2016, p. 535).
Penilaian model juga dilakukan dengan mempergunakan Q2 (Q-square), perhitung- an ini digunakan untuk melihat seberapa baik model jalur dapat memprediksi nilai asli yang diamati (Santosa, 2018, p. 96). Apabila nilai Q2 < 0 dapat diartikan bahwa nilai tersebut tidak memiliki relevansi prediktif, sedangkan jika nilai Q2 > 0 dapat diartikan bahwa nilai tersebut memiliki relevansi prediktif (Santosa, 2018, p. 97;
Sarwono & Narimawati, 2015, p. 24). Menurut Jogiyanto dan Abdillah (2009, p.
63), Q2 persamaan adalah sebagai berikut:
Q2 = 1-(1-R12)(1-R22)…(1-Rp2) (3.3)
R12, R22, …, Rp2 adalah R2 dari variabel endogen dalam persamaan. Dalam hal ini data diasumsikan terdistribusi bebas (distribution free), sehingga untuk melaku- kan evaluasi model struktural (inner model) pendekatan prediktif PLS diperlukan perhitungan R2 untuk konstruk dependen dan perhitungan Q2 test untuk relevansi prediktif (Jogiyanto & Abdillah, 2009, p.63).