51 4.1. Pelaksanaan Tindakan
Bagian dalam pelaksanaan tindakan ini akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi PraSiklus/ Kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi PraSiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk di dalamnya hasil belajar mata pelajaran IPA sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian. Selanjutnya pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus I meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I. Sama halnya dengan yang dijelaskan pada sub judul deskripsi siklus I, pada bagian deskripsi siklus II menguraikan tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus II.
4.1.1. Deskripsi PraSiklus/ Kondisi Awal
Penelitian ini dilakukan di SDN Bugel 01 Salatiga pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. SDN Bugel 01 memiliki tenaga pendidik dan kependidikan dengan jumlah 13 orang diantaranya 1 Kepala Sekolah, 6 Guru Kelas, 1 Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, 1 Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris, 1 Guru Mata Pelajaran PenjasOrkes, 1 Pustakawan, 1 Penjaga Sekolah dan 1 guru Tari. Seluruh tenaga pendidik yang mengampu di SDN Bugel 01 Salatiga mempunyai latar belakang pendidikan S1.
diampu oleh guru kelas 5 yaitu Puji Nuryati. Beliau mengampu seluruh mata pelajaran yang diajarkan di kelas 5 kecuali untuk mata pelajaran yang telah diampu oleh guru mata pelajaran masing-masing yaitu PAI, Bahasa Inggris, dan PenjasOrkes. Ibu Puji Nuryati merupakan Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Beliau menempuh pendidikan pada masa jabatannya sebagai seorang guru SD sehingga dalam hal kinerjanya sebagai seorang guru beliau cukup berkompeten dalam bidangnya tersebut.
Sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi. Observasi dilakukan pada hari Kamis, 25 Februari 2015 dengan mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas 5 di SDN Bugel 01 Salatiga. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan yang muncul di dalam pelaksanaan pembelajaran.
guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran atau belum menerapkan variasi model pembelajaran yang mampu menumbuhkan ketertarikan atau antusiasme siswa untuk belajar, guru masih nyaman menerapkan pembelajaran dengan metode ceramah yang dianggap lebih praktis.
Pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama ini masih memposisikan guru sebagai subjek yang utama, siswa hanya menjadi objek pasif untuk menerima semua materi yang guru sampaikan, guru menganggap ceramah sudah merupakan cara yang paling ampuh untuk menyampaikan materi kepada siswa, menurutnya yang terpenting ialah materi dapat diterima oleh siswa di sini guru cenderung mengesampingkan proses di mana siswa dapat memperoleh pengetahuan dari aktivitas yang merangsang mereka untuk membangun konsep tentang materi yang dipelajari. Beberapa faktor tersebut menjadi hambatan di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga, hambatan-hambatan yang muncul tersebut menyebabkan pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran, siswa cenderung jenuh dan bosan di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, konsentrasi siswa juga lebih mengarah pada aktivitas yang ada diluar kegiatan pembelajaran dan bukan kepada materi pelajaran yang tengah sampaikan oleh guru. Kondisi yang demikian berdampak pada perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA yang masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Batas nilai KKM ≥ 70 merupakan KKM dari SDN Bugel 01 Salatiga yang telah ditentukan oleh guru untuk mata pelajaran IPA.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai IPA Kondisi Awal
NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kategori
1 50 – 59 7 41,18% Kurang Sekali
2 60 – 69 3 17,65% Kurang
3 70 – 79 4 23,53% Cukup
4 80 – 89 2 11,76% Baik
5 90 – 99 1 5,88% Baik Sekali
Jumlah siswa 17 100%
Nilai Rata-Rata 67,23
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 50
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran IPA dapat
diperoleh siswa adalah 90 dan nilai terendah 50 (Untuk daftar nilai ulangan harian IPA semester II dapat dilihat pada lampiran halaman 203).
Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kondisi Awal
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan nilai
pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2. Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 7 41,17 %
2. Tidak Tuntas < 70 10 58,83%
Jumlah 100 %
minimal. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut.
Gambar 4.2
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal
Berdasarkan hasil belajar IPA yang masih rendah, dibuktikan dengan nilai ulangan mata pelajaran IPA semester II siswa kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga maka peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran make a match , sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
4.1.2. Deskripsi Siklus I
Pada sub unit deskripsi siklus I ini, akan menguraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan dan refleksi pada siklus I. Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit.
4.1.2.1.Perencanaan Tindakan
pembelajaran dengan model pembelajaran make a match meliputi penyusunan RPP dan segala sesuatu yang menujang pelaksanaan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk perencanaan tes evaluasi yang akan dilakukan pada pertemuan terakhir disetiap siklusnya. Tindakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama, kedua,dan ketiga, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit, dengan rincian sebagai berikut: Rencana tindakan pada siklus I terdiri dari 3 perencanaan pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
2) Pertemuan ke Dua
Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua adalah (1)Menentukan peristiwa alam yang dapat dicegah dan yang tidak dapat dicegah, (2) Menentukan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan, dan lingkungan, (3) Menentukan bentuk upaya mencegah banjir dan tanah longsor. Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran berupa gambar macam-macam peristiwa alam, tanah berumput, tanah yang tidak berumput, alas untuk menaruh tanah, dan gelas yang berisi air.
3) Pertemuan ke Tiga
Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Pertemuan ke tiga digunakan sebagai tes evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada siklus I. Peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi 30 soal pilihan ganda.
4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I
Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2x35 menit atau 2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I adalah:
1) Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
Sebelum memulai pelajaran, guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas. Setelah semua siswa siap mengikuti pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa menurut agama dan kepercayaan masing – masing dipimpin oleh ketua kelas, dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi dengan mengajak siswanya bernyanyi lagu “Tik-Tik Bunyi Hujan” dan dilanjutkan tanya jawab berupa pertanyaan yang mengarahkan ke materi yang akan dibahas, kemudian guru tidak lupa menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing pasangan.
c. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
Observasi aktivitas guru dilakukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hasil dari observasi terhadap aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dalam menerapkan pembelajaran make a match sudah berada dalam kategori baik dengan jumlah skor 50. Hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan I dalam menerapkan pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN Bugel 01 Salatiga dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 1
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 6
3 Kegiatan inti 10 30
4 Kegiatan akhir 2 6
Jumlah 16 50
Persentase 78,12%
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 50 yang di persentasekan menjadi 78,12%. Sehingga aktivitas guru pada siklus pertama pertemuan pertama termasuk dalam kategori cukup. Hal ini sesuai dengan pedoman yang dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk dalam kategori kurang sekali. Walaupun pada siklus I pertemuan pertama aktivitas guru sudah cukup, masih terdapat 3 indikator yang masih perlu ditingkatkan yakni pada indikator melakukan tanya jawab tentang materi, menjelaskan permainan make a match, serta mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa selama
melakukan permainan. Pada siklus I pertemuan pertama, ketiga indikator tersebut masih mendapatkan skor 2 yaitu dilaksanakan dengan cukup oleh guru. Observer memberikan skor 2 pada indikator tersebut dikarenakan guru hanya melakukan tanya jawab dengan siswa secara klasikal, sehingga hanya siswa yang aktif saja yang melakukan tanya jawab dengan guru, siswa yang lain hanya duduk diam. Guru masih terlihat kebingungan dalam menjelaskan tata cara permainan make a match pada siswa, sehingga siswa masih merasa kebingungan dengan tata cara permainan make a match. Guru juga kurang mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa selama
melakukan permainan sehingga siswa merasa kebingungan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi guru pada siklus pertama pertemuan pertama dapat dilihat pada lampiran halaman 186.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus I Pertemuan 1
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 6
2 Kegiatan awal 2 7
3 Kegiatan inti 9 23
4 Kegiatan akhir 2 6
Jumlah 15 42
Persentase 70%
Kategori Cukup
kelompok pasangannya. Siswa masih tampak kebingungan dalam mencari kartu pasangannya.
Aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama sudah mencapai indikator kinerja yakni pada kategori cukup. Sedangkan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama belum mencapai indikator kinerja karena masih berada pada kategori cukup. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan pertama dapat dilihat pada lampiran halaman 188.
2) Pertemuan ke Dua
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 selama 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2x35 menit yang dimulai pukul 07.00-08.15. Pada pertemuan ini terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Materi yang dibahas melanjutkan dari materi pada siklus I pertemuan pertama mengenai peristiwa alam yang dapat dicegah dan yang tidak dapat dicegah, dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan, dan lingkungan, dan bentuk upaya mencegah banjir dan tanah longsor.
a. Kegiatan Awal
Sebelum memulai pelajaran guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi tanpa didahului dengan absensi dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan bukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab tentang akibat banjir yang melanda kota Jakarta dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
mencagah banjir dan tanah longsor. Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan materi. Guru menyediakan alat peraga berupa gambar mengenai contoh gambar tentang peristiwa alam dan berbagai cara untuk mencagahnya. Setelah itu siswa menyimpulkan atau mendiskripsikan peristiwa alam beserta cara pencegahannya berdasarkan gamabr yang sudah disediakan. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa menegnai gambar tersebut. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match) .Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing pasangan.
c. Kegiatan Akhir
membuka masing–masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus I pertemuan ke II dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 2
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 6
3 Kegiatan inti 10 34
4 Kegiatan akhir 2 7
Jumlah 16 55
Persentase 85,93%
Kategori Baik
jalannya permainan mencari kartu pasangan atau permainan make a match. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi aktivitas guru pada siklus pertama pertemuan ke dua dapat dilihat pada lampiran halaman 190.
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match siklus I pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus I Pertemuan 2
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 6
2 Kegiatan awal 2 8
3 Kegiatan inti 9 28
4 Kegiatan akhir 2 6
Jumlah 15 48
Persentase 80%
Kategori Baik
observasi aktivitas guru adalah 48 apabila di presentasekan menjadi 80%. Aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ke dua sudah mengalami peningkatan dibandingkan siklus I pertemuan pertama.
Aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke dua sudah mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada kategori baik.. Aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan tindakan siklus I pertemuan ke dua juga sudah mencapai indikator kinerja karena sudah berada pada kategori baik. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan ke dua dapat dilihat pada lampiran halaman 192.
3) Pertemuan ke Tiga
Pertemuan ke tiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus 1 yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 April 2014 pukul 07.00-08.15. Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke tiga sebagai tindak lanjut, penyempurnaan, dan perbaikan proses pembelajaran pertemuan pertama, pertemuan ke dua pada siklus I.
Evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah soal 30. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ke tiga yakni diawali dengan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran kemudian berdoa bersama menurut agama dan kepercayaan masing - masing. Sebelum membagikan soal evaluasi, guru menata tempat duduk siswa agar siswa tidak terlalu dekat duduknya kemudian guru menjelaskan pada siswa tentang tata cara mengerjakan soal evaluasi dan peraturan selama siswa mengerjakan soal. Dilanjutkan dengan pembagian lembar soal dan lembar jawab oleh guru kepada masing – masing siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir
4.1.2.3 Hasil Tindakan Siklus I
1) Hasil Belajar IPA
Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dengan menerapkan pembelajaran make a match selesai, maka dilakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang diperoleh dari masing-masing siswa, apakah sudah mencapai KKM atau belum mencapai KKM.
Hasil belajar IPA siklus I disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini: Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I
NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kategori
1 50 - 59 2 11,76% Kurang Sekali
2 60 - 69 3 17,65% Kurang
3 70 - 79 8 47,06% Cukup
4 80 – 89 3 17,65% Baik
5 90 - 99 1 5,88% Baik Sekali
Jumlah siswa 17 100%
Nilai Rata-Rata 71,23
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 53
Berdasarkan tabel 4.7 maka dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai
lebih jelas mengenai nilai hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada lampiran halaman 204.
Gambar 4.3
Hasil Belajar Siswa Siklus I
Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus I kemudian peneliti melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus I yang tertera pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 12 70,59 %
2. Tidak Tuntas < 70 5 29,41%
Jumlah 17 100 %
Rata-rata 71,82
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 53
ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga siklus I pada tabel 4.8 dapat digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut:
Gambar 4.4
Persentase Ketuntsan Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan gambar 4.4 tentang persentase ketuntasan hasil belajar IPA siklus I dengan penerapan pembelajaran make a match mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar IPA yang diperoleh pada hasil belajar pada kondisi awal. Pada siklus I ada 12 siswa yang mencapai KKM atau 70,59% siswa sudah mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran make a match yaitu ≥70,59% siswa mencapai KKM (KKM ≥70) sudah berhasil. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar IPA dengan penerapan pembelajaran make a match maka penelitian dilanjutkan siklus II.
4.1.2.4 Refleksi Siklus I
belum berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti. Selain itu, juga sebagai dasar untuk menyusun rencana kegiatan pada siklus II.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match
pada siklus I masih banyak kendala. Kendala tersebut antara lain : 1. Guru
a) Guru belum malakukan tanya jawab terhadap siswa tentang materi yang disampaikan dengan baik.
b) Guru masih mengalami kebingungan dalam menjelaskan cara permainan make a match.
c) Guru belum maximal dalam mengawasi aktivitas siswa dan meberikan bantuan siswa dalam melakukan permainan.
2. Siswa
a) Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
b) Siswa tidak mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi kepada guru.
c) Siswa tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik. d) Siswa tidak berkelompok sesuai dengan kartu yang telah ditentukan guru. e) Siswa dalam mencari kertu pasangan belum berdasarkan waktu yang telah
ditentukan dan siswa belum memberikan tanggapan dengan baik terhadap kecocokan kartu pasangan yang dipresentasikan oleh temannya.
Untuk mengatasi kendala pada siklus I, maka dapat dilakukan perbaikan sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan lebih baik. Perbaikan tersebut antara lain:
1. Bagi Guru
b) Guru harus lebih memahami prosedur atau cara pelaksanaan pembelajaran make a match sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar.
c) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model make a match, guru harus mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik agar siswa tidak bingung.
2. Bagi Siswa
a) Siswa hendaknya memperhatikan penjelasan dari guru selama proses pembelajaran berlangsung.
b) Siswa hendaknya mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik. c) Siswa hendaknya berkelompok sesuai dengan kartu pasangan dan waktu
yang telah ditentukan serta memberikan tanggapan terhadap kecocokan kartu dengan baik.
Dari segi hasil belajar siswa persentase ketuntasan belajar siswa siklus I dibandingkan dengan hasil belajar ulangan IPA pada kondisi awal mengalami peningkatan. Pada kondisi awal yang diperoleh dari ulangan IPA hanya ada 7 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM≥70) dengan persentase 41,17%. Sedangkan pada postest siklus I ada 12 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 70,59%. Ini berarti hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti.
4.1.3 Deskripsi Siklus II
Pada deskripsi siklus II akan diuraikan mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan.
4.1.3.1 Perencanaan Tindakan
1) Pertemuan pertama
Rencana tindakan untuk pertemuan pertama yaitu penulis bersama guru menentukan standar kompetensi (SK) yakni 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dengan kompetensi dasar (KD) 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang.dapat mengubah permukaan bumi. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni (1) Mendefinisikan pengertian sumber daya alam, (2) Mendefinisikan pengertian sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, (3) Menyebutkan contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, (4) Mendefinisikan penggunaan contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peneliti juga menyiapkan alat peraga yang menunjang proses pembelajaran yaitu berupa gambar berbagai macam contoh sumber daya alam, dua buah kotak yang bertuliskan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, serta kartu permainan. Peneliti juga menyiapkan lembar absensi siswa, lembar observasi guru, lembar observasi aktivitas siswa.
2) Pertemuan ke dua
Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua adalah (1) Mendefinisikan pengertian sumber daya alam yang dapat diperbaharui, (2) Menyebutkan contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui, (3) Menyebutkan kegiatan manusia yang mengubah permuakaan bumi, (4)Menentukan dampak dari masing-masing kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi.
Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran berupa gambar penebangan hutan secara liar, gambar kegiatan penambangan, gambar kebakaran hutan, gambar pemukiman penduduk.
3) Pertemuan ke tiga
evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada siklus II. Peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi 30 soal pilihan ganda.
4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah:
1. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27 April 2015 pukul 07.00-08.15 dan terdiri dari kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Langkah – langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi tanpa didahului dengan absensi dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan bukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang benda-benda yang ada di ruang kelas dan asal usul bahannya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Kegiatan Inti
sudah dijelaskan. Setelah guru melakukan tanya jawab kemudian guru bersama siswa menyimpulkan tentang pengertian sumber daya alam serta contohnya berserta penggunaannya. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Siswa yang sudah menemukan pasangannya segera lapor pada guru. setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing pasangan.
c) Kegiatan Akhir
Tabel 4.9
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus II Pertemuan 1
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 6
3 Kegiatan inti 10 36
4 Kegiatan akhir 2 7
Jumlah 16 57
Persentase 89,06%
Kategori Baik
Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match siklus II pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus II Pertemuan 1
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 8
3 Kegiatan inti 9 31
4 Kegiatan akhir 2 6
Jumlah 15 53
Presentase 88,33%
Kategori Baik
Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama sudah mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada kategori baik. 2. Pertemuan ke Dua
Pelaksanaan tindakan dan observasi pada pertemuan ke dua siklus 2 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 pukul 07.00-08.15 yang terdiri dari kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Peneliti meminta bantuan observer yaitu kepala sekolah untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa dengan menerapkan pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA. Observer mengisi lembar obsevasi yang telah disediakan oleh peneliti yakni berupa lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa dengan cara memberikan tanda centang (√) pada kolom skor yang telah disediakan. Selain mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Langkah – langkah pembelajaran pada siklus II pertemuan ke dua adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Lalu guru langsung melakukan salam, berdoa dan kemudian absensi. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang pembangunan jalan lingkar di kota Salatiga dan akibat dari pembangunan jalan lingkar di kota Salatiga. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Siswa yang sudah menemukan pasangannya segera lapor pada guru. setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing pasangan.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
3. Pertemuan ke Tiga
dan peraturan selama siswa mengerjakan soal. Dilanjutkan dengan pembagian lembar soal dan lembar jawab oleh guru kepada masing – masing siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus II pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel berikut 4.1
Tabel 4.11
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus II Pertemuan 2
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 6
3 Kegiatan inti 10 31
4 Kegiatan akhir 2 8
Jumlah 16 62
Persentase 96,87%
Kategori Sangat Baik
indikator yang memperoleh skor 4 dan 2 indikator yang memperoleh skor 3. Hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan ke dua mengalami peningkatan dibandingkan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama. Guru sudah mengerti dengan jalannya permainan mencari kartu pasangan atau permainan make a match. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi aktivitas guru pada siklus ke dua pertemuan ke dua dapat dilihat pada lampiran halaman 198.
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match siklus II pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus II Pertemuan 2
no Aspek yang diamati Aspek item Jumlah skor aspek item yang terlaksana
1 Kegiatan Pra Pembelajaran 2 8
2 Kegiatan awal 2 8
3 Kegiatan inti 9 33
4 Kegiatan akhir 2 8
Jumlah 15 57
Persentase 95%
Kategori Sangat Baik
dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan ke dua dari 15 indikator, terdapat 12 indikator yang memperoleh skor 4 ,3 indikator memperoleh skor 3, dan tidak ada indikator yang memperoleh skor 2 dan 1. Aktivitas siswa pada siklus II pertemuan ke dua sudah mengalami peningkatan dibandingkan siklus II pertemuan pertama.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus ke dua pertemuan ke dua dapat dilihat pada lampiran halaman 200.
Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ke dua sudah mencapai indikator kinerja karena sudah berada pada kategori sangat baik.
4.1.3.3 Hasil Tindakan Siklus II
Hasil tindakan siklus II diperoleh dari hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga.
1) Hasil Belajar IPA
Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi dengan penerapan pembelajaran make a match, guru memberikan tes tertulis kepada siswa dengan bentuk soal pilihan
ganda sejumlah 30 soal. Tes diberikan kepada siswa pada akhir siklus II yaitu pada pertemuan ke tiga.
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II
NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kategori
1 50 – 59 0 0% Kurang Sekali
2 60 - 69 0 0% Kurang
3 70 - 79 6 35,3% Cukup
4 80 - 89 9 52,94% Baik
5 90 - 99 2 11,76% Baik Sekali
Jumlah siswa 17 100%
Nilai Rata-Rata 80,76
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 73
Gambar 4.5
Hasil belajar Siswa Siklus II
Data mengenai hasil belajar siswa siklus II kemudian peneliti melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus II yang tertera pada tabe 4.14 berikut ini.
Tabel 4.14
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 17 100 %
2. Tidak Tuntas < 70 0 0%
Jumlah 17 100 %
Rata-rata 80,76
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 73
. Gambar 4.6
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Gambar 4.6 mengenai persentase ketuntasan hasil belajar IPA siklus II dengan penerapan pembelajaran make a match terlihat bahwa hasil belajar IPA siswa 100% mencapai KKM. Hasil belajar IPA dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil belajar IPA yang diperoleh pada siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan peneliti yakni minimal 100% siswa mencapai KKM.
4.1.3.4 Refleksi Siklus II
hasil belajar IPA siswa sudah mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan penulis yaitu minimal 100% siswa mencapai KKM.
Secara keseluruhan, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus II diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:
1. Langkah-langkah pembelajaran make a match sudah dilaksanakan dengan baik dan runtut oleh guru.
2. Guru sudah tidak bingung lagi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran make a match sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar.
3. Guru mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik saat permainan kartu make a match berlangsung.
4. Siswa sudah tidak bingung lagi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match.
5. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA mengalami peningkatan.
4.2 Hasil Analisis Data
Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis data prasiklus, siklus I dan siklus II mengenai hasil belajar IPA siswa.
4.2.1 Hasil Belajar IPA
terendah 53. Pada siklus II hasil belajar mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang mencapai KKM ada 17 siswa dengan persentase 100% dan tidak ada siswa yang tidak mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus II adalah 80,76 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 73. Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal atau prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
. Gambar 4.7
Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Perolehan rata-rata hasil belajar tiap siklus juga mengalami peningkatan. Pada prasiklus, perolehan rata-rata hasil belajar adalah 67,23, setelah dilaksanakan siklus I rata hasil belajar meningkat menjadi 71,82. Setelah dilaksanakan siklus II rata-rata hasil belajar meningkat lagi menjadi 80,76. Berikut disajikan gambar mengenai perbandingan rata-rata hasil belajar IPA prasiklus, siklus I, dan siklus II
Gambar 4.8
4.3 Pembahasan
Data yang telah dipaparkan oleh peneliti mulai dari data pra siklus atau data kondisi awal sebelum diterapkannya suatu model pembelajaran make a match sampai setelah diterapkannya model pembelajaran make a match pada siklus I dan Siklus II dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran make a
match dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Pada kondisi awal sebelum
diterapkannya pembelajaran make a match perolehan hasil belajar sebelum tindakan, siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM≥70) hanya ada 7 siswa atau dengan persentase 41,17%. Rata-rata yang diperoleh dari hasil belajar sebelum tindakan adalah 67,23. Kemudian setelah dilakukan pembelajaran siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 12 siswa dengan persentase 70,59%. Rata-rata yang diperoleh dari hasil belajar siklus I adalah sebesar 71,82.
Pada pembelajaran siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM adalah sebesar
17 siswa dengan persentase 100%. Rata- rata yang diperoleh dari hasil belajar pada siklus II adalah sebesar 80,76. Penelitian yang dilakukan pada siklus II seluruhnya sudah mencapai indikator kinerja. Indikator kinerja dari hasil belajar, peneliti menetapkan bahwa penerapan dengan pembelajaran make a match dikatakan berhasil jika minimal 100% siswa mencapai KKM. Hasil belajar pada siklus I sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal 70% siswa sudah mencapai KKM, sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa sudah sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh peneliti yakni minimal 100% siswa sudah mencapai KKM.
belajar. Suasana seperti ini akan memperlancar pembentukan pengetahuan secara aktif sehingga hasil belajar akan meningkat. Pembelajaran make a match merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran make a match, siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Disamping itu,
make a match juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam kelas. Keunggulan pembelajaran make a match menurut Anita Lie (2002:55) adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan dan dapat digunakan dalam semua mata pelajaran serta untuk semua tingkatan usia. Pembelajaran make a match memiliki kelebihan (Miftahul Huda, 2013:253) antara lain: 1) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; 2) karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan; 3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; 4) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; dan 5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Menurut pendapat para ahli di atas mengenai kelebihan model pembelajaran
make a match maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran make a
match yaitu menciptakan suasana belajar yang positif yaitu terbentuknya interaksi satu sama lain sehingga secara tidak langsung siswa akan merasa nyaman tanpa adanya persaingan siswa satu dengan siswa yang lain. Selain itu menambah semangat dan antusias siswa dalam belajar, ketertarikan dalam menerima suatu materi yang akan diajarkan dan akan mempermudah siswa dalam menerima suatu pengetahuan sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi peningkatan hasil belajar siswa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suratman (2012) dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Pendekatan Make a Match pada Siswa Kelas V SDN Timbang 01 Semester II Tahun
a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V. Terbukti pada hasil belajar siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa 70,59% dengan 12 siswa yang mengalami tuntas belajar dan 5 siswa atau 29,41% siswa yang belum tuntas. Pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 100% atau 17 siswa sudah tuntas.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti, Ria Yuni (2012) dalam skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas V SD
Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Semester Genap Tahun Ajaran
2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model