• Tidak ada hasil yang ditemukan

Defenisi Jaminan Mutu

Dalam dokumen Buku Manajemen Mutu Layanan (Halaman 186-190)

Guna mewujudkan inovasi sekolah, pemimpin pendidikan/kepala sekolah harus bertindak harus bertindak sebagai pemimpin (leader), dan bukannya bertindak sebagai boss.

Ada perbedaan di antara keduanya. Glasser (1992) mengemukakan metapora yang membedakan antara leader dan boss. Perbedaan tersebut dapat kita pahami dari ungkapan- ungkapan metaporik berikut: (1) A boss drives. A leader leads; (2) A boss relies on authority. A leader relies on co-operation; (3) A boss says “I”. A leader says “We”; (4) A boss creates fear. A leader creates confidence; (5) A boss knows how. A leader shows how; (6) A boss creates resentment. A leader breeds enthusiasm;

(7) A boss fixes blame. A leader fixes mistakes; (8) A boss makes work drudgery. A leader makes work interesting.

Guna mewujudkan inovasi sekolah, pemimpin pendidikan/kepala sekolah harus bertindak harus bertindak sebagai pemimpin (leader), dan bukannya bertindak sebagai boss.

Ada perbedaan di antara keduanya. Glasser (1992) mengemukakan metapora yang membedakan antara leader dan boss. Perbedaan tersebut dapat kita pahami dari ungkapan- ungkapan metaporik berikut: (1) A boss drives. A leader leads; (2) A boss relies on authority. A leader relies on co-operation; (3) A boss says “I”. A leader says “We”; (4) A boss creates fear. A leader creates confidence; (5) A boss knows how. A leader shows how; (6) A boss creates resentment. A leader breeds enthusiasm;

(7) A boss fixes blame. A leader fixes mistakes; (8) A boss makes work drudgery. A leader makes work interesting.

Bab 5







   

Implementing a quality management system in an organization without basic formal quality assurance systems is like trying to run before you can walk (Lintern T)

A. Pendahuluan

Jaminan mutu (quality assurance) merupakan elemen penting, bahkan terpenting dalam sistem manajemen mutu organisasi. Jaminan mutu memberikan kepastian bahwa proses pengendalian mutu berjalan secara efektif sehingga mampu memenuhi standard atau harapan pelanggan. Jaminan mutu diciptakan untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap sistem manajemen perusahaan. Sistem jaminan mutu yang established pada sebuah organisasi akan melahirkan individu yang mampu bekerja secara benar sejak pertama kali (do it right the first time) dan mengerjakan sesuatu yang benar secara benar (do right things rightly) sehingga menhasilkan produk dan layanan tanpa cacat (zero defect) secara konsisten. Pada prakteknya jaminan mutu dapat dilakukan secara internal maupun secara eksternal.

B. Defenisi Jaminan Mutu

Willborn dan Cheng (1994) menyebutkan bahwa jaminan mutu (quality assurance) meliputi semua aktivitas dalam suatu perusahaan yang didesain untuk memastikan bahwa keinginan dan harapan pelanggan terhadap mutu dipenuhi.

Tom Vroeijenstijn (2002) mendefinisikan jaminan mutu (QA) dengan “Continuous attention to reality for improvement and

enhancement” dengan tiga pertanyaan dasar, are we doing the right things?, in the right way?, and achieve the right goals?.

Sementara Elliot (1993) mendefinisikan jaminan mutu sebagai tindakan sistematis yang penting untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dari mutu.

Oakland (1995) menyebutkan “Quality assurance is broadly prevention of quality problems through planned systematic activities (including documentation).(jaminan mutu adalah pencegahan secara luas terhadap masalah mutu melalui aktivitas yang terencana secara sistematis)Wadsworth, et all (2002) mengatakan quality assurance is a system of activities whose purpose is to provide an assurance that the overall quality control is in fact being done effectively (jaminan mutu adalah sistem aktivitas yang bertujuan memberikan jaminan bahwa semua pengendalian mutu dilakukan dengan efektif). Stella (2007) mendefenisikan jaminan mutu sebagai generic term used as shorthand for all forms of external quality monitoring, evaluation or review and may be defined as a process of establishing stakeholder confidence that provision (input, proses, and outcomes) fulfils expecatation or measures up to the minimum reqiuremen “(istilah umum bagi semua pengawasan, evaluasi, atau tinjauan ulang mutu eksternal atau sebuah proses pemantapan kepercayaan stakeholder yang kelengkapan input, proses, dan outcomenya memenuhi harapan atau memenuhi syarat minimal).

Konsep lain diberikan oleh Danks (1996) bahwa quality assurance not just an activities in production, but as an approach to production and the checks and audit, which are carried out to ensure that quality control procedures are followed. Pendapat ini sejalan dengan Sallis (2006) bahwa jaminan mutu berbeda dengan kontrol mutu. Jaminan mutu didesain sedemikian rupa untuk menjamin bahwa proses produksi menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas cacat dan kesalahan. Jaminan mutu adalah pemenuhan

spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan produk yang selalu lebih baik dari awal (right first time every time).

Jaminan mutu lebih menekankan pada tanggungjawab tenagakerja dibandingkan dengan inspeksi control mutu, meskipun inspeksi juga memiliki peranan dalam penjaminan mutu. Mutu dan jasa yang baik dijamin oleh sistem, yang dikenal dengan sistem jaminan mutu, yang menempatkan bagaimana produksi seharusnya berperan sesuai dengan standar. Standar-standar mutu diatur oleh prosedur-prosedur yang ada dalam sistem jaminan mutu.

Merujuk pada sejumlah defenisi di atas dapat ditarik pengertian sederhana bahwa jaminan mutu adalah semua aktivitas atau pendekatan yang terencana dan stategis yang dilakukan oleh organisasi untuk memastikan bahwa prosedur kontrol mutu diikuti secara efektif dan proses produksi menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi serta memenuhi harapan pelanggan.

Meskipun banyak ahli yang mengemukakan definisi tentang jaminan mutu, namun tidak ada definisi yang diterima secara bersama. Patel, (1994) mengemukakan sejumlah elemen penting yang berhubungan dengan penjaminan mutu, yaitu;

1. Kebijakan (policy), yang mencakup filosofi, dan nilai produk dan layanan, misalnya respon, mudah diakses, sesuai dengan kebutuhan, persamaan atau keadilan, efisiensi, efektivitas, dapat diterima oleh masyarakat, dan tepat waktu

2. Komitmen yang jelas terhadap mutu semua produk atau layanan yang ada yang harus dimengerti oleh dan dianut oleh staf.

3. Metode yang efektif dan disepakati terkait dengan keterlibatan pelanggan dalam perencanaan produk dan layanan.

4. Standar keseuaian atau pencapaian yang bersifat khusus 5. Tindakan perbaikan jika standar tidak terpenuhi.

6. Prosedur pelatihan dan pembinaan staf terkait dengan jaminan mutu dan pengendalian mutu.

enhancement” dengan tiga pertanyaan dasar, are we doing the right things?, in the right way?, and achieve the right goals?.

Sementara Elliot (1993) mendefinisikan jaminan mutu sebagai tindakan sistematis yang penting untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dari mutu.

Oakland (1995) menyebutkan “Quality assurance is broadly prevention of quality problems through planned systematic activities (including documentation).(jaminan mutu adalah pencegahan secara luas terhadap masalah mutu melalui aktivitas yang terencana secara sistematis)Wadsworth, et all (2002) mengatakan quality assurance is a system of activities whose purpose is to provide an assurance that the overall quality control is in fact being done effectively (jaminan mutu adalah sistem aktivitas yang bertujuan memberikan jaminan bahwa semua pengendalian mutu dilakukan dengan efektif). Stella (2007) mendefenisikan jaminan mutu sebagai generic term used as shorthand for all forms of external quality monitoring, evaluation or review and may be defined as a process of establishing stakeholder confidence that provision (input, proses, and outcomes) fulfils expecatation or measures up to the minimum reqiuremen “(istilah umum bagi semua pengawasan, evaluasi, atau tinjauan ulang mutu eksternal atau sebuah proses pemantapan kepercayaan stakeholder yang kelengkapan input, proses, dan outcomenya memenuhi harapan atau memenuhi syarat minimal).

Konsep lain diberikan oleh Danks (1996) bahwa quality assurance not just an activities in production, but as an approach to production and the checks and audit, which are carried out to ensure that quality control procedures are followed. Pendapat ini sejalan dengan Sallis (2006) bahwa jaminan mutu berbeda dengan kontrol mutu. Jaminan mutu didesain sedemikian rupa untuk menjamin bahwa proses produksi menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas cacat dan kesalahan. Jaminan mutu adalah pemenuhan

spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan produk yang selalu lebih baik dari awal (right first time every time).

Jaminan mutu lebih menekankan pada tanggungjawab tenagakerja dibandingkan dengan inspeksi control mutu, meskipun inspeksi juga memiliki peranan dalam penjaminan mutu. Mutu dan jasa yang baik dijamin oleh sistem, yang dikenal dengan sistem jaminan mutu, yang menempatkan bagaimana produksi seharusnya berperan sesuai dengan standar. Standar-standar mutu diatur oleh prosedur-prosedur yang ada dalam sistem jaminan mutu.

Merujuk pada sejumlah defenisi di atas dapat ditarik pengertian sederhana bahwa jaminan mutu adalah semua aktivitas atau pendekatan yang terencana dan stategis yang dilakukan oleh organisasi untuk memastikan bahwa prosedur kontrol mutu diikuti secara efektif dan proses produksi menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi serta memenuhi harapan pelanggan.

Meskipun banyak ahli yang mengemukakan definisi tentang jaminan mutu, namun tidak ada definisi yang diterima secara bersama. Patel, (1994) mengemukakan sejumlah elemen penting yang berhubungan dengan penjaminan mutu, yaitu;

1. Kebijakan (policy), yang mencakup filosofi, dan nilai produk dan layanan, misalnya respon, mudah diakses, sesuai dengan kebutuhan, persamaan atau keadilan, efisiensi, efektivitas, dapat diterima oleh masyarakat, dan tepat waktu

2. Komitmen yang jelas terhadap mutu semua produk atau layanan yang ada yang harus dimengerti oleh dan dianut oleh staf.

3. Metode yang efektif dan disepakati terkait dengan keterlibatan pelanggan dalam perencanaan produk dan layanan.

4. Standar keseuaian atau pencapaian yang bersifat khusus 5. Tindakan perbaikan jika standar tidak terpenuhi.

6. Prosedur pelatihan dan pembinaan staf terkait dengan jaminan mutu dan pengendalian mutu.

7. Kesepakatan kontrak antara pemberi produk atau jasa dengan pelanggan.

Dalam dokumen Buku Manajemen Mutu Layanan (Halaman 186-190)