• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaminan Mutu Pendidikan Tinggi

Dalam dokumen Buku Manajemen Mutu Layanan (Halaman 196-200)

1. Defenisi Jaminan Mutu Pendidikan Tinggi

Jaminan mutu dewasa ini tidak hanya menjadi konsen perusahaan, tetapi telah menjadi istilah yang sangat familiar dan menjadi bagian yang sangat penting dalam sistem manajemen mutu pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. lembaga pendidikan tinggi yang menjadikan perbaikan mutu terus menerus sebagai perhatian utama, harus menjadikan jaminan mutu sebagai integral lembaga. Seperti dikemukakan dalam HELTS 2003 – 2010 bahwa;

In a healthy organization, a continuous quality improvement should become its primary concern. Quality assurance should be internally driven,institutionalized within each organization’s standard procedure, and could also involve external parties. However, since quality is also a concern of all stakeholders, quality improvement should aim at producing quality outputs and outcomes as part of public accountability”.

Dalam konteks mutu pendidikan, Rowley (1995) mengartikan quality assurance sebagai a general term which encompasses all the policies, systems and process directed

3. Menyajikan informasi pada masyarakat sesuai dengan sasaran dan waktu secara konsisten, membandingkan standar yang telah dicapai dengan standar kompetitor.

4. Memberikan jaminan tidak ada lagi hal-hal yang tidak dikehendaki.

F. Komponen dan Elemen dalam Jaminan Mutu

Kegiatan penjaminan mutu memiliki komponen yang harus diperhatikan. Menurut Patel (1994) komponen yang tercakup dalam jaminan mutu meliputi;

1. Kualitas Pelanggan (customer quality), yaitu apakah harapan pelanggan dapat dipenuhi dengan produksi atau layanan yang ada. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap tingkat kepuasan pelanggan.

2. Kualitas profesional (professional quality), yaitu apakah harapan pelanggan secara profesional, apakah prosedur dan standar profesional dipercyaya untuk menghasilkan produk atau laynana yang diinginkan dapat tetap terpelihara dengan baik

3. Kualitas proses (process quality), yaitu desain dan pelaksanaan proses produksi atau pelayanan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien untuk memenuhi keinginan dan harapan pelanggan.

Ketiga komponen tersebut harus terpenuhi dalam dalam aktivitas penjamnan mutu yang dilakukan oleh organisasi terhadap produk atau jasa yang dihasilkannya. Selanjutnya Petel (1994) merumuskan sejumlah elemen penting yang berkaitan dalam penjaminan mutu, yaitu;

1. Kebijakan, mencakup tujuan, filosofi, dan nilai dari produk dan jasa, seperti tanggapa, kemudahan akses, selaras dengan kebutuhan, kesamaan dan keadilan, efisiensi dan efektivitas, dapat diterima oleh masyarakat, dan tepat waktu.

2. Komitmen yang jelas terhadap mutu pada seluruh produk dan jasa yang ada yang harus dimengerti dan dianut oleh produk dan layanan.

3. Metode yang efektif dan disepakati mengenai keterlibatan pelanggan dalam perencanaan dan pandangan terhadap produk dan layanan.

4. Standar kesesuaian atau pencapaian yang bersifat khusus.

5. Tindakan perbaikan bila standar pencapaian tidak terpenuhi.

6. Prosedur pelatihan dan pengembangan staf yang berkaitan dengan penjaminan dan pengendalian mutu.

7. Kesepakatan kontrak antara produsen dengan pelanggan.

G. Jaminan Mutu Pendidikan Tinggi

1. Defenisi Jaminan Mutu Pendidikan Tinggi

Jaminan mutu dewasa ini tidak hanya menjadi konsen perusahaan, tetapi telah menjadi istilah yang sangat familiar dan menjadi bagian yang sangat penting dalam sistem manajemen mutu pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. lembaga pendidikan tinggi yang menjadikan perbaikan mutu terus menerus sebagai perhatian utama, harus menjadikan jaminan mutu sebagai integral lembaga. Seperti dikemukakan dalam HELTS 2003 – 2010 bahwa;

In a healthy organization, a continuous quality improvement should become its primary concern. Quality assurance should be internally driven,institutionalized within each organization’s standard procedure, and could also involve external parties. However, since quality is also a concern of all stakeholders, quality improvement should aim at producing quality outputs and outcomes as part of public accountability”.

Dalam konteks mutu pendidikan, Rowley (1995) mengartikan quality assurance sebagai a general term which encompasses all the policies, systems and process directed

towards ensuring the maintenance and enhancement of the quality of educational provision. For example, course design, staff development, the collection and use of feedback from students, staff and employes (istilah umum yang mencakup semua kebijakan, sistem dan proses yang ditujukan untuk memastikan pemeliharan dan peningkatan mutu pendidikan. misalnya desain mata kuliah, pengembangan staf, pengumpulan dan penggunaa umpan balik dari siswa, staf, dan karyawan).

Jaminan mutu, dalam kaitannya dengan pendidikan tinggi didefenisikan oleh Vlasceanu et all, (2004) sebagai an all – embracing term referring to an ongoing, continuous process of evaluating (assessing, monitoring, guaranteeing, maintaining, and improving) the total quality of a higher education system, institutions or programmes. As a regulatory mechanism, quality assurance, focuses on both accountability and improvement, providing information and judgment (not rangking) through an agreed and consistent process and well – established criteria.

(istilah yang mengacu pada proses evaluasi yang terus menerus (memperkirakan, memonitor, menjamin, memelihara, dan meningkatkan) mutu terpadu sistem pendidikan tinggi, lembaga atau program. Sebagai mekanisme pengaturan, jaminan mutu terpusat pada akuntabilitas dan peningkatan, menyediakan informasi dan pertimbangan (bukan perangkingan) melalui kesepakatan dan proses yang konsisten dan kriteria yang ditetakkan dengan baik.

Aktivitas jaminan mutu bergantung pada keberadaan mekanisme lembaga, terutama didukung oleh budaya mutu yang kuat. Cakupan jaminan mutu dibatasi oleh bentuk dan ukuran sistem pendidikan tinggi. Jaminan mutu berbeda dari akreditasi dalam hal ini bahwa jaminan mutu hanya merupakan prasyarat bagi akreditasi. Jaminan mutu sering dianggap sebagai bagian dari manajemen mutu pendidikan tinggi, meskipun kadang-kadang kedua istilah tersebut digunakan secara bersamaan (Vlasceanu et all, 2004).

Dalam konteks yang lebih luas dimana mutu dilihat sebagai mutu suatu universitas atau perguruan tinggi, Piper (1993) mendefinisikan jaminan mutu sebagai the total of those mechanism and procedures adopted to assure a given quality or the continued improvement of quality, which embodies the planning, defining, encouraging, assessing and control of quality.

Tampak bahwa tujuannya adalah untuk mengembangkan praktek- praktek yang berkelanjutan untuk memperbaiki ujuk kerja baik individual atau institusional di semua bidang.

Dalam praktiknya, penerapan jaminan mutu di suatu perguruan tinggi diawali dengan mengidentifikasi ruang lingkup manajemen yang umumnya mencakup pengelolaan program- program studi, penelitian, pengabdian pada masyarakat, staff, mahasiswa, academic support services, resources, assets dan general governance of university. Dalam setiap bidang tersebut, prosedur yang akan ditempuh untuk pencapaian mutu ditetapkan.

Dalam hal ini termasuk juga mengevaluasi kegiatan-kegiatan untuk mencapai mutu dan kriteria apa saja yang ditetapkan untuk menilai pencapaian mutu tersebut (Piper, 1992, hal.21).

Sehubungan dengan hal ini, dalam melaksanakan evaluasi ada enam prinsip yang utama, meliputi:

a. Apakah tujuan yang ditetapkan sudah tepat?

b. Apakah standar yang ditetapkan sudah tepat?

c. Penggunaan management map yang meliputi tujuan universitas.

d. Keefektifan prosedur yang digunakan untuk QA.

e. Manfaat dari evaluasi mutu.

f. Efisiensi keseluruhan sistim: quality assurance, quality assessment, quality audit dalam usaha meningkatkan mutu atau memperbaiki kondisi yang ada.

Merujuk pada uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa quality assurance dan quality control merupakan prosedur di dalam suatu universitas sedangkan quality audit dan quality

towards ensuring the maintenance and enhancement of the quality of educational provision. For example, course design, staff development, the collection and use of feedback from students, staff and employes (istilah umum yang mencakup semua kebijakan, sistem dan proses yang ditujukan untuk memastikan pemeliharan dan peningkatan mutu pendidikan. misalnya desain mata kuliah, pengembangan staf, pengumpulan dan penggunaa umpan balik dari siswa, staf, dan karyawan).

Jaminan mutu, dalam kaitannya dengan pendidikan tinggi didefenisikan oleh Vlasceanu et all, (2004) sebagai an all – embracing term referring to an ongoing, continuous process of evaluating (assessing, monitoring, guaranteeing, maintaining, and improving) the total quality of a higher education system, institutions or programmes. As a regulatory mechanism, quality assurance, focuses on both accountability and improvement, providing information and judgment (not rangking) through an agreed and consistent process and well – established criteria.

(istilah yang mengacu pada proses evaluasi yang terus menerus (memperkirakan, memonitor, menjamin, memelihara, dan meningkatkan) mutu terpadu sistem pendidikan tinggi, lembaga atau program. Sebagai mekanisme pengaturan, jaminan mutu terpusat pada akuntabilitas dan peningkatan, menyediakan informasi dan pertimbangan (bukan perangkingan) melalui kesepakatan dan proses yang konsisten dan kriteria yang ditetakkan dengan baik.

Aktivitas jaminan mutu bergantung pada keberadaan mekanisme lembaga, terutama didukung oleh budaya mutu yang kuat. Cakupan jaminan mutu dibatasi oleh bentuk dan ukuran sistem pendidikan tinggi. Jaminan mutu berbeda dari akreditasi dalam hal ini bahwa jaminan mutu hanya merupakan prasyarat bagi akreditasi. Jaminan mutu sering dianggap sebagai bagian dari manajemen mutu pendidikan tinggi, meskipun kadang-kadang kedua istilah tersebut digunakan secara bersamaan (Vlasceanu et all, 2004).

Dalam konteks yang lebih luas dimana mutu dilihat sebagai mutu suatu universitas atau perguruan tinggi, Piper (1993) mendefinisikan jaminan mutu sebagai the total of those mechanism and procedures adopted to assure a given quality or the continued improvement of quality, which embodies the planning, defining, encouraging, assessing and control of quality.

Tampak bahwa tujuannya adalah untuk mengembangkan praktek- praktek yang berkelanjutan untuk memperbaiki ujuk kerja baik individual atau institusional di semua bidang.

Dalam praktiknya, penerapan jaminan mutu di suatu perguruan tinggi diawali dengan mengidentifikasi ruang lingkup manajemen yang umumnya mencakup pengelolaan program- program studi, penelitian, pengabdian pada masyarakat, staff, mahasiswa, academic support services, resources, assets dan general governance of university. Dalam setiap bidang tersebut, prosedur yang akan ditempuh untuk pencapaian mutu ditetapkan.

Dalam hal ini termasuk juga mengevaluasi kegiatan-kegiatan untuk mencapai mutu dan kriteria apa saja yang ditetapkan untuk menilai pencapaian mutu tersebut (Piper, 1992, hal.21).

Sehubungan dengan hal ini, dalam melaksanakan evaluasi ada enam prinsip yang utama, meliputi:

a. Apakah tujuan yang ditetapkan sudah tepat?

b. Apakah standar yang ditetapkan sudah tepat?

c. Penggunaan management map yang meliputi tujuan universitas.

d. Keefektifan prosedur yang digunakan untuk QA.

e. Manfaat dari evaluasi mutu.

f. Efisiensi keseluruhan sistim: quality assurance, quality assessment, quality audit dalam usaha meningkatkan mutu atau memperbaiki kondisi yang ada.

Merujuk pada uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa quality assurance dan quality control merupakan prosedur di dalam suatu universitas sedangkan quality audit dan quality

Dalam dokumen Buku Manajemen Mutu Layanan (Halaman 196-200)