• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hidrologi dan Geohidrologi

Dalam dokumen (RPJMD) (Halaman 49-54)

PENDAHULUAN

G. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.5. Hidrologi dan Geohidrologi

Kabupaten Klaten memiliki 2 karakteristik hidrologi yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan adalah air yang berada di atas permukaan tanah seperti air sungai, air rawa, air irigasi, air danau, dan sebagainya. Sementara air tanah (hidrogeologi) mencakup mata air, air sumur dangkal dan sumur dalam. Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah yang dangkal atau sering disebut sebagai air tanah. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah berkisar 5 sampai dengan 15 meter dan berbeda kedalaman antara satu tempat dengan tempat yang lain.

Wilayah Kabupaten Klaten masuk ke dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dan DAS Opak. Yang termasuk dalam DAS Bengawan Solo meliputi seluruh Kecamatan di Kabupaten Klaten. Luas DAS Bengawan Solo yang ada di Kabupaten Klaten mencapai ± 67.024,08 ha. Wilayah Kabupaten Klaten yang termasuk dalam DAS Opak yaitu Kecamatan Kemalang, Manisrenggo dan Prambanan. Luas DAS Opak yang ada di Kabupaten Klaten ± 3.074,27 ha. Berikut merupakan sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Klaten dan banyak dimanfaatkan sebagai sumber air permukaan.

Selain memanfaatkan aliran sungai sebagai sumber air, wilayah Kabupaten Klaten juga memiliki sumber air berupa waduk, embung, mata air dan sumber lainnya. Waduk yang ada di Kabupaten Klaten berupa Waduk Rowo Jombor yang ada di Kecamatan Bayat. Waduk Rowo Jombor mempunyai luas 189 hektar. Waduk ini mempunyai kedalaman 4,5 m dan mampu menampung air 4.000.000 m3. Tujuan utama pembuatan waduk Rowo Jombor adalah untuk menampung air dari sungai-sungai di sekitarnya untuk mengendalikan banjir, dan sebagai persediaan air irigasi untuk lahan pertanian di sekelilingnya pada musim kemarau. Namun kemudian juga dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti pariwisata dan perikanan. Untuk mata air yang ada di Kabupaten Klaten sebanyak 206 yang tersebar di 20 kecamatan, dimana 38 diantaranya berlokasi di Kecamatan Tulung. Dari 206 mata air tersebut 17 diantaranya dalam kondisi mati. Sumber air lainnya yaitu embung. Sampai dengan Tahun 2020 di Kabupaten Klaten sudah terbangun 17 embung.

Tabel 2.2

Daftar Embung di Kabupaten Klaten

No Nama Lokasi

Desa Kecamatan 1 Embung Tarubasan Tarubasan Karanganom 2 Embung Taskombang Taskombang Manisrenggo

3 Embung Pandes Pandes Wedi

4 Embung Krakitan I Krakitan Bayat 5 Embung Krakitan II Krakitan Bayat 6 Embung Kendalsari Kendalsari Kemalang

7 Embung Kluwih Kecemen Manisrenggo

8 Embung Panggang Panggang Kemalang 9 Embung Mranggen Mranggen Jatinom

10 Embung Madirdo Tlogo Prambanan

11 Embung Karangasem Karangasem Cawas 12 Embung Krikilan Krikilan Bayat 13 Embung Karangpakel Karangpakel Trucuk 14 Embung Tambong Wetan Tambong wetan Kalikotes 15 Embung Sidorejo Sidorejo Kemalang

No Nama Lokasi

Desa Kecamatan 16 Embung Tegalmulyo Tegalmulyo Kemalang 17 Embung Tijayan Tijayan Manisrenggo

Sumber: DPUPR Kabupaten Klaten,2021

Hidrogeologi atau air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah. Air tanah dapat diklasifikasikan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam, yang masing-masing diupayakan diperoleh besaran potensinya. Berdasar pada tipe akuifernya, akuifer dan produktifitasnya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) akuifer dengan aliran melalui pori antar butir, (2) akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir, serta (3) akuifer celah dan pori dengan produktivitas kecil dan daerah air bawah tanah langka.

1. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir

a. Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas.

Akuifer berlapis banyak, keterusan sedang sampai tinggi, kedalaman muka air bawah tanah beragam, umumnya dekat permukaan tanah, di beberapa daerah ada di atas muka tanah, debit sumur umumnya lebih dari 10 l/dt.

b. Akuifer produktif dengan penyebaran luas

Akuifer berlapis banyak, keterusan sedang, kedalaman muka air bawah tanah cukup dangkal, debit sumur mencapai 5-10 l/dt, di beberapa tempat 20 l/dt.

c. Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas

Akuifer berlapis banyak, keterusan sedang sampai rendah, kedalaman muka air bawah tanah beragam umumnya dekat permukaan tanah, debit sumur umumnya kurang dari 5 l/dt.

d. Akuifer berproduksi sedang dengan penyebaran setempat

Akuifer dangkal, keterusan sedang sampai rendah, debit sumur umumnya kurang dari 5 lt/dt.

2. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir a. Akuifer produktif tinggi dengan penyebaran luas

Akuifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka air bawah tanah sangat beragam, debit umumnya lebih dari 5 l/dt, pemunculan mata air banyak dijumpai, beberapa debitnya mencapai lebih dari 500 l/dt, terutama yang muncul dari lava vesikuler.

b. Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas

Akuifer dengan keterusan sangat beragam, kedalaman muka air bawah tanah umumnya dalam, debit umumnya kurang dari 5 l/dt, mata air umumnya berdebit sedang, muncul terutama pada daerah lekuk lereng c. Akuifer produktif dengan penyebaran setempat

Akuifer dengan keterusan sangat beragam, umumnya air bawah tanah yang tidak dimanfaatkan karena dalam dan mempunyai penyebaran secara setempat.

3. Akuifer bercelah atau sarang produktifitas kecil dan daerah air bawah tanah langka

a. Akuifer produktifitas kecil dengan penyebaran setempat

Pada umumnya keterusan sangat rendah, setempat air bawah tanah dalam dan dapat ditemui pada bagian lembah, terdapat pada zona lapukan batuan padu.

b. Air bawah tanah langka

Terdapat pada bukit-bukit atau daerah yang mempunyai kualitas air jelek.

Hidrogeologi di wilayah Kabupaten Klaten dibedakan menjadi:

1. Akuifer produktif terdapat setempat;

2. Akuifer dengan produktivitas sedang dan penyebaran luas;

3. Akuifer dengan produktivitas sedang terdapat setempat;

4. Akuifer dengan produktivitas tinggi dan penyebaran luas;

5. Akuifer produktif dengan penyebaran luas; dan 6. Daerah air tanah langka.

Sumber: RTRW Kabupaten Klaten Tahun 2011-2031

Gambar 2.6.

Peta Hidrogeologi Kabupaten Klaten Klimatologi

Menurut pengamatan iklim di stasiun KBB Klaten, Kecamatan Klaten Tengah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari 2020, yaitu 492 mm dengan 16 hari hujan. Sedangkan curah hujan terendah yaitu pada Bulan Juli sebanyak 1 mm dalam 1 hari hujan.

Tabel 2.3

Curah Hujan Menurut Bulan Kabupaten Klaten Tahun 2020 Bulan Jumlah Curah Hujan Jumlah Hari Hujan

Januari 281 17

Februari 492 16

Maret 246 19

April 264 12

Mei 34 8

Juni 22 2

Juli 1 1

Agustus 45 1

September 45 3

Oktober 66 3

November 389 12

Desember 314 22

Sumber : Kabupaten Klaten Dalam Angka, 2021

Curah hujan yang tinggi dapat bermanfaat untuk menambah sumber air terutama untuk pertanian, namun di sisi lain dapat menjadi bencana jika kapasitas aliran air melebihi kapasitas saluran drainase yang ada.

Sumber: RTRW Kabupaten Klaten 2011-2031

Gambar 2.7.

Peta Klimatologi Kabupaten Klaten 2.1.6. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Klaten meliputi lahan sawah dan lahan bukan sawah. Lahan sawah pertanian di Kabupaten Klaten luasnya mencapai 34.469,31 Ha yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Klaten. Untuk lahan non sawah di Kabupaten Klaten terdiri dari penggunaan lahan industri, perdagangan dan perkantoran, permukiman, hutan, ladang/ tegalan dan perairan.

Penggunaan lahan pertanian selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu Tahun 2016-2020 terjadi perubahan pola penggunaan lahan sawah irigasi. Penggunaan lahan sawah pada tahun 2016 sebesar 33.066 Ha, tahun 2017 sebesar 33.021 Ha, tahun 2018 sebesar 31.943 Ha, tahun 2019 menjadi 31.943 Ha dan tahun 2020 menjadi sebesar 34.628,71 Ha. Perubahan luas Kabupaten Klaten secara administrasi menjadi 70.152,02 Ha di tahun 2020, hal ini berdasarkan pada hasil pengecekan lapangan dan peta administrasi yang mendapat persetujuan Badan Informasi Geospasial (BIG) serta kesepakatan dengan Kementerian ATR/ BPN.

Sebaran penggunaan lahan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4

Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2020 No Kecamatan Permukiman

Industri, Perdagangan

dan Perkantoran

Hutan Ladang/

Tegalan Sawah Perairan Jumlah 1 Prambanan 1.074,74 38,23 0 16,29 1.447,78 32,42 2.609,45

2 Gantiwarno 707,22 0,00 0 73,63 1.841,83 21,76 2.644,44

3 Wedi 930,73 0,00 0 38,64 1.648,62 7,56 2.625,54

4 Bayat 1.860,02 0,00 631,17 341,52 1.189,55 187,70 4.209,96

5 Cawas 1.174,09 0,00 0 33,25 2.367,14 19,05 3.593,53

6 Trucuk 1.382,45 3,92 0 75,22 2.003,37 3,54 3.468,50

7 Kalikotes 598,36 1,74 17,55 15,48 767,88 9,75 1.410,76

8 Kebonarum 256,63 12,35 0 0,78 767,91 3,95 1.041,62

9 Jogonalan 1.058,27 27,40 0 8,30 1.640,93 25,02 2.759,92

10 Manisrenggo 1.168,64 0,00 0 239,80 1.612,47 39,36 3.060,27 11 Karangnongko 1.133,70 0,00 0 976,59 835,01 3,86 2.949,16

12 Ngawen 652,81 0,53 0 0,00 1.189,38 2,76 1.845,49

13 Ceper 866,14 173,89 0 132,84 1.402,36 1,44 2.576,67

14 Pedan 797,16 7,78 0 332,32 861,51 1,13 1.999,90

15 Karangdowo 844,79 0,00 0 42,04 2.183,60 10,28 3.080,70

16 Juwiring 940,46 19,85 0 55,45 2.063,39 10,86 3.090,02

17 Wonosari 931,84 8,76 0 91,10 2.291,19 17,17 3.340,05

18 Delanggu 601,90 26,42 0 103,10 1.269,80 1,78 2.003,01

19 Polanharjo 560,65 11,88 0 0,00 1.885,53 63,51 2.521,57

20 Karanganom 727,02 8,14 0 63,14 1.757,26 6,11 2.561,67

21 Tulung 1.007,36 4,01 0 691,01 1.717,66 23,95 3.443,99

22 Jatinom 1.361,19 0,00 0 1.799,43 549,67 0,68 3.710,97

23 Kemalang 2.376,44 0,00 901,22 2.583,03 53,80 104,43 6.018,93 24 Klaten Selatan 673,24 5,30 0 14,59 812,81 3,16 1.509,11

25 Klaten Tengah 606,04 26,54 0 35,88 289,15 1,83 959,45

26 Klaten Utara 742,94 52,48 0 88,10 233,10 0,73 1.117,35

Jumlah 25.034,83 429,21 1.549,94 7.851,53 34.682,71 603,81 70.152,02 Sumber : DPUPR, 2021

Pada tahun 2016 perubahan luasan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian seluas 45.392 Ha, dengan perincian peruntukan: Perumahan 33.058 Ha; Industri 8.910 Ha; Perusahaan 0,113 Ha, dan Jasa 3.311 Ha. Tahun 2017 perubahan luasan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian seluas 45,7611 Ha, dengan perincian peruntukan: Perumahan 40.298 Ha; Industri 4.515 Ha, dan Jasa 0,948 Ha. Tahun 2018 perubahan luasan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian seluas 63.381 Ha, dengan perincian peruntukan: Perumahan 48.897 Ha; Industri 13.744 Ha; dan Jasa 0,740 Ha. Tahun 2019 perubahan luasan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian seluas 81.700 Ha, dengan perincian peruntukan: Perumahan 55.500 Ha; Industri 18.200 Ha; Perusahaan 0,500 Ha dan Jasa 7.500 Ha. Sedangkan pada tahun 2020 perubahan luasan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian mencapai 93.180 Ha, dengan rincian peruntukan: Perumahan 56.104 Ha; Industri 10.332 Ha; Perusahaan 25.516 Ha dan jasa 1.228 Ha. Luas perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5

Luas Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian Menurut Penggunaannya di Kabupaten Klaten Tahun 2016-2020

Tahun Dari Sawah &

Tegalan (Ha)

Peruntukan Bangunan Tanah (Ha) Jumlah (Ha) Perumahan Industri Perusahaan Jasa

2016 45.392 33.058 8.910 0,113 3.311 45.392

2017 45.761 40.298 4.515 0 0,948 45.761

2018 63.381 48.897 13.744 0 0,740 63.381

2019 81.700 55.500 18.200 0,500 7.500 81.700

2020 93.180 56.104 10.332 25.516 1.228 93.180 Sumber : DPKPP Kab. Klaten, 2021

Dalam dokumen (RPJMD) (Halaman 49-54)