• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Kemampuan Lahan

Dalam dokumen (RPJMD) (Halaman 54-63)

PENDAHULUAN

G. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.7. Potensi Kemampuan Lahan

Tabel 2.5

Luas Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian Menurut Penggunaannya di Kabupaten Klaten Tahun 2016-2020

Tahun Dari Sawah &

Tegalan (Ha)

Peruntukan Bangunan Tanah (Ha) Jumlah (Ha) Perumahan Industri Perusahaan Jasa

2016 45.392 33.058 8.910 0,113 3.311 45.392

2017 45.761 40.298 4.515 0 0,948 45.761

2018 63.381 48.897 13.744 0 0,740 63.381

2019 81.700 55.500 18.200 0,500 7.500 81.700

2020 93.180 56.104 10.332 25.516 1.228 93.180 Sumber : DPKPP Kab. Klaten, 2021

3. Rendah

Merupakan kawasan dengan potensi kemampuan lahan rendah, dengan karakteristik :

a. Faktor kemiringan lereng dari curam hingga sangat curam memberikan banyak hambatan dalam penggunaan berbagai jenis pemanfaatan lahan;

b. Semakin curam bentuk topografi permukaan lahan, semakin besar ancaman terhadap longsor, drainase buruk, kapasitas menahan air tidak baik sehingga tanah menjadi mudah tandus; dan

c. Kedalaman efektif solum tanah yang tipis menjadikan lapisan atas permukaan tanah menjadi mudah terkikis sehingga hampir sebagian besar daerah seperti ini memiliki jenis tanah dengan sifat fisik batuan induk yang keras dan mudah untuk menyerap air tanpa bisa menahan air.

Potensi kemampuan lahan di Kabupaten Klaten dapat dlihat pada Tabel Potensi Kemampuan Lahan di Kabupaten Klaten.

Tabel 2.6

Potensi Kemampuan Lahan Di Kabupaten Klaten

No Kecamatan Potensi Kemampuan Lahan (Ha) Jumlah (Ha) Tinggi Sedang Rendah

1 Bayat 3.030,4 1.207,6 - 4.238,0

2 Cawas 3.606,1 8,8 - 3.615,0

3 Ceper 2.566,7 8,1 - 2.574,8

4 Delanggu 1.977,7 26,2 - 2.003,9

5 Gantiwarno 2.433,2 228,6 - 2.661,8

6 Jatinom 3.498,0 152,5 - 3.650,5

7 Jogonalan 2.706,3 - - 2.706,3

8 Juwiring 3.100,4 - - 3.100,4

9 Kalikotes 1.391,6 - - 1.391,6

10 Karanganom 2.559,0 - - 2.559,0

11 Karangdowo 3.085,6 - - 3.085,6

12 Karangnongko 2.916,9 65,4 - 2.982,3

13 Kebonarum 1.035,5 - - 1.035,5

14 Kemalang 626,6 4.379,4 885,2 5.891,1

15 Klaten Selatan 1.525,6 - - 1.525,6

16 Klaten Tengah 956,5 - - 956,5

17 Klaten Utara 1.118,0 - - 1.118,0

18 Manisrenggo 2.978,2 120,3 - 3.098,5

19 Ngawen 1.817,2 - - 1.817,2

20 Pedan 1.998,6 - - 1.998,6

21 Polanharjo 2.492,3 53,3 - 2.545,6

22 Prambanan 2.592,8 10,4 - 2.603,2

23 Trucuk 3.467,7 0,9 - 3.468,6

24 Tulung 3.367,7 63,6 - 3.431,3

25 Wedi 2.575,2 61,0 - 2.636,2

26 Wonosari 3.328,3 - - 3.328,3

Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kabupaten Klaten Tahun 2011-2031

Sumber: RTRW Kabupaten Klaten 2011-2031

Gambar 2.8.

Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Klaten 2.1.8. Kondisi Lingkungan Hidup

Kabupaten Klaten memiliki keanekearagaman spesies dan genetik yang menunjukkan bahwa Kabupaten Klaten masih memiliki keanekaragaman hayati.

Kabupaten Klaten memiliki 3 (tiga) jenis ekosistem berdasarkan kondisi geomorfologinya, yaitu lereng Gunung Merapi yang membentang di sebelah utara meliputi sebagian kecil wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung; dataran rendah meliputi Kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah, Klaten Utara, Klaten Selatan, Kalikotes, Ngawen, Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom dan Polanharjo; dan perbukitan/gunung kapur yang membujur di sebelah selatan meliputi sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat, Cawas dan sebagian Gantiwarno.

Upaya perlindungan dan pelestarian potensi keanekaragaman hayati di Kabupaten Klaten dilakukan melalui :

1. Lereng Gunung Merapi:

a. Penyusunan rencana tata ruang Kawasan Gunung Merapi dan sekitarnya;

b. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan Kawasan Gunung Merapi dan sekitarnya;

c. Penyusunan rencana rinci kawasan resapan air;

d. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan resapan air;

e. Pembuatan sumur resapan;

f. Pelestarian hutan dan reboisasi;

g. Gerakan rehabilitasi lahan;

h. Pengaturan penambangan pasir dan batu;

i. Pendirian hunian tetap (huntap);

j. Pembangunan jalur dan sarana evakuasi; dan

k. Konservasi hayati dengan penangkaran dan perlindungan habitat.

2. Dataran rendah:

a. Mengarahkan pembangunan dan pengembangan kawasan terbangun pada lahan yang bukan kawasan pertanian pangan berkelanjutan;

b. Menetapkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

c. Mengembangkan produktivitas pertanian;

d. Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan e. Konservasi hayati dengan penangkaran dan perlindungan habitat.

3. Perbukitan/pegunungan

a. Pengolahan sistem terassering dan vegetasi yang mampu menahan dan meresapkan air;

b. Gerakan rehabilitasi lahan; dan

c. Konservasi hayati dengan penangkaran dan perlindungan habitat.

Beberapa jenis-jenis spesies genetik yang teridentifikasi sebagai keanekaragaman hayati di Kabupaten Klaten diantaranya (Sumber: Dokumen KLHS RPJMD Kabupaten Klaten Tahun 2021-2026) :

1. Jenis yang belum diperdagangkan, misalnya :

a. Jenis tumbuhan palem raja, palem jawa, dan anggrek jiwa.

b. Jenis satwa seperti kuntul bangau, burung hantu, dan ikan gabus.

2. Jenis yang sudah bernilai ekonomi, misalnya : a. Jenis tumbuhan kemuning, dan mindi.

b. Jenis satwa : sriti, jalak bali, ikan nila, dan ikan lele.

3. Jenis keanekaragaman hayati di wilayah Taman Nasional Gunung Merapi Kabupaten Klaten (Kecamatan Kemalang), misalnya :

a. Satwa liar yang dilindungi : elang alap cina, elang jawa, dan lutung jawa.

b. Satwa liat tidak dilindungi : bajing, dan tikus.

4. Jenis yang sudah dibudidayakan, misalnya : a. Tanaman pangan: padi, jagung, dan kedelai.

b. Perkebunan: kelapa dalam, dan cengkeh.

c. Holtikultura: bawang merah, kubis, alpukat, dan belimbing.

d. Pakan ternak: rumput gajah, dan lamtoro gung.

e. Obat dan rempa: cengkeh, dan lada.

f. Tanaman bahan baku industri: tebu, dan tembakau.

g. Peternakan: sapi, dan kambing.

h. Kehutanan: jati, dan mahoni.

i. Perikanan: nila, dan tawes.

5. Pengetahuan tradisional

Pengetahuan tradisional dimaksud sebagai suatu pengetahuan yang dimiliki oleh komunal atau masyarakat daerah dan tradisi yang sifatnya turun menurun. Jenis kearifan lingkungan yang diterapkan masyarakat antara lain pelestarian mata air, dan perlindungan sungai/waduk.

Sumber: KLHS RPJMD Kabupaten Klaten Tahun 2021-2026

Gambar 2.9.

Peta Potensi Kemampuan Lahan Kabupaten Klaten

Kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Klaten secara umum adalah sebagai berikut (Sumber: Dokumen KLHS RPJMD Kabupaten Klaten Tahun 2021- 2026).

1. Kondisi Ekoregion a. Jenis ekoregion di Kabupaten Klaten diantaranya Dataran Fluvio-vulkan Material Piroklastik, Perbukitan Solusional Karst Jiwobayat Batugamping Terumbu, Perbukitan Struktural Patahan Jiwobayat Batuan Gunungap Tua, Lerengkaki Perbukitan Struktural Patahan Baturagung Batuan Gunungapi Tua, Kerucut Gunungapi Merapi Material Piroklastik, Kaki Gunungapi Merapi Material Piroklastik dan Dataran Kaki Gunungapi Material Piroklastik.

b. Jenis ekoregion yang mendominasi adalah Dataran Fluvio-vulkan Material Piroklastik yaitu seluas 50.726,93 Ha atau 72,44 % dari total ekoregion di Kabupaten Klaten.

2. Potensi Ketersediaan Pangan

a. Produksi tanaman pangan di Kabupaten Klaten selama tahun 2016 sampai dengan 2020 mengalami perkembangan yang fluktuatif.

b. Produksi tanaman pangan tertinggi pada komoditas padi yang merupakan makanan pokok masyarakat Kabupaten Klaten.

3. Potensi

Ketersediaan Air

a. Luas area layanan irigasi di Kabupaten Klaten sebesar 1.608 ha yang tercakup dalam Daerah Irigasi (DI)

b. Secara kewenangan, ada 2 (dua) DI yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, 5 (lima) DI yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan 478 DI yang menjadi kewenangan Kabupaten Klaten.

c. Sementara sumber air baku di Kabupaten Klaten berasal dari sumber mata air yang berjumlah 69 mata air, waduk, embung dan sungai sejumlah 80 aliran.

4. Kondisi pengelolaan sampah

Jumlah perkiraan timbulan sampah per hari tahun 2020 di Kabupaten Klaten sebesar 398.273,1 ton.

5. Indek Kualitas Lingkungan Hidup a. Kualitas dan

Mutu Air Sungai

Berdasarkan uji kualitas air pengambilan sampel dilakukan beberapa titik sungai antara lain Soran, Pusur, Kroman, Merbung, Modin, Kacang Ijo, Dengkeng, Bengawan Solo, beberapa parameter air yang masih memenuhi baku mutu untuk semua sungai yang disampel di Kabupaten Klaten adalah:

TDS, TSS, NO3-N*, As, Co, Boron, Cd*, Cr6, Pb, Zn, Klorida*, Sianida (CN), dan F. Kondisi sungai dengan kualitas air paling rendah yaitu Sungai Kacang Ijo, kondisi tersebut digambarkan sungai tersebut mempunyai parameter paling banyak yang tidak memenuhi baku mutu air berupa pH*, BOD*, COD*,DO*, Total Fosfat sbg P, Belerang sebagai H2S. dan Deterjen sebagai MBAS.

b. Kualitas Udara Untuk melihat kualitas udara di Kabupaten Klaten dapat digambarkan berdasarkan pengukuran udara yang dilakukan di 3 titik sampel yaitu Halaman depan Kantor Pemda Klaten, Taman Perumda Gergunung, Halaman Masjid Al Aqsha Klaten menunjukkan parameter NO2 dan O3, maupun SO2

masih dalam kategori baik, sedangkan CO dalam kategori berbahaya karena rentang ISPU terhitung ialah di atas 500. Tingginya konsentrasi CO disebabkan oleh banyaknya jumlah dan kepadatan kendaraan serta kinerja lalu lintas di Kabupaten Klaten.

c. Tata guna lahan • Kabupaten Klaten memiliki lahan kritis yang terletak di Kecamatan Kemalang, Jatinom, Karangnongko, dan Manisrenggo. Luas lahan kritis sebesar 133,01 Ha, lahan sedang/ agak kritis ± 80,34 Ha, sangat kritis ± 696,43 Ha, dan potensial kritis seluas ± 526 Ha

• Perubahan lahan yang terjadi dalam rentang waktu tahun 2009 hingga 2017 sebesar 0,3 % (dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian).

6. Kajian Muatan KLHS a. Kapasitas daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan

• Daya dukung lahan pada Tahun 2019 SL (328.063 Ha) > DL, (301.450 Ha) dan tahun 2030 SL

(169.307 Ha) > DL, (164.614 Ha). Hal ini berarti bahwa daya dukung lahan dinyatakan surplus daya dukung lahan masih dapat memenuhi kebutuhan.

• Ketersediaan air maksimal di Kabupaten Klaten tahun 2019 sebesar 875.095.074,88 m3/tahun dengan kebutuhan air sebesar 325.470.283,88 m3/tahun, sedangkan pada tahun 2030 ketersediaan air maksimal sebesar 804.593.793,12 m3/tahun dengan kebutuhan air sebesar 328.806.846,19 m3/tahun. Ketersediaan air lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan air, sehingga daya dukung air di Kabupaten Klaten dinyatakan surplus.

• Daya dukung lahan sawah dari tahun 2018 sampai akhir tahun 2030 daya dukung lahan sawah mempunyai nilai α>1, yang berarti bahwa Kabupaten Klaten mampu swasembada pangan.

b. Perkiraan mengenai dampak dan risiko

Terjadi peningkatan populasi penduduk yang menyebabkan produksi sampah yang juga mengalami peningkatan. Peningkatan produksi sampah akan berdampak negative pada lingkungan

lingkungan hidup

hidup jika tidak disertai dengan upaya pengelolaan sampah yang baik.

c. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam

Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam yang dilakukan Kabupaten Klaten antara lain :

• Efisiensi pemanfaatan yang dilakukan bersumber dari hasil hutan kayu dan hasil hutan non-kayu

• Pelaksanaan program pengendalian pemanfaatan ruang monitoring dan pengendalian bangunan, penyusunan rencana detail tata ruang, perencanaan dan koordinasi rencana tata ruang, survei dan pemetaan, penyusunan KLHS RDTR, penyusunan NSPK pemanfaatan ruang dan manual pemanfaatan ruang, pengawasan pemanfaatan ruang sehingga tercapai efisiensi dalam pemanfaatan ruang dan pemanfaatan sumberdaya yang ada di dalamnya.

• Pembinaan kepada masyarakat dalam pelaksanaan pengendalian kerusakan lingkungan dan konservasi keanekaragaman hayati melalui kearifan lokal

• Pelaksanaan program pengurangan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.

d. Kinerja layanan/jasa ekosistem

• Penyediaan air berbasis jasa ekosistem, sekitar 52% luasan Kabupaten Klaten memiliki jasa ekosistem yang tinggi terhadap penyediaan air.

Hal ini menunjukkan bahwa kinerja jasa pelayanan ekosistem penyedia air cukup mampu dalam memenenuhi penyediaan air.

• Penyediaan pangan berbasis jasa ekosistem, sekitar 48% luasan Kabupaten Klaten memiliki jasa ekosistem yang sangat tinggi terhadap penyediaan bahan pangan. Hal ini berarti bahwa Kabupaten Klaten mampu dalam pemenuhan kebutuhan beras secara mandiri.

• Sekitar 50% luasan Kabupaten Klaten memiliki jasa ekosistem sedang dan 22% luasan termasuk jasa ekosistem sangat rendah. Hal ini berarti bahwa Kabupaten Klaten masih mampu menyediakan ruang hidup untuk tumbuh dan berkembang bagi makhluk hidup yang ada di dalamnya.

e. Tingkat

kerentanan dan kapasitas

adaptasi terhadap

perubahan iklim

Kabupaten Klaten berdasarkan data SIDIK sebanyak 311 desa termasuk pada indeks kerentanan rendah. Hal ini berarti bahwa kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim di Kabupaten Klaten dalam kondisi baik dengan adaptasi yang tinggi.

f. Tingkat

ketahanan dan potensi

keanekaragaman hayati

Kabupaten Klaten memiliki keanekearagaman spesies dan genetik yang menunjukkan bahwa Kabupaten Klaten masih memiliki keanekaragaman hayati.

Upaya perlindungan dan pelestarian potensi keanekaragaman hayati di Kabupaten Klaten dilakukan melalui :

• Lereng Gunung Merapi

• Dataran rendah

• Perbukitan/pegunungan

Sumber: KLHS RPJMD Kabupaten Klaten Tahun 2021-2026

Gambar 2.10.

Peta Daya Dukung Kemampuan Lahan Kabupaten Klaten 2.1.9. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah disusun dengan mengacu pada Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2021-2041, serta memperhatikan kondisi eksisting wilayah di Kabupaten Klaten diarahkan dengan memperhatikan pola

ruang yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya, dengan penjelasan sebagai berikut:

Dalam dokumen (RPJMD) (Halaman 54-63)