• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanian

Dalam dokumen (RPJMD) (Halaman 192-198)

PENDAHULUAN

B. Kawasan Budidaya; terdiri atas

2. Pertanian

Tabel 2.78

Capaian Kinerja Pembangunan Urusan Pariwisata Tahun 2016-2021

No Indikator Satuan Capaian

2016 2017 2018 2019 2020 1. Prosentase Daya Tarik

Wisata Kawasan Strategis Pariwisata dan Destinasi Pariwisata Terkelola

% 30,7 30,7 30,7 49,4 60,4

2. Tingkat Intensitas Promosi Pariwisata Terupload di 3 Platfom media sosial (Facebook, Twitter, Instagram)

% 12,32 19,4 58,3 81,3 57,5

3. Jumlah Pelaku Ekraf yang difasilitasi HKI

Orang 0 0 0 0 5

4. Prosentase SDM Pariwisata yang berkompeten

% 18,97 19,43 19,68 20,93 21,29

Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kab, Klaten, 2021

Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan holtikultura (cabe) Tahun 2016-2020 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.79

Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Klaten Tahun 2016-2020

No Jenis Komoditas

2016 2017 2018 2019 2020

Produksi

(Ton) Provitas

(Kwt/ha) Produksi

(Ton) Provitas

(Kwt/ha) Produksi

(Ton) Provitas

(Kwt/ha) Produksi

(Ton) Provitas

(Kwt/ha) Produksi

(Ton) Provitas (Kwt/ha) 1 Padi 426.028 57,87 380.268 51,41 459.044 62,19 469.873,51 67,16 449.093,28 63,33 2 Jagung 72.583 74,97 90.343 81,50 81.981 79,66 102.952,94 90,76 99.087,90 89,38 3 Kedelai 2.759 18,12 4.440 19,87 7.026 19,76 2.559,81 16,28 1.039,92 19,12 4 Kacang

Tanah 1.784 14,58 1.527 16,79

1.816 14,01 1.495,21 14,42 1.157,73 13,21 5 Kacang

Hijau 260 8,72 285 12,50

81 11,31 537,75 15,91 1.984,97 10,77 6 Ubi Kayu 32.224 392,11 9.778 224,99 9.370 261,80 21.078,17 291,13 27.296,04 273,81 7 Ubi Jalar 356 143,55 251 119,28 297 103,67 555,18 128,51 332,89 134,77

8 Cabe 1.698 4,53 1.459 4,57 948 9,43 2762 9,66 2463 8,92

Sumber: DPKPP Kab, Klaten, 2021

Komoditas andalan dan unggulan di Kabupaten Klaten adalah tembakau rajangan dan tembakau asepan, produksi tertinggi tembakau rajangan dicapai pada tahun 2019 sebesar 2.038,14 ton. Sedangkan untuk produksi tertinggi tembakau asepan dicapai pada tahun yang sama sebesar 1.487,05 ton. Dari sisi produktifitas tembakau rajangan cenderung menurun, dari sebesar 4,83 ton/Ha ditahun 2016 menurun menjadi 1,28 ton/Ha tahun 2020. Sedangkan untuk produktifitas tembakau asepan cenderung meningkat dari 0,98 ton/Ha ditahun 2016 menjadi 1,03 ton/Ha ditahun 2020. Produktivitas komoditas tembakau rajangan dan asepan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.80

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Tembakau Rajangan dan Asepan Kabupaten Klaten Tahun 2016-2020

No Tahun

Rajangan Asepan

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha) 1 2020 1.590,60 2.038,13 1,28 1.440,60 1.487,00 1,03 2 2019 1.684,31 2.038,14 1,21 1.516,42 1.487,05 0,98

3 2018 1.016,52 1.147,27 1,3 940,98 1.073,05 1,14

4 2017 1.073,50 1.233,53 1,15 958,00 1.070,72 1,12

5 2016 674,00 815,04 4,83 1.060,24 1.038,53 0,98

Sumber: DPKPP Kab, Klaten, 2021, diolah

Kabupaten Klaten juga mempunyai produksi tanaman perkebunan selain tembakau asepan dan rajangan yang menjadi komoditas andalan dan unggulan di Kabupaten Klaten, seperti TembakauVorstenland, Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Kelapa Deres, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Cengkeh, Lada, dan Tebu. Produksi tertinggi ditahun 2020 adalah Kelapa dalam dengan total produksi 4.322,36 ton, sedangkan produksi terendah adalah kopi robusta dengan total produksi 12,94 ton. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.81

Produksi Perkebunan di Kabupaten Klaten Tahun 2016-2020

No. JenisKomoditas Produksi (Ton)

2016 2017 2018 2019 2020

1. TembakauVorstenland 303.930 239.455 129.115 11.600 0 2. Kelapa Dalam 4.097,63 4.697,58 4.588,66 4.048,18 4.322,36 3. Kelapa Hibrida 45.510 45.600 44.133 29.340 29.940 4. Kelapa Deres 99.470 98.740 92.464 87.150 78.840 5. Kopi Arabica 105,25 81,32 81,52 43,32 162,20

6. Kopi Robusta 9,80 9,99 10,15 9,82 12,94

7. Cengkeh 44,22 45,63 47,04 36,50 49,75

8. Lada 13.150 12.110 13.150 11.400 17.700

9. Tebu 6.289,000 3.258,940 824.760 3.316,970 3.202,97 Sumber: DPKPP Kab, Klaten, 2021, diolah

Populasi sapi potong selama kurun waktu lima tahun terakhir (2016- 2020) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 88.343 ekor di tahun 2016 menjadi 104.321 ekor di tahun 2020, sedangkan untuk populasi ternak ayam baik untuk ayam bukan ras, ayam pedaging dan ayam petelur pada tahun 2017 mengalami peningkatan dikarenakan adanya permintaan terhadap ayam di pasar domestik lebih menyukai daging ayam (white meat) dibanding dengan daging merah (red meat), begitu juga dengan populasi ternak lainnya di Kabupaten Klaten yang rata-rata mengalami kenaikan. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan permintaan terhadap daging, susu, telur yang menyebabkan kenaikan jumlah populasi ternak di tiap tahunnya, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan gizi, meningkatnya pertumbuhan penduduk setiap tahun, perkembangan teknologi dan informasi di bidang peternakan dan adanya Program Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS). Untuk populasi ternak ruminansia besar dan ruminansia kecil meliputi sapi potong, sapi perah, kambing dan domba periode 2016-2020 terus mengalami peningkatan. Tahun 2016 populasi ternak ruminansia besar dan kecil 220.970 ekor, meningkat menjadi 264.463 ekor ditahun 2020. Selengkapnya populasi ternak pada tahun 2016−2020 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.82

Populasi Ternak di Kabupaten Klaten Tahun 2016-2020 No Jenis Ternak Populasi Ternak (ekor)

2016 2017 2018 2019 2020*)

1 Sapi Potong 88.343 88.850 100.259 102.431 104.312

2 Sapi Perah 5.795 6.098 6.784 6.443 6.807

3 Kambing 88.343 88.957 96.596 101.402 105.782

4 Domba 38.489 38.570 45.204 46.963 47.562

5 Ayam Bukan Ras

2.801.581 3.256.177 2.245.443 2.532.676 2.109.668 6 Ayam

Pedaging

2.898.344 3.385.400 2.475.187 3.896.788 2.489.800 7 Ayam Petelur 867.822 930.234 746.422 832.764 900.342 8 Itik 395.436 575.100 425.473 430.329 397.012 9 Burung

Puyuh

451.193 452.332 519.566 535.244 363.563 Sumber: DPKPP Kab, Klaten, 2021, diolah

Perkembangan produksi susu, daging dan telur pada tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2019, Tahun 2017 produksi daging tinggi, disebabkan karena kenaikan konsumsi terhadap daging naik. Hal tersebut karena dipengaruhi berbagai kondisi diantaranya adalah:

1.

Ternak yang dipotong tahun 2017 untuk ayam dan domba tinggi

2.

Pertumbuhan ekonomi nasional

3.

Isu politik,

4.

Nilai tukar rupiah

Selengkapnya produksi peternakan tahun 2016−2020 disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 2.83

Produksi Peternakan di Kabupaten Klaten Tahun 2016-2020

No Jenis Produksi

(Lt/Kg/Butir)

2016 2017 2018 2019 2020*)

1 Susu (Liter) 4.878,66

2 5.903.181 4.411.440 4.978.442 4.456.373

2 Daging (ton) 5.400 13.538 6.796 7.048 7.200

3 Telur (kg)* 15.931.010 13.323.579 12.773.977 17.745.666 15.038.594 Sumber: DPKPP Kab, Klaten, 2021

Pemberantasan penyakit ternak menurut jenisnya (vaksinasi) di Kabupaten Klaten dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2016-2020 perkembangannya stagnan yaitu sebanyak 6.000 ekor tiap tahunnya, hal ini dikarenakan terbatasnya anggaran. Selengkapnya untuk Pemberantasan penyakit ternak menurut jenisnya (vaksinasi) di Kabupaten Klaten Tahun 2016-2020 sebagai berikut.

Tabel 2.84

Pemberantasan Penyakit Ternak Menuurt Jenisnya (Vaksinasi) di Kabupaten Klaten Tahun 2016-2020

No Tahun

Antrax Septicaemia

Epizootica (Penyakit mulut

dan Kuku) Pakai

Operasional

Non Operasional

1. 2020 1.900 4.100 0

2. 2019 2.000 4.000 0

3. 2018 2.000 4.000 0

4. 2017 2.000 4.000 0

5. 2016 2.000 4.000 0

Sumber: DPKPP Kab Klaten, 2021, diolah

Sebagai upaya untuk mendukung peningkatan ketahanan pangan daerah Kabupaten Klaten sudah memiliki beberapa kelompok tani. dengan cakupan bina kelompok tani yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Selama tahun 2016-2020 jumlah darma tirta sebanyak 316 kelompok dan kelompok tani sampai dengan tahun 2020 sebanyak 1.728 kelompok, yang secara rinci disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.85

Jumlah Darma Tirta dan Kelompok Tani di Kabupaten Klaten Tahun 2020

No Kecamatan Darma Tirta Kelompok Tani

1 Prambanan 16 35

2 Gantiwarno 14 36

3 Wedi 11 38

4 Bayat 5 36

5 Cawas 17 50

6 Trucuk 18 48

7 Kalikotes 7 40

8 Kebonarum 4 16

9 Jogonalan 16 48

10 Manisrenggo 16 49

11 Karangnongko 3 46

12 Ngawen 8 32

13 Ceper 18 49

14 Pedan 14 32

15 Karangdowo 18 48

16 Juwiring 19 49

17 Wonosari 18 48

18 Delanggu 16 48

19 Polanharjo 18 48

20 Karanganom 17 48

21 Tulung 12 48

22 Jatinom 8 57

23 Kemalang 0 53

24 Klaten Selatan 10 33

25 Klaten Tengah 5 17

26 Klaten Utara 8 16

2020 316 1.728

2019 316 1.068

2018 316 1.068

2017 316 1.068

2016 316 1.036

Sumber: DPKPP Kab, Klaten, 2021, diolah

Jumlah kelompok tani yang terbentuk pada tahun 2016 sebanyak 1.036 kelompok dan pada tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi 1.728 kelompok yang terdiri dari kelompok tani pemula sebanyak 1.053 kelompok, kelompok tani Lanjut sebanyak 531 kelompok, kelompok tani Madya sebanyak 135 kelompok dan kelompok tani Utama sebanyak 9 kelompok, sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 2.86

Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Klasifikasi Tahun 2016-2020

No Kelas Poktan tahun

2016 2017 2018 2019 2020

1 Pemula 416 448 448 448 1.053

2 Lanjut 455 455 455 455 531

3 Madya 162 162 162 162 135

4 Utama 3 3 3 3 9

Total 1.036 1.036 1.036 1.036 1.728 Sumber: DPKPP Kab, Klaten, 2021, diolah

Jumlah poktan yang ada di Kabupaten Klaten tahun 2020 sejumlah 1.728 poktan yang tersebar di 401 desa/kelurahan. Sedangkan jumlah penyuluh/ petugas PPL (PNS dan P3K) ada 165 orang, sehingga 1 PPL rata- rata harus mengampu 10 poktan. Idealnya sesuai dengan program kementan adalah 1 desa 1 penyuluh dan sebaiknya 1 penyuluh membina 3 poktan.

Ketersediaan prasarana pertanian meliputi infrastruktur irigasi untuk jaringan irigasi tersier dan kuarter dalam kondisi baik/fungsional tahun 2020 baru mencapai 3,22%, sedangkan ketersediaan prasarana penyuluhan untuk Balai Penyuluh Pertanian (BPP) di kecamatan beserta sarana pendukungnya pada tahun 2020 tercatat sebesar 26%. Luasan lahan pengairan dari Tahun 2016-2020 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.87

Luasa Lahan Pengairan di Kabupaten Klaten (Hektar) Tahun 2016-2021 No Tahun Pengairan

Teknis

Pengairan ½ Teknis

Pengairan Sederhana

Tadah

Hujan Jumlah 1. 2020 18.590,7 9.602,9 1.981,0 1.596,4 31.771,1

2. 2019 18.629 9.627 1.992 1.616 31.863

3. 2018 18.649 9.661 2.002 1.631 31.943

4. 2017 18.971 10.358 2.027 1.665 33.021

5. 2016 18.993 10.380 2.028 1.665 33.066

Sumber: DPKPP Kab, Klaten, 2021, diolah

Cakupan penanganan gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan potensi bencana pertanian lainnya selama periode 2016-2020 belum optimal, hal ini menjadi tantangan kedepan untuk terus ditingkatkan.

Luasan cakupan penanganan gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan potensi bencana pertanian tahun 2020 mencapai 55%. Selengkapya luas tambah serang OPT dan bencana alam pada tanaman padi dan sawah menurut jenis organismenya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.88

Luas Tambah Serangan Organisme Pengganggu Tanaman dan Bencana Alam Pada Tanaman Padi Sawah Menurut Jenis Organisme

di Kabupaten Klaten Tahun 2016-2020 Tahun Pengerek

Batang

Wereng

Coklat Tikus Tungro BLB/

Kresek Blas Puso B. Alam

Luas tambah serangan

Opt (ha)

2020 1.014 4 545 0 0 0 0 0 2.217

2019 1.014 4 545 0 0 0 0 0 1.717

2018 1.701 0 304 0 322 107 8 146 2.437

2017 1.454 682 27 56 380 56 746 3.006 2.667

2016 1.816 8 23 5 490 401 173 1.858 2.744

Sumber: DPKPP Kab, Klaten, 2021, diolah

Program pengembangan agropolitan merupakan program yang sangat strategis, sehingga perlu dikembangkan dan diaplikasikan untuk pengembangan kawasan pertanian agropolitan secara umum di Kabupaten Klaten, mengingat potensi lokal yang ada, khususnya untuk pengembangan agropolitan di wilayah lereng merapi yang mempunyai berbagai macam potensi berupa tanaman hortikultura (lada, cengkeh, kopi, sayur-sayuran dan buah-buahan), makanan olahan (kopi petruk, kopi merapi, minuman rempah, berbagai macam keripik, sambal dll), batik lereng merapi, kerajinan bambu,

peternakan kambing dan potensi pariwisata (Deles Indah, Kalitalang, Pesanggrahan Pakubuwono, Embung Sidomulyo, Girpasang, Bendungan Kali Krakal, Tanaman Hidroponik, dll). Selain di daerah lereng merapi program tersebut perlu juga dikembangkan di kawasan lain guna mendukung ketahanan pangan masyarakat yang berkelanjutan.

Dalam pengembangan kawasan agropolitan program pengembangan pertanian terpadu memiliki peranan penting dalam mendukung kawasan tersebut, di dalam memadukan potensi-potensi agro yang ada kawasan lereng merapi. Sedangkan replikasi program pengembangan pertanian terpadu berbasis teknologi dilaksanakan di UBBT Humo Desa Semangkak, Kecamatan Klaten Tengah sebagai lokasi inti basisnya, dengan lahan seluas 7 Ha (4 Ha untuk pertanian, tanam padi) dan 3 Ha untuk sarana prasarana pendukung berupa gedung pelatihan, gedung pertemuan, showroom dan rumah dinas sudah dibangun, sedangkan untuk sarana dan pendukung untuk pengembangan hortikultura (sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman obat, peternakan dan jalan setapak), gazebo-gazebo dan cafe bertingkat untuk memandang view merapi dan sarana prasarana lainnya, maupun peningkatan kapasitas sumberdaya manusia baik PPL atau kelompok tani, diharapkan akan segera dibangun yang saat ini dalam proses perencanaan. Selanjutnya UBBT tersebut dapat dijadikan sebagai pusat Inkubasi Pertanian dan Pusat Pendidikan, Pelatihan, Pengembangan Pertanian Terpadu dan Agrowisata.

Program ini merupakan salah satu bentuk kerjasama antara pemerintah kabupaten Klaten dengan Badan Tenaga Nuklir Republik Indonesia sejak tahun 2015 dan telah berakhir pada tahun 2019. Konsep pertanian terpadu ini menggabungkan berbagai teknik budidaya pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan yang bertujuan untuk saling mendukung dan mencakup berbagai fungsi pembibitan, informasi, komunikasi, pusat pangan, lumbung pangan, edukasi dan pariwisata.

Termasuk untuk program pemurnian varietas Padi Rojolele Srinar dan Srinuk yang merupakan kerjasama dengan BATAN, dan saat ini sudah melalui semua uji tahapan baik pada uji adaptasi (multi lokasi), uji hama penyakit, uji kualitas hasil dan uji rasa, serta pelepasan varietas dan saat ini sudah masuk pada tahapan pengusulan hak paten dan penyiapan kelembagaannya, untuk selanjutnya perlu adanya budidaya pengembangan varietas padi bagi kelompok tani serta membangun jejaring guna mempromosikan dan memasarkan hasil produk tersebut.

Guna mendukung ketahanan pangan masyarakat yang berkelanjutan perlu dikembangkan juga produk unggulan bidang pertanian yang ada di Kabupaten Klaten (rojolele srinar dan srinuk serta perlu adanya penelitian bibit unggul durian sebagai durian khas Klaten, dll).

Dalam dokumen (RPJMD) (Halaman 192-198)