• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pemasaran Global

Theodorus Levitt-

2.6. Konsep Pemasaran Global

Contoh kasus pemasaran sosial dalam masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hal yang perlu dilakukan adalah analisis lingkungan dan perilaku masyarakat.

Analisis lingkungan meliputi :

a. Kondisi lingkungan yang kurang bersih.

b. Kondisi pemukiman rawan banjir dan sangat padat.

c. Tidak ada sarana air bersih.

Perilaku masyarakat meliputi :

a. Budaya masyarakat yang membuang sampah sembarangan.

b. Kebiasaan membuat kotoran di sungai, tidak memiliki jamban.

c. Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.

Perhatikan pula produk-produk yang dipasarkan dengan menggunakan sosial marketing dengan baik, seperti :

a. Aqua

Pada beberapa iklan Aqua akhir-akhir ini, sering diperlihatkan apabila kita membeli produk Aqua, berarti kita menymbangkan 50 ruapiah untuk pengadaan air bersih di daerah yang kekurangan air. Hal tersebut menunjukkan bahwa aqua di dalam memasarkan produknya memakai konsep social marketing

b. Sabun Lifeboy

Sabun lifeboy memasarkan produknya juga dengan menggunakan konsep social marketing. Hal ini terlihat dari promosinya yang mengajak pembiasaan mencuci tangan dengan sabun agar kesehatan meningkat.

fi sik) dan tujuan-tujuan dari suatu organisasi untuk memperoleh kesempatan dan menanggapi ancaman pasar global.

Sekarang ini kita hidup di dalam internasionalisasi pasar atau pasar global.

Coba anda perhatikan sekarang :

• Apa yang anda pergunakan mungkin, seperti lampu, komputer, televisi, jam tangan dan lainnya, mungkin berasal dari Jepang atau Korea.

• Anda mendengarkan musik rock yang diputar dengan compact disk buatan Philips, buatan Belanda.

• Anda pergi rekreasi ke taman hiburan dan dijalan mampir ke McDonald untuk makan, McDonald milik Amerika.

• Sepatu, Tas dan pakaian dibuat di Indonesia, tetapi pemiliknya mungkin saja bukan orang Indonesia.

• Alat-alat rumah tangga seperti sendok-garpu, panci dan lain sebagai adalah buatan Cina.

Kalau begitu apa yang dapat kita banggakan?, sadarkah kita bahwa tantangan berikutnya sudah didepan kita, untuk selanjutnya bagaimana produk-produk dalam negeri (Indonesia) dapat menjadi produk global. Menteri Perdagangan mengaku optimis batik bakal menjadi primadona ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berlangsung. Hal itu bukan tanpa alasan. Menurutnya saat ini terjadi pergeseran tren dimana produk-produk unik diincar tak terkecuali batik. Dia juga mengatakan, kecenderungan itu didukung meningkatnya peminat masyarakat internasional yang menyukai barang dengan jumlah produksi yang sedikit atau ekslusif.

Batik itu sangat memiliki potensi, kalau diperhatikan tren perhiasan dan asesoris sudah bergeser dari manufactur masal kepada barang-barang yang bersifat unik dan terbatas. Di negara maju remaja dan dewasa muda mencari barang unik, bukan yang masal dan dipakai semua orang. Ada kecenderungan masa depan cerah di kerajinan termasuk batik. Karena itu pemerintah jangan tergesa-gesa melakukan deregulasi terkait dengan pembatasan kain bermotif batik. Dikawatirkan bila dilakukan pembebasan dan dilakukan produksi masal, citra kain batik yang unik menjadi hilang. Kita harus jaga betul citra dan reputasi kain batik yang hemat harus kita lestarikan.

Hal itu menunjukkan bahwa kita sekarang sudah berada dalam perekonomian yang bersifat global. Pemasaran global itu kita harus melakukan:

• Proses memfokuskan sumber daya (manusia, uang dan asset fi sik).

• Proses memfokuskan tujuan-tujuan dari suatu organisasi untuk memperoleh kesempatan meraih segalanya dan menanggapi ancaman-ancaman yang mungkin terjadi di pasar global.

Oleh karena itu dunia Internasional menjadi penting bagi perusahaan besar untuk memaksimalkan potensi pertumbuhannya serta sejumlah besar industri akan dikuasai oleh sedikit banyak perusahaan global. Tujuannya untuk menciptakan nilai pelanggan dan keunggulan persaingan dengan melayani secara focus. Arti penting pemasaran global adalah keadaan yang dibentuk oleh berbagai penggerak dan kekuatan pengendalian.

Dimensi-dimensi utama dalam pemasaran global : 1. Lingkungan pemasaran global.

2. Segmentasi pasar global.

3. Pemasaran dengan sasaran global.

4. Merumuskan strategi dan rencana pemasaran global.

5. Bauran pemasaran global.

6. Mengelola dan memimpin usaha pemasaran global.

Pemasaran yang sukses bergantung pada seberapa kuat hal itu bertumpu pada hal-hal yang fundamental. Tetapi bukan berarti semua prinsip marketing adalah sama, memang skenario pemasaran yang berbeda membutuhkan tak-tik yang berbeda pula. Mengetahui perbedaan ini sama juga mengetahui perbedaan antara sukses dan kegagalan. Salah satu dari yang menonjol dari pemasaran global marketing ada menjual produk ke luar negeri membutuhkan perspektif yang berbeda dari pada yang digunakan untuk bisnis yang di pasarkan untuk pasar domestik.

Ada dua hal penting yang harus dipertimbangkan sewaktu melakukan globalisasi pemasaran.

1. Perhatikan Konteksnya

Perbedaan utama antara pasar luar negeri dan domestik terletak pada konteks bagaimana pemasaran dilakukan. Perbedaan pada hal kultur, hukum, komunikasi dan ekonomi semua ini menyebabkan tantangan dalam memformulasikan strategi pemasaran.

2. Kebudayaan

Pemasaran di dalam negeri umumnya sudah mengenal kultul setempat.

Tentunya kita sudah mengenal sesama bangsa kita Indonesia, tetapi pasar luar negeri sangat berbeda kebudayaannya dengan kebudayaan kita. Ini adalah tugas para pemasar untuk mencari tahu perbedaannya dari pasar yang dituju termasuk perilaku konsumennya.

Kampanye ke seluruh dunia akan sangat efektif dan merupakan salah satu strategi yang diperlukan bagi perusahaan internasional, tetapi bila dikemas dengan sensitivitas budaya lokal yang kuat. Permasalahan terjadi ketika budaya lokal tidak dianggap sebagai sesuatu yang berpengaruh dalam mengiklankan sesuatu. Contoh Iklan kartu kredit American Express misalnya menayangkan Tiger Woode bermain di saat hujan menunjukkan kegigihannya, sukses di Amerika Serikat, namun gagal total di Amerika Latin dan Italia dimana orang tak mengerti kenapa Tiger Wood ingin bermain di cuaca buruk. Contoh lain, sebuah iklan Microsoft menampilkan gambar seorang pria dengan kepala dinosaurus, tidak ditanggapi di Jepang karena mirip dengan Godzilla. Hal yang sama juga tidak berlaku di Thailand dimana membandingkan hewan dengan manusia adalah sesuatu yang tabu.

Para pemasar menyadari hal tersebut dan masih menunggu bagi tiap perusahaan untuk berintegrasi, serta mengatakan bahwa sebuah modal tidak terlalu efi sien untuk menciptakan pemahaman yang konsisten di seluruh dunia. Namun peningkatan pemakaian internet, di sisi lain memudahkan untuk menciptakan kampanye secara global. Dengan pesatnya arus informasi sekarang ini, membuat teknologi dapat dibuat tidak berdasarkan lokasi, apa yang menjadi konten lokal sekarang ini bisa menjadi konsumerisme dunia dan tidak bergantung secara geografi s. Kemungkinan tersebut sangat nyata terlihat. Hubungan kultur dengan perilaku sering mengaitkan pada masalah etnosentris (menyesuaikan dengan negara tujuan).

Membicarakan tentang perusahaan yang memakai pola dan orientasi etnosentris dalam pemasaran global. Orientasi etnosentris memang bukan selalu akan berdampak negatif. Di dalam berbagai praktek bisnis dunia, untuk produk tertentu khususnya produk yang khas dan masih dianggap canggih, melalui operasional perusahaan bisa berhasil dan dapat membawa pengetahuan yang baru bagi pasar dan masyarakat di negara tujuan. Namun perlu dipahami, umumnya mereka secara terbatas memberikan pengetahuan dan pengalamannya bagi konsumen dan

sumberdaya manusia lokal. Mereka justru sering memanfaatkan kebijakan dan kelemahan lokal yang ada di negara tujuan bila menguntungkan mereka. Perusahaan dengan orientasi etnosentris yakin dan menganggap konsumen akan mengikuti dirinya dan mengabaikan masalah yang dihadapi konsumennya. Salah satu contoh ketika perusahaan mobil Nissan memasarkan produknya di Amerika Serikat. Mobil tersebut ternyata sulit dihidupkan mesinnya pada waktu musim dingin. Berbeda halnya dengan perilaku pemilik mobil di Jepang yang menutupi mobil mereka dengan selimut di kala musim dingin, karenanya di Jepang tidak terjadi kesulitan ketika menghidupkan mobil. Tampaknya praktek dan perilaku pemilik mobil Nissan di Jepang ini diyakini akan dilakukan juga di Amerika Serikat. Berlawanan dengan orientasi etnosentris, adalah perusahaan yang berorientasi polisentris (kebijakan pemasaran disesuaikan dengan negara asal).

Pola pandang seperti ini meyakini bahwa di setiap tempat akan bersifat unik dan berbeda. Karenanya semua cabang diharapkan untuk mengoperasikan dan mengembangkan bisnis mereka sendiri melalui strategi bisnis dan pemasaran sesuai dengan keunikan masing-masing tempat dimana mereka berada. Dengan demikian berarti desentralisasi cabang perusahaan berhak dan bebas sepenuhnya sebagai penguasa daerah memilih dan menerapkan mana yang terbaik bagi strategi bisnisnya. Kantor pusat hanya memberikan garis besar kebijakan bisnis secara umumnya menentukan struktur modal antara pusat dan lokal, serta mengendalikan keputusan bisnis penting lainnya dari kantor pusat. Sampai hari ini, bentuk orientasi bisnis dan pemasaran berorientasi polisentris masih sangat disukai. Pertanyaan saat ini, pola orientasi manakah yang efektif dipergunakan dalam era globalisasi masa kini?

Pemasaran global masa kini tampak mengalami pengembangan berorientasi ke arah regiosentris dan geosentris. Perusahaan ini disebut juga sebagai perusahaan global dan transnasional. Mereka akan berusaha melakukan kombinasi atau sintesis terhadap kedua orientasi etnosentris dan polisentris. Mereka diminta harus mampu melihat berbagai tempat di dunia. Dimanakah yang merupakan pasar potensial?.

Berbagai pasar lokal di dunia akan selalu memiliki persamaan dan perbedaan yang harus mampu mereka identifi kasikan. Selanjutnya,berdasar persamaan dan perbedaan tersebut mereka akan berusaha mencari dan menciptakan suatu strategi global terbaik namun dengan tetap memiliki rasa tanggung jawab terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen di pasar yang dituju.