• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam-Macam Kompetensi Profesional Guru Era Society

BAB II KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PADA ERA SOCIETY DI

D. Kompetensi Profesional Guru Pada Era Society

2. Macam-Macam Kompetensi Profesional Guru Era Society

secara akurat apa yang akan terjadi di masa depan dengan bantuan strategi. (5) Kualifikasi seorang supervisor, mengingat ke depan permasalahan anak bukanlah kesulitan memahami materi pembelajaran, melainkan stress yang berkaitan dengan masalah psikologis, stress akibat tekanan yang semakin lama semakin sulit dan berat, guru. Saya membutuhkan psikolog yang bertindak sebagai supervisor. Mengapa disebut guru, karena sebagian orang beranggapan bahwa semua aspek menjadi guru harus dikuasai, walaupun terkadang kita tidak bisa membohongi diri sendiri, jika kita harus menguasai semua bidang mungkin tidak bisa, tapi memang begitu. baik jika kekurangan itu ditutupi dengan pembelajaran sepanjang hayat. Seperti halnya psikologi, seorang guru harus memilikinya agar guru dapat menghadapi permasalahan peserta didik untuk memberikan pencerahan yang bermanfaat bagi peserta didik.

pemahaman, dan nilai-nilai yang berkaitan dengan dimensi spiritual dalam kehidupan seseorang. Ini melibatkan kesadaran diri yang mendalam, pemahaman tentang makna dan tujuan hidup, serta kemampuan untuk menjalani kehidupan dengan integritas moral dan emosional, kemampuan mengatasi krisis, empati dan keterhubungan dengan orang lain, penghargaan terhadap alam dan lingkungan, pengembangan kreativitas dan inovasi:

Lin Yan menyebutkan bahwa Spiritualitas adalah salah satu dimensi penting dari perkembangan holistik anak-anak, seperti otonomi, ketahanan, dan tanggung jawab.108 Penerapan metode belajar dan interaksi di sekolah yang menerapkan nilai spiritual juga berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak ketika dewasa, salah satunya meningkatkan kejujuran.109

Di Indonesia unsur spiritualitas sudah sangat jelas di dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) yang menerangkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk: Mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam perspektif Islam spiritual adalah suatu fitrah yang perlu mendapat interpensi dari lingkungannya seperti yang terdapat dalam al-Qur’an dan al Hadits. Dalam al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 30

108 Yan Lin, Spirituality in early childhood education. Article. ew Zealand Tertiary College, Vol 3, Num 5-Nov 2014. He Kupu, ISSN 1179 – 6812, https://www.hekupu.ac.nz/

article/spirituality-early-childhood-education, diakses pada hari Senin, 20 November 2023

109 Fitriani, A., & Yanuarti, E. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Kecerdasan Spiritual Siswa. BELAJEA: Jurnal Pendidikan Islam, 3(2), 173-202, 2018, diakses pada hari Senin, 20 November 2023

disebutkan:

ْمِقَاَف ِقْلَخِل َلْيِدْبَت َلا ِۗاَهْيَلَع َساَّنلا َرَطَف ْيِتَّلا ِ ٰاللّ َت َرْطِف ِۗاًفْيِنَح ِنْيِ دلِل َكَهْج َو

َن ْوُمَلْعَي َلا ِساَّنلا َرَثْكَا َّنِكٰل َو ُمِ يَقْلا ُنْيِ دلا َكِلٰذِۗ ِ ٰاللّ

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.110

Di dalam hadits nabi Muhammad SAW juga disebutkan:

ِهِناَس ِجَمُي ْوَأ ِهِنا َر ِصَنُي ْوَأ ِهِناَد ِوَهُي ُها َوَبَأَف ِة َرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوُي ٍدوُل ْوَم ُّلُك

Artinya: Setiap anak dilahirkan dlm keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari & Muslim).

Sejalan dengan itu, Spiritual teaching adalah sebuah rancangan model pembelajaran yang melibatkan unsur intelektual, emosional dan spiritual. Di dalamnya tercipta proses pembelajaran yang dapat mengintegrasikan ketiga nilai (IQ, EQ, dan SQ) melalui transformasi, transaksi, dan transinternalisasi dalam proses pembelajaran. Konsep ini sejalan dengan pandangan Nurdin yang menyebutkan bahwa proses internalisasi nilai-nilai spiritual terutama dalam lingkung nilai Islam maka sangat penting untuk kemudian dijadikan satu pijakan dalam membentuk karakter peserta didik itu sendiri.111

Yaumi dan S.Sirate juga menjelaskan bahwa nilai-nilai karakter diintegrasikan melalui pengetahuan konten (content knowledge), proses pembelajaran, lingkungan belajar, kegiatan ekstrakurikuler, pembiasaan kegiatan pagi, dan pemberdayaan budaya dan stuktur

110 Departemen Agama RI, Al-Quranul Tajwid dan Terjemah, ..., 407

111 Nurdin, Muhammad. Pendidikan Anti Korupsi; Strategi Internalisasi Nilai-nilai Islami dalam Menumbuhkan Kesadaran Antikorupsi di Sekolah.(Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 127

sosial dalam lingkungan sekolah.112

b. Kemampuan Leadership (Kepemimpinan)

Merupakan kemampuan memimpin yang harus dimiliki generasi yang akan datang sehingga mampu membawa perubahan dan mengatasi berbagai persoalan pada organisasi atau kelompok yang dipimpinnya. Mampu mempengaruhi orang lain atau masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.dengan perkembangan jaman yang sangat pesat dan cepat, generasi muda atau generasi milenial harus memiliki gaya kepemimpinan yang menyesuaikan ritme dan pola perkembangan jaman. Di era society ini peserta didik dipersiapkan untuk siap di tuntut untuk menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri dan berani mengambil keputusan kuat terhadap tantangan dan siap dalam situasi apapun. Menurut Nurul yaitu kemampuan mengatur orang secara bijak, efisien dn humanis untuk mencapai sebuah tujuan secara bersama-sama melalui pendekatan human capital management secara kompetitif dan jangka panjang, human resources management secara efektif, dan personel management yang efisien.113

Dalam menghadapi era society, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu adaptasi dan kompetensi. Dari berbagai kelebihan dan keuntungan yang di dapat dalam masyarakat 5.0 ini tentunya memerlukan sosok pemimpin yang dapat menyesuaikan dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dan agar dapat mengantisipasi permasalahan atau dampak negatif yang dimunculkan

112 Yaumi, Muhammad dan S. Sirate, Sitti Fatimah, Konstruksi model pembelajaran berbasis kecerdasan spiritual untuk perbaikan karakter. AL-QALAM: Jurnal Penelitian Agama dan Sosial Budaya. Vol 20, Edisi Khusus, 2014, h.13-22, diakses pada hari Senin, 20 November 2023

113 Nurul Abidin Hasibuan, Strategi Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia (Sdm) Generasi Milenial Dan Generasi Z Dalam Menghadapi Persaingan Global Era 5.0, PROSIDING SEMINAR NASIONAL MANAJEMEN. Volume: 1 No: 1 Februari 2022, hlm 34 Program Studi Magister Manajemen, Universitas Pamulang, Indonesia, http://openjournal. unpam.ac.id/index.

php/PSM/a, diakses pada hari Senin, 21 Agustus 2022

karena perubahan teknologi yang dilakukan masyarkat 5.0.114 Salah satu sifat seorang pemimpin adalah berani, kreatif, dan inovatif. Tiga sifat ini akan selalu diperlukan di manapun dan dalam perubahan zaman apapun itu. Karena dengan orang berani, orang tersebut akan berani dalam mengambil resiko dan menjawab tantangan yang ada.

Kemudian orang yang kreatif dan inovatif jika terdapat perubahan akan dengan mudah mendapatkan hal-hal baru yang sesuai dengan perubahan.

c. Kemampuan Digital Literacy (Literasi Digital)

Konsep literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi dan informasi dari piranti digital secara efektif dan efisien dalam konteks atau dengan kata lain literasi digital ini lebih menekankan pada cara berpikir tertentu dan kemampuan menggunakan berbagai sumber digital seperti suara, tulisan, gambar secara efektif. Sangat penting mengembangkan kemampuan digital agar peserta didik dapat menggunakan media digital untuk mengkomunikasikan dan mengekspresikan gagasannya secara efektif.

Salah satu cara untuk memulainya yaitu dengan memasukkan penggunaan produk digital ke dalam komposisi literasi dan pengajaran yang akan membantu mempromosikan digital literasi.115

Di era 5.0, teknologi IT menjadi penggerak utama. Semua pengetahuan dapat di cari menggunakan internet. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang ‘melek’ dengan teknologi, memiliki kemauan mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan.

Ada beberapa level kompetensi yang merujuk pada tingkat

114 Erwin Karouw et al, “Society 5.0 For Better Life: Enhancement or Disruption,

“Yonulis, September 24, 2020, diakses pada hari Senin, 2 Januari 2023, https://yonulis.com/2020/

09/24/society-5-0-for-better-life-enhancement-or-disruption/

115 Bambang Yuniarto, Rivo Panji Yudha, Literasi Digital Sebagai Penguat Pendidikan Karakter Menuju Era society, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon, Jurnal Edueksos Vol. X, No. 2, Desember 2021, diakses pada hari Kamis, 25 Agustus 2022

kemampuan literasi digital, yaitu: 1) Basic individu memiliki seperangkat kemampuan yang memungkinkan penggunaan dasar media. Pengguna mengetahui fungsi dasarnya, menggunakannya untuk tujuan spesifik dan untuk menentukan alat.; 2) Medium, kemampuan komunikatif individu melalui media juga terbatas.

Pengguna mengetahui bagaimana cara mendapatkan dan menilai informasi yang dibutuhkan, serta mengevaluasi dan meningkatkan strategi pencarian informasi.;3) Advanced, individu sangat aktif dalam penggunaan media, sadar dan tertarik terhadap hukum yang mempengaruhi penggunaannya.116

d. Kemampuan Communication (Komunikasi)

Kemampuan manusia berkomunikasi dengan atau menggunakan teknologi digital dan siber untuk mencapai tujuannya. Kemampuan komunikasi ini sangat penting dan relevan dengan era society di mana manusia harus menciptakan peluang-peluang kreatif dan inovatif dengan adanya teknologi. Pada era ini segala sesuatunya berpusat pada manusia sehingga komunikasi yang baik, bermakna, mudah dipahami dan runtut menjadi suatu hal yang harus dikuasai. Dalam kemampuan berkomunikasi terutama kemampuan bahasanya.

Kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa Inggris.

Peserta didik harus memiliki kemampuan berbahasa asing, karena di era ini tidak ada lagi batasan untuk berkomunikasi lintas negara. Selain itu, setiap sistem yang berbasis teknologi saat ini telah memberikan petunjuk (instruksi) penggunaan dalam bahasa Inggris, sehingga kemampuan berbahasa asing adalah hal yang wajib dimiliki oleh peserta didik. Dalam berkomunikasi juga terdapat kemampuan bernegosiasi atau membuat kesepakatan yang diinginkan kedu belah

116 Ni Made Sriani, Ni Putu Widya Aristawati, dkk, Peran Generasi Z Dalam Literasi Digital untuk Meningkatkan Pendidikan karakter di Era society, Prosiding Webinar Nasional Pekan Ilmiah Pelajar (PILAR) Unit Kegiatan mahapeserta didik Kelompok Ilmiah Mahapeserta didik Univ. mahasaraswati Denpasar, 22 Januari 2022, ISSN: 2830-5310, hlm 262

pihak atau kesepakatan tanpa perselisihan sehingga terus terjaga hubungan yang baik dan saling menguntungkan. Selain itu juga dengan komunikasi yang baik mampu menangani karakter orang yang berbeda-beda secara baik sehingga bisa menjadi sebuah bentuk kerja sama yang baik.

e. Kemampuan Emotional Intelligence (Kecerdasan emosi)

Fatimah menyatakan bahwa kemampuan menyesuaikan diri setiap orang berbeda-beda tergantung dari berbagai faktor yang salah satunya kecerdasan emosi, yaitu kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan pribadi dan orang lain sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kegiatan, lingkungan, serta lingkup pertemanan yang memiliki karakter berbeda.117

Untuk menghadapi era society, masyarakat harus memiliki kemampuan soft skills. Yang dimaksud kemampuan soft skills adalah bagaimana masyarakat bisa berkomunikasi, berempati, punya growth mindset, dan adaptif. Hal ini dapat dicapai jika masyarakat memiliki kecerdasan emosi yang baik.118

f. Kemampuan Entrepreneurship (Kewirausahaan)

Kewirausahaan bukan suatu pekerjaan, tetapi kewirausahaan adalah pola pikir mandiri yang bertumbuh terus menerus. Penciptaan wirausaha (entrepreneur) menjadi alternative solusi atas berbagai masalah di masyarakat seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial, meningkatnya pengangguran usia produktif dan menipisnya cadangan pasokan energi, yang kesemuanya menuntut adanya tindakan kreatif dan inovatif. Jiwa kewirausahaan bukan hanya sebatas kecerdasan akademik dan keterampilan menghasilkan produk tetapi juga jiwa dinamis dalam menangkap tantangan dan resiko kemudian

117 E. Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 26

118 Aisyah Warastri, Kecerdasan Emosi: Strategi Untuk Mencapai Kesuksesan, Cetakan Juni 2021, Universitas Aisyiyah Yogyakarta: ISBN: 978-602-0739-89-2, http://digilib.unisayogya.

ac.id/4851/1/Kecerdasan%20Emosi.pdf, diakses pada hari Kamis, 25 Agustus 2022

mengubahnya menjadi peluang dan potensi pertumbuhan.119 Di dalam kemampuan berwirausaha terdapat kemampuan untuk selalu mengedepankan pelayanan yang terbaik bagi penggan sehingga akan mendapatkan pelanggan yang loyal.

Selain itu perlu dibentuk kerjasama yang erat antara dunia Pendidikan dan dunia usaha atau industri yang diharapkan mampu mengisi ruang perbedaan antara teori dan praktek yang diajarkan di sekolah, atau kampus dengan kebutuhan kompetensi yang sebenarnya di dunia industri. Sekolah harus memiliki program untuk meningkatkan jiwa inovatif dan semangat technopreneur, konsep pembelajaran e-learning, dan meningkatkan digital talent menjadi salah satu misi mencetak lulusan yang Tangguh dan siap menghadapi era digitalisasi, era revolusi 4.0 dan era society. Dengan pengembangan teknologi dan kecepatan penguasaan informasi ini sekolah diharapkan dapat meningkatkan tumbuhnya generasi technopreneur yang mampu memanfaatkan teknologi untuk mentransformasikan produk dan jasa yang bisa memiliki nilai tinggi dan keekonomian.

g. Kemampuan Global Citizenship (Kewarganegaraan dunia)

Menurut Syaifullah dalam Dasim Budimansyah, menyatakan warga negara global adalah warga negara yang bertanggung jawab untuk memenuhi persyaratan institusional dan cultural demi kebaikan yang lebih besar bagi masyarakat.120 Berbeda dengan pendapat tersebut Fanny menyampaikan bahwa Global Citizen adalah warga negara yang memiliki kepekaan terhadap isu-isu penting dunia dan memiliki kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan

119 Arief Yanto Rukmana, Budi Harto, Hendra Gunawan. Analisis Urgensi Kewirausahaan Berbasis Teknologi (Technopreneurship) dan Peranan Society5.0 dalam Perspektif Ilmu Pendidikan Kewirausahaan, JSMA (Jurnal Sains Manajemen & Akuntansi)Volume 13No.1 /Mei/2021, http://ojs.stan-im.ac.id/index.php/JSMA/article/view/65/44, diakses pada hari Kamis, 25 Agustus 2022

120 Budimansyah, D. & Komalasari, K. (Eds). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa, (Bandung: Widya Aksara Press, 2011), 704

globalisasi.121 Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk menjadi seseorang yang memiliki kemampuan Global Citizenship, ada 9 karakteristik yang harus dimiliki, yaitu: 1) Mawas diri, memahami kekuatan dan keterbatasannya; mampu mengevaluasi diri, dan memadankan kebiasaan diri, 2) Gigih, menetapkan cita-cita setinggi mungkin dan siap mengambil resiko untuk maju; 3) Peduli sesama, memahami berbagai sudut pandang dan kebutuhan; 4) Teguh dan tekun, memiliki ketekunan dalam mengejar minat; 5) Memiliki integritas, memilih untuk hidup dan bertindak sesuai dengan prinsip yang dipegang teguh;

6) Memberdayakan orang lain, menunjukkan komitmen untuk membawa kebaikan, tidak gentar mengambil langkah pertama; 7) Pembelajar sepanjang hayat, memiliki inisiatif untuk terus menambah ilmu pengetahuannya dan terus menantang dirinya menjadi pribadi yang semakin baik; 8) Inovatif, memiliki kreativitas dan inisiatif yang tinggi; 9) Semangat wirausaha, berpikiran terbuka, dan memiliki rasa ingin tahu.122

h. Kemampuan Problem Solving (kemampuan untuk memecahkan permasalahan).

Merupakan kemampuan untuk berpikir jernih dan mendalam terhadap suatu masalah, mampu melakukan identifikasi, serta menyeleksi informasi terkait masalah, menentukan opsi solusi dan mengevaluasinya, kemudian menindaklanjuti sebagai solusi dalam mengatasi masalah. Bisa diartikan sebuah kemampuan yang dikembangkan untuk memecahkan masalah baru, masalah yang tidak terdefinisikan dengan jelas di dunia kerja.. Kemampuan ini adalah hal

121 Fanny. Jadi TELADAN #1: Keahlian Yang Kamu Butuhkan Untuk Jadi Global Citizen, Selasa 23 Februari 2021, https://www.tanotofoundation.org/id/news/jadi-teladan-1-keahlian-yang- kamu-butuhkan-untuk-jadi-global citizen/#:~:text=Global%20Citizen%20adalah%20warga%20ne gara, diakses pada hari Senin, 21 Agustus 2022

122 Fanny. Jadi TELADAN #1: Keahlian Yang Kamu Butuhkan Untuk Jadi Global Citizen, Selasa 23 Februari 2021, https://www.tanotofoundation.org/id/news/jadi-teladan-1-keahlian-yang- kamu-butuhkan-untuk-jadi-global citizen/#:~:text=Global%20Citizen%20adalah%20warga%20ne gara, diakses pada hari Senin, 21 Agustus 2022

yang sangat penting untuk dimiliki oleh peserta didik, karena era 5.0 dihadapkan pada keadaan Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA) yang tidak dapat di prediksi dan dapat terjadi di era ini.

Masalah selalu ada dalam hidup, sehingga penting bagi setiap orang untuk dapat menyelesaikan masalahnya agar dapat hidup dengan baik. Menurut Dalila Khirini dan Tasman Hamam, pemecahan masalah adalah cara seseorang mencari jalan keluar dari masalah sampai masalah tersebut benar-benar selesai. Sedangkan pemecahan masalah adalah usaha manusia untuk menggunakan pikirannya atau memutuskan sesuatu melalui proses berpikir untuk memecahkan suatu masalah. Proses berpikir pemecahan masalah dapat dipraktikkan sejak usia dini, misalnya sekolah dapat menerapkan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran dengan memberikan masalah atau kasus kepada peserta didik untuk kemudian dicari pemecahannya. Orang yang mampu memecahkan masalah hidup adalah orang yang sadar, berkemampuan tinggi, kreatif dan kritis, serta mandiri.123

i. Kemampuan Team-Working (Kerja Tim)

Merupakan kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk bisa bekerja bersama orang lain dalam sebuah tim yang mengharuskan adanya saling melengkapi, mendukung, dan saling membantu. Dapat dikatakan bahwa kemampuan setiap individu dalam mengembangkan kerjasama dengan pihak lain sehingga mampu menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan. Menurut Rahmalia teamwork adalah kemampuanmu untuk bisa berkomunikasi, mendengarkan, dan mengeksekusi pekerjaan secara terkoordinasi.124

123 Dalila Khirin dan Tasman Hamami, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013 Integratif dalam Menghadapi Era society, Tadris: Jurnal Pendidikan islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Juni 2021

124 Nadiyah Rahmalia, Teamwork: Pengertian, Pentingnya, Manfaat, dan Skill yang Harus Dikuasai, 21 Juli 2022, https://glints.com/id/lowongan/teamwork-adalah/#.Yx4rQ1xBzIU, diakses pada hari Senin, 21 Agustus 2022

Pentingnya teamworking menurutnya adalah 1) mencapai tujuan yang telah ditentukan, 2) Mencegah adanya kesalahan, 3) Meningkatkan performa individu, 4) Mengurangi stress karena pekerjaan (Burnout), 5) Melatih manajemen konflik dan resiko.

Adapun manfaat teamwork adalah: 1) bekerja lebih efektif, 2) Mendapat lebih banyak ide, 3) Saling mengandalkan satu sama lain;

4) Kreativitas semakin terasah, 5) Penyelesaian masalah yang lebih optimal, 6) Sumber motivasi dan inspirasi.

Raharja membagi keahlian tidak terlihat (soft skill) yang harus dimiliki peserta didik di era society menjadi 3 macam yaitu kepribadian, konsep diri dan sikap mental. Dijelaskan pula bahwa ada tujuh elemen soft skill yang perlu diedukasikan kepada peserta didik sebagai generasi muda bangsa, yaitu:125ketrampilan berkominikasi (communicative skill), ketrampilan berpikir dan memecahkan masalah (thinking skill and problem solving skill), kekuatan kerja tim (teamwork force), manajemen informasi dan kemampuan belajar seumur hidup (life-long learning and information management), information kemampuan manajemen informasi (management skill), etika, moral dan prifesionalisme (etihics, moral and profesionalim) serta kemampuan kepemimpinan (leadership skill).

j. Critical Thinking (Berpikir kritis)

Critical Thinking yaitu kemampuan untuk berpikir jernih dan mendalam tentang suatu masalah dan membuat penilaian logis.

Artinya semacam pemikiran untuk menganalisis dan memeriksa serta menghasilkan kesimpulan yang efektif.126 Hal tersebut dikuatkan oleh pernyataan Raymond bahwa ketrampilan berpikir kritis memiliki

125 Raharja, HY, Relevansi Pancasila Era Industri 4.0 dan Society 5.0 di Pendidikan Tinggi Vokasi, Journal of Digital Education, Communication, and arts, 2019, 2(1), 11-20

126 Hidayat, Marlina, Masroor Ahmad. Strategi Pengembangan Kualitas SDM “Generasi Millenial dan Generasi Z Dalam Menghadapi Persaingan Global Era 5.0, PROSIDING SEMINAR NASIONAL MANAJEMEN Volume: 1 No: 1 Februari 2022 , http://openjournal.unpam.ac.id/ index.php/PSM/article/view/18470/9489, diakses pada hari Kamis, 25 Agustus 2022

indikator memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya, dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan mencari informasi, penalaran logis.127 Maksudnya adalah pada tahap ini peserta didik dapat membuat kesimpulan dari sumber bacaan yang digunakan, mampu menganalisis suatu permasalahan dari banyak sudut pandang, dan mampu memilih informasi yang benar dari sumber yang terpercaya. Selain itu juga ditandai dengan mampu memikirkan sesuatu dengan cara yang baru.

Cara berpikir yang peka dan peduli pada lingkungan sekitar dan kondisi terkini di masyarakat sekitar, mampu mengidentifikasi dan memprediksi sesuatu. Kemampuan ini harus dimiliki peserta didik untuk dapat memecahkan masalah dan mencari sumber masalah sampai akarnya. Kemampuan berpikir kritis dan menganalisa persoalan yang terjadi akan membuat peserta didik di masa depan mampu mencari jalan keluar yang efektif dan efisien.

k. Creative (Kreatif)

Menemukan sesuatu yang unik dan original serta tidak harus baru, tetapi bisa dengan mengembangkan apa yang sudah ada. Hal ini berkaitan erat dengan pendidikan sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen inovatif (agent of innovation), di mana generasi milenial harus mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, mendesiminasikan, mensosialisasikan, dan mengaplikasikan dalam dunia nyata.

Menurut Risda Putro dkk dalam penelitiannya bahwa penggunaan perangkat mobile learning dapat melatih ketrampilan berpikir kreatif peserta didik dalam menggabungkan ide-ide

127 Raymond Ristianto, H. Zubaidah, S, M. Amin, & Rohman, F. From a reader to a scientist: Developing eirgi learning to empower scientific literacy and mastery of biology concept.

Biosfer: Jurnal Pendidikan Biologi, 11 (2), 2018, 89-99

sebelumnya untuk menghasilkan ide baru.128 sedangkan Ernawati menjelaskan bahwa indikator berpikir kreatif adalah fluancy, flexcibility, originality dan elaboration.129

l. Collaboration (Bekerja sama)

Kemampuan bekerjasama dengan orang lain agar mencapai tujuan tertentu. Bekerjasama adalah sebuah pilihan yang cerdas, dengan bekerjasama, kehidupan yang tenteram akan dapat dinikmati.

Peserta didik sebagai generasi millennial diharuskan bisa bekerjasama atau berkolaborasi dengan orang lain agar mencapai kesuksesan.

Menurut Indah kemampuan bekerjasama adalah suatu kemampuan mau bekerja dengan orang lain atau kelompok, usaha bersama antar individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.130

m. Menguasai Internet of Things pada dunia pendidikan (IoT)

Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan perangkat komputasi untuk menyiapkan berbagai model, strategi, dan metode dalam pembelajaran, memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi dalam proses pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Memanfaatkan internet untuk membuat media dan melaksanakan pembelajaran secara online (virtual) dan jarak jauh.

Dengan adanya IoT dapat membantu komunikasi antara guru dan

128 Risda Putri indriani, Diana Vivanti Sigit, dan Mieke Miarsyah, Meta-analisis: Pengaruh Media E-Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif, Jayapangus Press, Cetta:

Jurnal Ilmu Pendidikan, volume 6 nomor 1 (2023), ISSN: 2651-0891 (media Online), https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/cetta/article/view/1862/996, diakses pada hari Senin, 21 agustus 2022

129Ernawati, M. D. W., Muhammad D., Asrial, A., & Muhaimin, M. (2019). Identifying creative thinking skills in subject matter. International Journal of Evaluation and research in Education (IJERE), 8 (4), 581-589, diakses pada hari Senin, 20 Agustus 2022

130 Indah Rinukti Prabandari dan Fidesrinur, Meningkatkan Kemampuan Bekerjasama Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode Bermain Kooperatif. Jurnal AUDHI, Vol. 1 No. 2, Januari 2019, Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Psikologi dan Pendidikan, Universitas Al-Azhar Indonesia, https://jurnal.uai.ac.id/index.php/AUDHI/article /download/572/

439#:~:text=Kemampuan%20mau%20bekerjasama%20artinya%20dapat,suatu%20tugas%20deng an%20orang%20lain, diakses pada hari Senin, 21 Agustus 2022