• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

118

realitas, dan bagaimana cara peneliti mengetahui realitas.179

Paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan peneliti berisi cara pandang (world views) peneliti melihat realita, bagaimana mempelajari fenomena, cara-cara yang digunakan dalam penelitian dan cara-cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. Dalam konteks desain penelitian, pemilihan paradigm penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan mendasari dan memberi pedoman seluruh proses penelitian. Paradigma penelitian menentukan masalah apa yang dituju dan tipe penjelasan apa yang dapat diterima.180

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud paradigma adalah seperangkat keyakinan dasar sebagai sistem filosofis utama, induk atau payung yang merupakan konstruksi manusia (bukan konstruksi agama) yang memandu manusia dalam penelitian ilmiah untuk sampai pada kebenaran realitas atau sesuai kenyataan dalam disiplin ilmu tertentu.

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme yang memiliki pandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta kondisi sesungguhnya tentang kompetensi profesional guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Kabupaten Banyumas, tetapi juga merupakan hasil konstruksi rasio subjek yang diteliti. Artinya bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan pemahaman tentang kompetensi professional guru madrasah ibtidaiyah di era society, membantu mengerti dan menginterpretasi apa yang ada di balik peristiwa, latar belakang pemikiran manusia yang terlibat di dalamnya, serta bagaimana manusia meletakkan makna pada peristiwa yang terjadi.

Paradigma konstruktivisme adalah kerangka pemikiran dalam penelitian

179 Eko Murdiyanto, Metode Penelitian Kualitatif (eori dan Aplikasi disertasi Contoh Proposal), (Yogyakarta: LP2M UNIV. Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta Press, 2020), 12

180 Juliana Batubara, Paradigma Penelitian Kualitatif dan Filsafat Ilmu Pengetahuan dalam Konseling, Jurnal Fokus Konseling , Volume 3, No. 2 (2017), 95-107, ISSN Cetak : 2356-2102, ISSN Online : 2356-2099, DOI: https://doi.org/ 10.26638/jfk.387.2099, https://ejournal.umpri.ac.

id/ index.php/fokus/article/view/387/210, diakses pada hari Kamis, 25 Agustus 2022

yang menekankan bahwa pengetahuan dan pemahaman individu dibangun secara aktif melalui interaksi mereka dengan lingkungan dan pengalaman mereka sendiri. Dalam penelitian kompetensi profesional guru pada era society di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kabupaten Banyumas, paradigma konstruktivisme dapat digunakan sebagai landasan untuk memahami bagaimana guru-guru membangun kompetensi mereka dan beradaptasi dengan perubahan masyarakat dan teknologi. Dengan menggunakan paradigma konstruktivisme, penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana guru-guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kabupaten Banyumas membangun kompetensi profesional mereka dalam menghadapi era society yang penuh tantangan dan perubahan.

Jadi, dalam penelitian kompetensi profesional guru pada era society di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kabupaten Banyumas, paradigma konstruktivisme dapat menjadi kerangka kerja yang kuat untuk memahami bagaimana guru-guru dapat secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilan mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi, serta mengadaptasi pembelajaran mereka sepanjang karir mereka dalam konteks masyarakat yang semakin berubah.

Penerapan paradigma konstruktivisme dalam penelitian kompetensi profesional guru pada era society di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kabupaten Banyumas juga akan membantu guru-guru untuk menjadi agen pembelajaran aktif, merenungkan praktik mereka, dan terus mengembangkan diri mereka sendiri dalam menghadapi perubahan yang cepat dalam dunia pendidikan dan masyarakat. Dengan demikian, mereka dapat menjadi lebih efektif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan di era society.

Beberapa poin penting tentang penggunaan paradigma konstruktivisme dalam penelitian ini, yaitu:

1. Konstruksi Pengetahuan Guru

Penelitian ini akan fokus pada bagaimana guru-guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kabupaten Banyumas secara aktif membangun

pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menghadapi tantangan dan perubahan yang terjadi dalam era society. Guru-guru akan dianggap sebagai konstruktor pengetahuan mereka sendiri, yang aktif menciptakan makna dan pemahaman mereka tentang kompetensi profesional.

2. Pembelajaran Berpusat pada Siswa

Paradigma konstruktivisme juga menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa membangun pengetahuan mereka sendiri. Dalam penelitian ini, penting untuk melihat bagaimana guru-guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kabupaten Banyumas mengadopsi pendekatan ini untuk meningkatkan kompetensi profesional mereka.

3. Konteks Sosial dan Teknologi

Era society adalah konsep yang menekankan integrasi teknologi dalam masyarakat. Dalam paradigma konstruktivisme, penting untuk memahami bagaimana guru-guru membangun pemahaman mereka tentang penggunaan teknologi dalam pengajaran mereka, serta bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat yang semakin terhubung melalui teknologi.

4. Refleksi dan Kolaborasi

Paradigma konstruktivisme juga menekankan pentingnya refleksi diri dan kolaborasi dalam pembelajaran. Dalam konteks penelitian ini, penting untuk melihat bagaimana guru-guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kabupaten Banyumas merenungkan pengalaman mereka dan bekerja sama dengan sesama guru untuk membangun kompetensi profesional mereka.

5. Penelitian Kualitatif

Pendekatan kualitatif mungkin lebih sesuai untuk menggali lebih dalam konstruksi pengetahuan guru-guru dalam konteks ini. Metode seperti wawancara mendalam, observasi, dan analisis konten dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang mendalam tentang bagaimana guru-guru

memahami dan mengembangkan kompetensi mereka.

Penelitian kualitatif ini melihat realitas suatu obyek atau empiris yaitu kompetensi professional guru Madrasah Ibtidaiyah di era society sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh, sebab setiap aspek dari obyek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Selain itu juga memahami perbedaan nyata antara revolusi industri 4.0 dan era society.

Menurut Deguchi et al, era revolusi industry 4.0 berbeda dengan society 5.0. Secara umum perbedaan keduanya dapat dijelaskan pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3.

Perbedaan Era Industry 4.0 dan Era society

NO PERSPEKTIF ERA INDUSTRY 4.0 ERA SOCIETY

1. Asal Jerman Jepang

2. Design Kebijakan pemerintah High Tech 2020

Kebijakan pemerintah Science and Technology

3. Ruang lingkup 1. Smart Factory 2. Fokus pada

pabrik/manufaktur

1. Super Smart Society 2. Masyarakat yang saling

terhubung

4. Titik fokus Internet of Think (IoT) 1. Big data, robot, kecerdasan buatan (Artificial

Intellegence)

2. Ekonomi sejalan dengan masyarakat

3. Memudahkan manusia

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Mayumi Fukuyama dengan menyebutkan bahwa konsep society 5.0 pada dasarnya adalah memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan.181 Dengan berbagai dukungan teknologi,

181 Mayumi Fukuyama, Society 5.0:Aiming for a New Human-Centered Society Japan SPOTLIGHT, 2 (August), 47-50, https://www.jef.or.jp/journal/pdf/220th_Special_Article_02.pdf, diakses pada hari Senin, 2 Januari 2023

manusia akan semakin dimanjakan dalam menjalani berbagai aktivitas.

Perbedaan tersebut merupakan bukti bahwa penelitian kualitatif ini benar-benar melihat realitas suatu objek atau empiris. Penerapannya dalam penelitian ini adalah bahwa melalui penelitian kualitatif ini peneliti bermaksud untuk mencari tahu bagaimana kompetensi profesional guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kabupaten Banyumas. Apalagi berkaitan dengan era society di mana kompetensi profesional guru benar-benar diharuskan sesuai dengan yang diharapkan. Artinya bahwa kompetensi profesional guru harus dapat mencetak dan membekali peserta didik segala keterampilan atau skill dalam menghadapi era society.

Penelitian kualitatif ini juga diharapkan mampu mengungkapkan fenomena-fenomena pada kompetensi professional guru era society di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kabupaten Banyumas secara mendalam. Baik itu fenomena baik atau buruk, lebih atau kurang. Jika fenomena yang ditemukan merupakan fenomena yang kurang baik, itu artinya perlu adanya perbaikan atau peningkatan. Sebaliknya jika fenomena yang ditemukan merupakan fenomena yang baik, artinya kebaikan ini bisa menjadi contoh dan menginspirasi madrasah lain agar ikut menjadi baik.