PCT adalah prekursor hormon kalsitonin yang dalam keadaan inflamasi
Viral or Bacterial Infection: Does Need Laboratory Test?
atau inflamasi, kadar PCT yang bersirkulasi dapat meningkat hingga berkali- kali lipat. Infeksi mikroba dapat meningkatkan pelepasan PCT dari seluruh jaringan parenkim dari berbagai sel-sel tubuh. PCT yang dilepaskan dari sel- sel parenkim (termasuk hepar, paru, ginjal, adiposit, dan otot rangka) lebih banyak dibandingkan dengan yang dilepaskan oleh sel-sel yang bersirkulasi (misalnya leukosit). Hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi pertahanan tubuh yang dimediasi oleh PCT bersifat tissue based. Oleh karena itu PCT dapat digunakan sebagai biomarker diagnosis infeksi bakteri pada pasien dengan febrile neutropenia.Penelitian yang dilakukan oleh Qu et al7 menyatakan bahwa PCT memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar 64,5% dan 84% dalam mendeteksi infeksi bakteri pada pasien demam. Pada penelitian tersebut juga dinyatakan bahwa PCT lebih baik dibandingkan CRP (P<0,05), IL-6 (P<0,001), dan serum amyloid A (SAA) (P<0,01) dalam mendeteksi dini infeksi bakteri.
Pelepasan PCT dalam keadaan inflamasi terjadi karena adanya induksi langsung dari toksin mikroba (misalnya endotoksin) atau induksi tidak langsung melalui respons imun humoral atau selular (misalnya IL-1β, tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), dan IL-6). Kadar PCT hampir tidak pernah meningkat pada infeksi virus, hal ini diduga karena pada infeksi virus terjadi sintesis interferon alfa oleh makrofag yang kemudian menginhibisi sintesis TNF. Oleh karena itu, PCT dapat pula digunakan untuk membedakan infeksi bakteri dengan infeksi virus.1 PCT memiliki rentang biologis yang lebar, waktu induksi yang singkat (2 – 4 jam), dan waktu paruh yang panjang (22 – 26 jam) sehingga baik digunakan sebagai biomarker infeksi bakteri dan dasar pemberian terapi antimikroba yang rasional. Sebuah meta analisis5 (30 penelitian, 3.244 pasien) yang dilakukan pada tahun 2013 untuk menganalisis akurasi dan nilai klinis dari PCT dalam penegakkan diagnosis sepsis pada pasien-pasien kritis menghasilkan rerata sensitivitas sebesar 0,77 [95% confidence intervals (CI) 0,72-0,81], spesifisitas sebesar 0,79 (95% CI 0,74-0,84), dan area under the curve (AUC) sebesar 0,85 (95% CI 0,81-0,88), mengonfirmasi peran PCT sebagai biomarker yang berguna dalam penegakkan diagnosis infeksi bakteri.8
Secara keseluruhan, PCT bermanfaat sebagai biomarker infeksi bakteri pada pasien dengan demam. Dalam mempergunakan PCT sebagai biomarker infeksi bakteri, hasil positif dan negatif palsu harus diperhitungkan. Peningkatan kadar PCT yang bersifat positif palsu (tanpa infeksi bakteri) dapat terjadi pada acute respiratory distress syndrome (ARDS), malaria falsiparum berat, trauma, dan pneumonitis kimiawi.1 Kadar PCT yang rendah dapat digunakan untuk menyingkirkan infeksi bakteri, akan tetapi kadar PCT yang rendah dapat pula terjadi pada awal perjalanan infeksi bakteri, endokarditis bakterialis subakut dengan bakteremia, dan pada infeksi bakteri yang bersifat lokal. Oleh karena itu jika kondisi klinis pasien sesuai dengan sepsis bakterialis, pasien harus ditatalaksana sesuai dengan diagnosis sepsis meskipun kadar PCT tidak
Prosiding Simposium LxxiV A to Z about infections pediatric antibiotic stewardship
meningkat. Pemeriksaan PCT dapat dilakukan secara serial dalam 48 jam untuk mengonfirmasi diagnosis infeksi bakteri sehingga pemberian antimikroba dapat dihentikan segera apabila kadar PCT tetap rendah.
PCT adalah prohormon dari kalsitonin yang meningkat dengan cepat apabila terpapar endotoksin bakteri, dimulai dalam 2-4 jam pertama dan lebih cepat dari level CRP.PCT level tetap rendah pada infeksi virus dan penyakit infeksi sistemik, seperti Lupus eritematosus sistemik dan penyakit Crohn, PCT level juga meningkat pada beberapa penyakit non bakteri yang melibatkan kerusakan jaringan masif, melibatkan jaringan major (seperti, bedah major, luka bakar, syok kardiogenik, rejeksi transplantasi akut). Beberapa penelitian di Unit Perawatan Intensif menunjukkan hubungan peningkatan PCT dengan infeksi berat, dan PCT berkaitan baik dengan respon pengobatan. Apabila antibiotik berhasil, maka PCT akan menurun dan peningkatan PCT persisten berhubungan dengan buruknya prognosis.
Beberapa penelitian melaporkan nilai optimal uji berbasis kurva ROC untuk menetapkan batasan terbaik sensitivitas dan spesifisitas. Salah satu peneliti mengajukan ambang optimal ambang untuk PCT yang berkisar diantara 0.6-2, serta menunjukkan nilai duga negatif sebesar 90-99% dan nilai duga positif sebesar 52-91% dalam membedakan antara infeksi bakteri serius /invasif dengan infeksi noninvasif/ ringan.
Tabel 5. Evaluasi level PCT sebagai uji tapis FWS2
Studi Goal uji tapis Ambang NPV, % PPV, %
Lopez, 2003 Infeksi bakteri serius* 0.6 90 91
Lacour, 2001 Infeksi bakteri serius† 1 97 55
Gendrel, 1999 Infeksi bakteri invasif‡ 2 99 52
* Kulture-positif bakteremia/meningitis/sepsis/
osteoitis/artritis; DMSA-positif pielonefritis; lobaris pneumonia; bakterial enteritis pada bayi usia < 3bulan
† kultur-positif bakteremia/meningitis/osteomielitis;
DMSA-positif pielonefritis; lobaris pneumonia
‡ kultur-positif bakteremia/sepsis/meningitis
Pada penelitian ini PCT berpenampilan terbaik dibandingkan hitung leukosit dan CRP sebagai uji penapis infeksi bakteri invasif, dalam hal nilai prediksi negatif dan nilai prediksi positif. Seperti diuraikan diatas, hitung neutrofil dan CRP mempunyai masalah dalam penyakit yang durasinya singkat.
Dalam beberapa studi dilaporkan uji PCT pada penyakit yang berjalan kurang dari 12 jam dan ternyata ambang yang diperoleh tetap sama dengan penyakit yang lebih lama.
Informasi ini sesuai dengan tingginya kecepatan PCT setelah stimulus, dan memperlihatkan PCT bermanfaat sebagi uji tapis pada penyakit yang
Viral or Bacterial Infection: Does Need Laboratory Test?
Tabel 6. Efek lamanya sakit – dan level PCT level sebagai uji tapis pada FWS 2
Lama sakit Goal tapis Ambang NPV, % PPV, %
(< 12 jam dan >12 jam) infeksi bakteri invasif* 0.6 90 91
< 12 jam Infeksi bakteri invasif* 0.7 90 97
*kultur-positif bakteremia/meningitis/bakteri sepsis/
bone/artritis; DMSA-positif pielonefritis; lobaris pneumonia; bakterial enteritis pada bayi kurang dari 3 bulan
Bakteremia dapat melanjut menjadi fokus infeksi bakteri, terutama meningitis. Salah satu studi menunjukkan bahwa PCT merupakan uji tapis yang baik sebagai uji tapis meningitis bakteri. Ambang nilai PCT 2, mempunyai nilai prediksi negatif 100% dan 100 % nilai prediksi positif dalam membedakan meningitis bakterial dan virus.Untuk itu PCT dapat digunakan sebagai uji tapis bakteriemia dan sekuele seperti meningitis pada anak balita. 11
Sebagai kesimpulan, nilai PCT tampak lebih sensitif dan spesifik bagi infeksi bakteri dibandingkan dengan nilai laboratorium lain sebagai uji tapis, dan bermanfaat pada penyakit bermasa singkat. Faktor kelebihan lain, diantaranya adalah: jumlah serum yang dibutuhkan hanya sedikit, dan adanya alat uji bedside yang menunjukkan kemampuan setara seperti di laboratorium biasa.
Kelemahannya adalah masalah biaya, juga dapat ditemukan peningkatan pada penyakit non bateri, serta ketersediaaannnya.
Penelitian mengenai PCT biasanya dilakukan pada kasus di instalasi gawat darurat, namun saat ini pemeriksaan PCT juga menjanjikan sebagai uji tapis pada bayi dan balita demam, sehingga masih diperlukan penelitian selanjutnya untuk penerapan langsung pada anak dengan FWS yang berisiko untuk occult bacteremia, di unit gawat darurat atau di klinik pediatri.
Dalam 15 tahun terakhir ini, PCT muncul sebagai komponen diagnostik yang bermanfaat dalam memilih antibiotik dalam pengobatan demam pada infeksi saluran nafas bawah dan infeksi lainnya, seperti sepsis, meningitis dan infeksi saluran kemih.9,10,11
Pedoman dan keamanan PCT di dewasa sudah terbukti, namun penggunaan ambang di anak dan remaja masih perlu di konfirmasi. Integrasi dengan uji lain selanjunya dapat membantu panduan pengobatan antibiotik.