PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Bagaimana koordinasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan program bantuan pangan nontunai (BPNT) di Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Apa saja faktor pendukung dan penghambat koordinasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Barru Kabupaten Barru.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Koordinasi
Pemerintah Daerah
Setiap provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah adalah unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang terdiri atas gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah. Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov) yang terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah yang meliputi sekretaris daerah, kantor daerah.
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Pemerintah Kabupaten/Kota) terdiri atas bupati/walikota dan perangkat daerah yang meliputi sekretaris daerah, kantor daerah, badan teknis daerah, kecamatan, dan desa.
Program Bantuan Pangan Non Tunai
Salah satu program yang ditetapkan pemerintah untuk mengurangi beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok adalah Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Non Moneter. meningkatkan efisiensi dan ketepatan sasaran penyaluran bantuan sosial serta mendorong inklusi keuangan. Kelompok Koordinasi Bantuan Sosial Pangan Daerah Kota/Daerah merupakan pelaksana Program Bantuan Sosial Pangan di kabupaten/kota yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Mengkoordinasikan perencanaan, penganggaran pemutakhiran data KPM, pendampingan pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, penanganan pengaduan dan pelaporan hasilnya kepada Tim Koordinasi Pusat Bantuan Pangan Sosial.
Menangani validasi dan pemutakhiran data KPM serta koordinasi dengan pihak bank dan Tim Koordinasi Pangan dan Sosial Pusat. Tim Koordinasi Bantuan Sosial Pangan Kabupaten/Kota dibantu oleh Koordinator PKH Kabupaten/Kota dan Koordinator Tenaga Kesejahteraan (TKS) dalam membantu program BPNT. Camat bertanggung jawab atas pelaksanaan program bantuan sosial pangan di wilayahnya dan membentuk tim koordinasi kabupaten untuk bantuan sosial pangan.
Tim Koordinasi Bantuan Pangan Kabupaten melaksanakan Program Bantuan Pangan di kecamatan-kecamatan di bawahnya. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan penyebaran pengaduan, memantau dan mengevaluasi program BPNT di tingkat kabupaten dan melaporkan kepada Tim Koordinasi Bantuan Sosial Pangan Kabupaten/Kota. Tikor Bantuan Sosial Pangan di Kabupaten terdiri atas penanggung jawab (Camat), ketua, sekretaris dan beberapa bidang, antara lain: perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, pemantauan dan evaluasi, serta pengaduan, yang ditetapkan dengan keputusan dari Bupati.
Keanggotaan Tim Koordinasi Bantuan Sosial Kabupaten terdiri dari unsur instansi terkait di tingkat kecamatan antara lain; Sekretariat Daerah, Dinas Kesejahteraan Sosial dan kepala dinas PMD atau kepala dinas terkait serta Koordinator Statistik Daerah (DSC). Berkoordinasi dengan Tim Bantuan Sosial Pangan Kota dan Kabupaten serta perangkat kota mengenai pelaksanaan program BPNT, melengkapi data KPM untuk pembukaan rekening, menjadwalkan pembagian kartu Combo, melakukan sosialisasi dan edukasi kepada KPM tentang penggunaan kartu Combo dan transaksi non tunai, menemani KPM selama proses Pendaftaran, aktivasi akun dan pembayaran.
Kerangka Pikir
Fokus Penelitian
Yang mendukung atau mendorong koordinasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan program bantuan pangan nontunai di Kecamatan Barru Kabupaten Barru karena dukungan dana yang terus mengalir pada saat pencairan sehingga dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan program tersebut. program BPNT. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dimana peneliti berupaya mengungkap fakta atau realita mengenai koordinasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan program bantuan pangan nontunai di Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait koordinasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan program bantuan pangan non tunai di Kecamatan Barru Kabupaten Barru.
Selain itu, untuk meningkatkan efektivitas sasaran bansos, Kecamatan Barru juga menjadi satu-satunya wilayah pelaksanaan program BPNT di Kabupaten Barru. Koordinasi Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Sehubungan dengan wawancara penelitian diatas, peneliti juga melakukan wawancara kepada masyarakat mengenai komunikasi yang dilakukan oleh Organisasi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan program BPNT sebagai berikut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan TKSK Kabupaten Barru dapat disimpulkan bahwa terdapat pedoman yang dapat dijadikan pedoman dan sebagai penindakan jika terdapat kendala dalam pelaksanaan program BPNT. Dari acuan teori dan hasil penelitian penulis di lapangan dapat disimpulkan bahwa Dinas Sosial Kabupaten Barru telah melakukan komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan kecamatan dan kelurahan dalam pelaksanaan program BPNT. Berdasarkan hasil wawancara di atas, terlihat ada beberapa faktor yang menjadi hambatan atau hambatan dalam pelaksanaan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kabupaten Barru.
Aksi Kesatuan Pemerintah yaitu Dinas Sosial, Kecamatan dan Kelurahan dalam Implementasi Program Bantuan Pangan Tanpa Uang telah terlaksana dengan baik. Kelurahan dan kelurahan dalam pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai sudah mengalami kemajuan dan masih banyak kendala yang perlu diperbaiki dan masyarakat juga sudah memberikan respon yang sangat baik terhadap kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah.
Deskrpsi Fokus Penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis dan Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian untuk mendapatkan jawaban mendalam terhadap suatu permasalahan dalam konteks waktu dan situasi yang sedang dipertimbangkan, yang dilakukan secara jujur dan wajar sesuai dengan kondisi objek penelitian.
Sumber Data
Informan Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Observasi adalah suatu teknik atau cara pengamatan langsung yang dilakukan peneliti terhadap objek penelitian yang terjadi di tempat penelitian. Wawancara merupakan suatu proses percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan kepada informan yang diwawancarai. Dalam penelitian ini, dokumen-dokumen yang diperoleh pada dasarnya adalah dokumen-dokumen untuk memperkuat penelitian kualitatif tersebut agar lebih reliabel, khususnya dokumen-dokumen seperti foto-foto kegiatan pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai.
Teknik Analisis Data
Membatasi data dengan cara merangkum, memilih poin-poin penting dan menyusunnya secara lebih sistematis, sehingga memberikan gambaran hasil pengamatan yang lebih jelas dan memudahkan peneliti mengambil data yang diperoleh bila diperlukan. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dengan lebih mudah dengan memperoleh data dari sumber data lain, misalnya dari pihak kedua, pihak ketiga, dan seterusnya, dengan menggunakan metode yang berbeda-beda, misalnya melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan triangulasi hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui observasi, wawancara, dokumentasi.
Dengan segitiga ini tidak hanya menilai kebenaran data, tetapi juga dapat menyelidiki keabsahan penafsiran data oleh penulis, maka data yang ada akan memberikan sifat reflektif dan akhirnya dengan segitiga ini akan ditawarkan kemungkinan yang pertama. Kurangnya informasi dapat menambah kelengkapan dari data sebelumnya. Kesimpulan awal yang disampaikan masih bersifat sementara dan akan berubah kecuali ditemukan bukti kuat yang mendukung pengumpulan data tahap selanjutnya. Namun apabila kesimpulan tersebut memang didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan yang dapat dipercaya.
Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan di awal, namun mungkin juga tidak. Sebab permasalahan dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Tahapan-tahapan dalam analisis data di atas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan, sehingga saling berhubungan antara satu tahap dengan tahap lainnya.
Teknik Keabsahan Data
Dari hasil wawancara dengan informan Ridwan Nurdin, S.Sos selaku ketua bidang bantuan dan perlindungan sosial sebagai berikut. Hasil wawancara dengan Dinas Sosial dalam hal ini kepala bidang bantuan dan perlindungan sosial juga dilakukan oleh salah satu informan pemerintah kabupaten Barru yaitu Bupati Barru Hj.A.Hilmanida, S. STP, M.Si tentang kesatuan tindakan antara Dinas Sosial, Kabupaten, Kota/Kelurahan. Kegiatan pelaksanaan program bansos pangan nontunai memang harusnya memerlukan tindakan terpadu antara dinas sosial, desa/kelurahan, sehingga peran masing-masing pihak terlihat jelas dari informan sekretaris desa Anabanua.
Hasil wawancara dengan pemerintah desa Anabanua diklarifikasi oleh informan TKSK selaku Asisten BPNT di kabupaten Barru. Dan penyerahan pertama memang berupa surat, namun pihak BNI menyurati Kabupaten TIKOR dalam hal ini Dinas Sosial, Dinsos menyerahkan kepada teman-teman TKSK, kemudian kepada agen (Hasil wawancara dengan M.N.A. Pada tanggal 26 Maret 2021). Berdasarkan hasil wawancara diatas kita mengetahui bahwa Dinas Sosial Kabupaten Barru telah melakukan komunikasi secara langsung dan tidak langsung dengan Kecamatan dan Kelurahan.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut kita mengetahui bahwa organisasi pemerintah khususnya kecamatan dari segi komunikasi biasanya mengadakan seminar sosialisasi atau rapat kerja dengan organisasi pemerintah lainnya dalam pelaksanaan program BPNT. Sejak wawancara penelitian di atas, peneliti juga mewawancarai Samsuardi Mangenre selaku Sekretaris Desa Anabanua mengenai komunikasi yang dilakukan melalui koordinasi dengan Organisasi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan program BPNT. Dari hasil wawancara di atas kita dapat melihat bahwa sudah dapat dikatakan bahwa komunikasi organisasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan program bantuan pangan nontunai bekerja sama dengan masyarakat dengan cara berkomunikasi secara langsung dan juga melalui media massa yang bekerjasama dengan pemerintah. RT/RW setempat untuk menyampaikan pesan dari pemerintah kepada masyarakat.
Nantinya, hasil monev akan dianalisis dan dilaporkan ke tim koordinasi sosial pangan pusat.” (Hasil wawancara dengan R.N tanggal 23 Maret 2021). Berdasarkan hasil wawancara pihak administrasi sosial di atas, terungkap bahwa telah ada upaya serius dari pihak administrasi sosial untuk terlibat secara nyata dan selalu mengambil peran penting dalam pelaksanaan program BPNT. tentang memonitor dan memantau serta melaporkan setiap saat. Jadi kita punya pedoman umum bantuan pangan nontunai (PEDUM BPNT) yang bisa dijadikan pedoman untuk bertindak jika muncul masalah.” (Hasil wawancara dengan .N.A pada 26 Maret 2021).
Untuk mengetahui faktor penghambatnya dilakukan wawancara dengan informan Muhammad Nur Abduh, S.E. Sebagai TKSK Kecamatan Barru, ia mengungkapkan ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program BPNT di Kecamatan Barru. -daerah. Berdasarkan hasil wawancara diatas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan dari hasil wawancara diatas bahwa salah satu faktor penghambat pelaksanaan program BPNT adalah adanya beberapa KPM yang mengalami saldo nihil sehingga tidak mempunyai sembako. tidak dapat mengumpulkan. TKSK akan merangkum dan melaporkan kepada Dinas Sosial. Disiplin dalam pelaksanaan program bantuan pangan nontunai berjalan baik dengan dukungan atau sikap pemerintah daerah yang ramah terhadap masyarakat dan turut serta memantau kemajuan proses penyaluran BPNT.