1
2
PENDAHULUANPembangunan yang terjadi dalam masyarakat,dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern dan diiringi pertambahan penduduk serta tuntutan ekonomi yang semakin kompleks mengakibatkan perubahan peran dalam masyarakat. Perempuan tidak hanya menggeluti sektor domestik tetapi telah memasuki sektor publik.Hal ini mengakibatkan pergeseran ibu rumah tangga menjadi perempuan yang ikut membantu ekonomi keluarga.
Perempuan memiliki peran yang sangat penting sebagai pencari nafkah baik di dalam maupun di luar pertanian. Perempuan tidak hanya terlibat dalam kegiatan produktif, tetapi juga kegiatan non produktif yang menghasilkan pendapatan. Selanjutnya pada rumah tangga miskin, peranan perempuan dalam mencari nafkah (produksi) itu lebih nyata dibandingkan pada rumah tangga pada lapisan menengah dan atas.1 Perempuan dalam kehidupan sehari- hari berada dalam satu konteks beban ganda untuk memberikan pengasuhan yang tidak dibayar dalam pelayanan- pelayanan pekerjaan rumah tangga, serta kelangsungan beban hidup perekonomian melalui kerja upahan, memberikan norma pada perempuan.2
Peran tersebut seperti dijalankan perempuan pendulang emas yang menghasilkan uang demi memenuhi kebutuhan keluarga. Pendulangan emas dilakukan di sepanjang aliran sungai dan pada tempat- tempat yang memiliki potensi emas dengan cara melakukan penyaringan pasir yang terdapat disepanjang aliran sungai, menggunakan Dulang yang dibuat khusus dari kayu atau yang biasa dikenal dengan Jae.3 Bekerja sebagai pendulang emas tidak
1 TO Ihromi, Kajian Wanita dalam Pembangunan. (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 1991) ,hlm. 152
2 J.C Ollenburge dkk. Sosiologi Wanita.
(Jakarta PT. Asdi Mahasatya Rineka Cipta.
2002), hlm. 266
3 Dulang atau Jae merupakan suatu benda
yang dibuat khusus dari kayu yang digunakan oleh masyarakat untuk mencari atau menemukan butiran emas dari pasir atau tanah.
memerlukan keahlian khusus, yang penting selama mendulang emas giat bekerja dan fokus.
Pekerjaan sebagai pendulang emas pada awalya hanya dilakukan sebagai pekerjaan sampingan tetapi karena hasil yang didapatkan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya (bahkan cenderung melebihi pendapatan suaminya). Dengan bekerja sebagai pendulang emas perempuan dapat menutupi kebutuhan keluarganya atau dengan kata lain perempuan yang berperan sebagai seorang istri bisa menambah perekonomian keluarga (suaminya). Bahkan tidak sedikit perempuan yang bekerja sebagai pendulang emas bisa menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi dan bisa memperbaiki rumahnya (dari rumah biasa menjadi rumah yang layak untuk di huni).
Lama-kelamaan pekerjaan sebagai pendulang emas menjadi pekerjaan tetap bahkan perempuan yang bekerja sebagai pendulang emas menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya lebih cendrung duduk di kedai (warung) ketimbang bekerja.
Hal ini terjadi karena suaminya beranggapan bahwa hasil yang didapatkan oleh istrinya sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Perempuan yang berperan sebagai seorang ibu dan sebagai seorang istri, mereka tidak begitu saja terlepas dari tugas- tugas rumah tangga yang mereka lakukan seperti memasak, mencuci dan sebagainya.
Mereka mengerjakan dua jenis pekerjaan yang berbeda dalam satu hari. Tetapi walaupun demikian mereka tidak gentar untuk tidak bekerja.
Bekerja sebagai pendulang emas tidak bisa ditentukan hasil yang di dapatkan dalam perharinya, kecendrungan hasil yang didapatkan oleh perempuan pendulang emas tergantung kepada kecepatan, kesigapan dalam bekerja, serta hasil yang didapatkan tersebut juga tergantung kepada potensi emas yang dikeluarkan pada tempat ia (para pendulang emas) mendulang emas. Semakin tinggi emas yang didapatkan oleh penambang emas maka semakin besar pula kesempatan perempuan pendulang emas untuk mendapatkan emas dari hasil galian atau dulangannya.
3
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :1. Apa saja faktor pendorong perempuan bekerja sebagai pendulang emas ?
2. Bagaimanakah aktivitas perempuan bekerja sebagai pendulang emas?
3. Bagaimanakah pengaruh pekerjaan perempuan pendulang emas terhadap rumah tangga ?
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Mendeskripsikan faktor pendorong perempuan bekerja sebagai pendulang emas.
2. Mendeskripsikan aktivitas perempuan bekerja sebagai pendulang emas.
3. Mendeskripsikan pengaruh pekerjaan perempuan pendulang emas terhadap rumah tangga
Penulisan ini dimulai dari tahun 2008 karena pada tahun ini para perempuan yang pada awalnya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan petani kemudian bekerja sebagai pendulang emas sedangkan tahun 2014 merupakan batas akhir dari penelitian ini karena pada tahun ini telah bayak tenaga kerja perempuan yang bekerja sebagai pendulang emas. .
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Skripsi Hana Norma Yunita (2014) mengenai persepsi wanita pendulang emas terhadap pendidikan anak di nagari Mundam Sakti Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.4
Skripsi Agusrianto (2014) mengenai Kehidupan Sosial Ekonomi masyarakat penambang emas di Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan.
tahun 2007-2012.5
4 Hana Norma Yunita. Persepsi wanita pendulang emas terhadap pendidikan anak di nagari Mundam Sakti Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. Skrisi, Padang : STKIP PGRI Sumbar
5 Agusrianto. Kehidupan Sosial Ekonomi masyarakat penambang emas di Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok
Skripsi Engki Saputra (2015) mengenai Penambangan Emas di Kenagarian Lubuk Ulang Aling Selatan Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan Tahun 2002-2013.6
Skripsi Nofa Febriana (2013) mengenai Kehidupan Sosial Ekonomi Pekerja Perempuan Industri Ikan Kering di Kenagarian Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat tahun 1998-2010.7
Jurnal Ice Rosmitasari mengenai Relasi Sosial Pendulang Emas Tradisional dengan Agen Penampung (studi di Desa Lingkar Indah Kecamatan Sayan Kabupaten Melawi).8
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni s/d bulan Juli 2015 di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian Sejarah. Ada beberapa tahap dalam penulisan, yaitu Heuristik, Kritik sumber, interpretasi dan penulisan karya limiah atau Skripsi (Historiografi).9
Pertama, Heuristik merupakan tahap pengmpulan data untuk mendapatkan berbagai sumber yang mendukung penelitian ini. Data
Selatan tahun 2007-2012. Skrisi, Padang : STKIP PGRI Sumbar
6 Engki Saputra. Penambangan emas di Kenagarian Lubuk Ulang Aling Selatan Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan Tahun 2002-2013. Skrisi, Padang : STKIP PGRI Sumbar
7 Nofa Febriana. Kehidupan Sosial Ekonomi Pekerja Perempuan Industri Ikan Kering di Kenagarian Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat tahun 1998-2010. Skripsi, Padang : STKIP PGRI Sumbar
8 Ice Rosmita Sari. Relasi Sosial Pendulang
Emas Tradisional dengan Agen Penampung (studi di Desa Lingkar Indah Kecamatan Sayan Kabupaten Melawi). Jurnal, Pontianak : Universitas Tanjung Pura
9 Dudung Abdurrahman. Metodologi Sejarah.(Jogyakarta : Ar-Ruzz Media. 2001), hlm. 64
4
diperoleh dari dua sumber yaitu sumber primer dan sekunder.Kedua Kritik sumber yaitu data yang sudah dikumpulkan, kemudian diseleksi sehingga diketahui apakah data tersebut dapat digunakan atau tidak. Penelitian kritik sumber menempuh dua cara yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui apakah sumber tersebut dapat memberikan informasi yang dapat diperlukan, baik dari sumber lisan maupun tulisan.
Sedangkan kritik internal bertujuan untuk menguji dan menganalisa sumber-sumber yang berbeda antara sumber primer dan sumber sekunder.10
Langkah ketiga setelah dilakukan kritik adalah interpretasi data yang diperoleh dari lapangan Kemudian dianalisis dan di interpretasi dengan cara menghubungkan dan membandingkan fakta-fakta yang diteliti sehingga terdapat fakta yang siap disajikan.11
Langkah keempat, historiografi yaitu menulis dalam bentuk karya ilmiah. Setelah didapati data, fakta yang betul-betul akurat dan valid, barulah ditulis dalam bentuk skripsi mengenai Perempuan Pendulang Emas di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Pada Tahun 2008-2014. Dimana dalam penulisan skripsi ini akan tergambar faktor penyebab dari perempuan tersebut bekerja serta dampak pekerjaan tersebut terhadap keluarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Pendulangan Emas Penambangan emas atau pendulangan emas di Indonesia telah lama dikenal, walaupun tidak diketahui sejak kapan persisnya masyarakat Indonesia mulai menambang emas.
Dalam sejarah dahulunya daerah penghasil emas adalah pulau Sumatera yang dikenal dengan nama Swarnadwipa atau yang berarti
“pulau emas”. Pencarian emas pada saat itu dilakukan dengan cara tradisional, yaitu menjaring serpihan dan gumparan batu yang mengandung emas di air deras. Dalam proses
10 Mestika Zed. Metodologi Sejarah.(
Padang : FIS UNP.1999), hlm. 37-38
11 Ibid, hlm. 37-38
penambangan secara tradisional dikenal dengan istilah pendulangan.12
Aktivitas pendulangan emas mulai berkembang pada tahun 2008. Dimana para perempuan mulai tertarik untuk bekerja sebagai pendulang emas karena adanya dorongan atau cerita dari mulut kemulut bahwa hasil yang di dapatkan dari mendulang emas sangat menggiurkan. Apalagi bekerja sebagai pendulang emas tidak membutuhkan waktu yang lama, cukup 2 sampai 3 jam saja.13
Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat yang tinggal di 5 nagari di Kecamatn IV Nagari jika ditanya kapan mulainya aktivitas pendulangan, hampir semua masyarakat menjawab tidak mengetahui secara pasti kapan masyarakat disana mulai melakukan penambangan emas. Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan, mereka semenjak kecil sudah melihat orang tua mereka melakukan pencarian emas di sungai-sungai yang diketahui ada emasnya.14
Para ibu-ibu mereka awalnya melakukan pendulangan sebagai usaha sampingan setelah pulang dari sawah atau ladang. Di samping itu, berdasarkan keterangan dari beberapa informan, dulunya saat liburan sekolah atau sepulang sekolah mereka sering ikut orang tuanya untuk mencari emas disekitar batang Palangki dengan menggunakan alat seperti dulang terbuat dari kayu yang mereka namakan dengan “jae”.15
12 Liza Husnita, dkk. “Mencari Bentuk Survival Strategi Perempuan Penambang Emas (Studi Kasus pada Masyarakat Matrilineal Minangkabau di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung” Laporan Penelitian (Padang : STKIP PGRI Sumbar, 2015).
13Wawancara dengan Ibu Darnis dan Ibu Enis pada tanggal 28 dan 29 September 2015 di Koto Tuo dan Mundam Sakti Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
14Wawancara dengan beberapa pendulang emas pada tanggal 14 Juni 2015 di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
15 Jae adalah alat yang digunakan oleh pendulang untuk mendulang emas yang terbuat khusus dari kayu.
5
B. Faktor Pendorong Perempuan BekerjaSebagai Pendulang Emas 1. Faktor Ekonomi
Tingginya tingkat kebutuhan pada zaman sekarang, dimana segala kebutuhan semakin hari semakin mahal membuat perempuan harus ikut serta dalam sektor perekonomian (bekerja). Seseorang yang karena penghasilan orang tuanya atau suaminya tidak mencukupi terpaksa turut bekerja.16Untuk dapat membantu meringankan beban rumah tangga ini para perempuan bekerja, baik sebagai pegawai, pedagang, maupun sebagai pekerja. Mereka saling mengisi dalam melengkapi kebutuhan rumah tangganya.
Perempuan minangkabau tidak lagi menjadi Limpapeh Rumah Nan Gadang, bukan hanya pelanjut keturunan tetapi juga sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup dan keluarga.
2. Faktor Keterbatasan Pendidikan Perempuan lainnya bekerja sebagai pendulang emas sebab mereka tidak memperoleh pendidikan yang tinggi, berdasarkan hasil penelitian rata-rata perempuan yang bekerja sebagai pendulang emas pendidikannya sangat rendah.
Kebanyakan dari mereka hanya tamatan SD atau SMP. Pendidikan yang rendah mengharuskan mereka hanya bisa bekerja sebagai pekerja yang mendapatkan upah atau bekerja dengan usaha perorangan atau individu.
3. Faktor Rasa Tidak Puas
Masyarakat yang merasakan adanya ketidakpuasan yang telah berakar, menyebabkan timbulnya revolusi. Revolusi melahirkan perubahan dalam seluruh aspek kehidupan.17 Pada golongan masyarakat yang berkedudukan lebih rendah, seringkali terdapat perasaan tidak puas dengan apa yang telah
16 Ibnu Ahmad Dahri. Peran Ganda Wanita Modern, (Jakarta : Pustaka Al- Kautsar.1991), hlm 31
17 Jacobus Ranjabar. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro, (Bandung : Alfabeta.
2008), hlm. 102
dimilikinya.Sehingga mendorong seseorang untuk dapat mewujudkannya.
Adanya keinginan untuk memperoleh hak yang sama dengan orang lain membuat perempuan bekerja karena ia belum merasa cukup dengan apa yang sudah dimilikinya.
Pada umumnya perempuan bekerja untuk menutupi kebutuhan keluarga tetapi ada juga sebagian dari mereka yang bekerja karena ingin mengejar harta dunia.
4. Faktor Ikut- ikutan (pengaruh teman sebaya)
Aktivitas Pendulangan yang dilakukan oleh perempuan yang bekerja sebagai pendulang emas di Kecamatan IV Nagari pada tahun 2007 hanya sekitar 40 % .Tetapi dengan pendapatan yang diperoleh oleh perempuan dengan mendulang sangat menggiurkan (1 hari minimal mendapatkan satu meli/buncis). Maka berdasarkan cerita dari mulut kemulut perempuan yang pada awalnya hanya bekerja didalam rumah saja mengikuti jejak temannya untuk bekerja.
C. Aktivitas Perempuan Pendulang Emas 1. Mendulang Emas Sebagai Usaha
Sampingan
Pada tahun 2004 masyarakat di Kecamatan IV Nagari kebanyakan berprofesi atau bekerja di sawah dan ladang. Melihat kondisi geografis Kecamatan IV Nagari yang subur maka tidak heran kalau masyarakat di Kecamatan IV Nagari banyak yang bekerja di sawah dan ladang. Tetapi dalam kurun waktu yag hampir sama aktivitas pendulang Pada saat itu masyarakat di Kecamatan IV Nagari terutama kaum perempuan belum banyak yang bekerja sebagai pendulang emas. Perempuan di kecamatan IV nagari hanya bergantung kepada penghasilan suami.
Perempuan di Kecamatan IV Nagari masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat dimana kodrat seorang istri dan perempuan itu hanya mempunyai tugas dan kewajiban mengurus kepentingan dalam rumah tangga, yang tidak perlu bekerja secara profesional diluar tugas tersebut.18Untuk menambah
18 Gusti Kanjeng Ratu Hemas. Wanita Indonesia Suatu Konsepsi Dan Obsesi,
6
penghasilan para perempuan di Kecamatan IV Nagari mendulang emas sepulang bekerja dari sawah dan ladang pergi mendulang untuk.Karena mereka tidak bisa lagi mendapatkan penghasilan yang memadai dengan hanya mengandalkan penghasilan suami. Ditambah dengan keadaan perekonomian masa kini yang membuat mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu. Segala kebutuhan yang diperlukan baik itu keperluan pokok maupun kebutuhan lainnya sudah tergolong sangat mahal.
2. Mendulang Emas Sebagai Usaha Tetap
Aktivitas mendulang mulai digandrungi masyarakat di Kecamatan IV Nagari pada tahun 2008. Sebelumnya mendulang emas merupakan pekerjaan sampingan bagi para perempuan yang ada di Kecamatan IV Nagari, selain dari bekerja sebagai petani atau sebagai ibu rumah tangga serta membantu suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun keadaan ini mulai berubah, seperti kata orang “karena sudah terbiasa menjadi biasa”. Jadi karena masyarakat di Kecamatan IV Nagari terutama kaum perempuan sudah terbiasa dengan pekerjaan yang mereka lakukan, mereka jadi sangat sulit untuk meninggalkanya. Apalagi dengan bekerja tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan keluarga mereka.19
Perempuan pendulang emas pada awalnya ikut serta dalam membantu perekonomian keluarga. Umumnya perempuan pendulang emas suami mereka bekerja sebagai petani. Tapi seiring berjalannya waktu keikutsertaan perempuan dalam membantu suami menjadi seterusnya. Bahkan wanita pendulang emas menjadi tulang punggung keluarga. Ini terbukti dengan semakin banyaknya pendulang emas yang ada di setiap lokasi penambangan.
(Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. 1992), hlm.
6
19 Wawancara dengan Ritawati, Erdianis, Ises pada tanggal 27, 28 September dan 14 Mei 2015 di Nagari Muaro Bodi dan Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
3. Pola atau Sistem Pendulangan Emas
Pendulang emas adalah sistem pencarian emas di aliran sungai baik sebagai penampung maupun mendulang dengan cara mengais batu atau pasir yang mengandung emas dengan menggunakan dulang (jae, seperti yang telah dijelaskan di atas). Usaha pendulangan ini dilakukan di sepanjang aliran sungai dan juga dia areal persawahan.
Pendulangan emas dilakukan dengan cara menggunakan dulang yang khusus terbuat dari kayu. Dengan menggunakan dulang tersebutlah para perempuan pendulang emas mendulang emas (mangali).Untuk mendapatkan emas para pendulang harus berebutan untuk mendapatkan pasir atau tanah galian yang memiliki potensi emas dari tukang dulang atau tukang jae yang bekerja sebagai pekerja tidak tetap di daerah pertambangan. Proses pengambilan pasir atau tanah yang memiliki potensi emas tersebut dengan cara manampuong (menampung).
Kegiatan selanjutnya setelah pasir terkumpul adalah mengurai pasir tersebut dengan jae, pasir diayak dengan menggoyangkan dulang di permukaan sungai.
Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan emas dari pasir dan tanah, emas hasil pendulangan dimasukkan kedalam alat yang disebut
“lawak”.20 Lawak ini juga terdiri dari dua jenis yang pertama terbuat dari tanduk kerbau, lawak ini digunakan oleh kaum perempuan, dan yang satunya lagi terbuat dari bambu yang bisaanya digunakan oleh laki-laki.
Lawak diikatkan kepinggang pendulang sehingga mereka tidak kesulitan lagi untuk memisahkan emas karena bisa langsung dimasukkan ke dalam tempat yang sudah mereka sediakan. Harga emas bisaanya tidak tetap/stabil karena menyesuaikan dengan nilai kurs rupiah terhadap dolar, dengan perbandingan jika harga dolar naik maka harga emas akan mengikut. Masyarakat Sijunjung umumnya memiliki nama tersendiri dalam menghitung berat emas. Ukuran yang dikenal
20 Lawak adalah tempat penyimpanan emas yang sudah dipisahkan dari pasir atau tanah tang terbuat dari tanduk kerbau atau bambu.
7
adalah miang, garis, mas dan gram. Miang disini memiliki ukuran yang sama dengan garis atau Mg (miligaram), untuk 1 gram ukurannya sama dengan 10 Mg atau 10 garis sama juga dengan 10 miang. Untuk ukuran 1 mas sama dengan yang berlaku umum yaitu 2,5 gram atau 25 mg atau 25 miang dan garis.21Pendulang emas melalukan proses pemisahan tanah atau pasir dari emasnya dengan cara mengali, setelah para pendulang mendapatkan pasir atau tanah yang berisi emas.
Kemudian setelah dipisahkan kadar tanah dan pasir dari emasnya maka akan terlihat potensi emas yang di hasilkan. Emas yang di dapatkan dari hasil mendulang tersebut disebut dengan Ameh Urai (emas mentah).
Ameh urai yang didapatkan oleh para pendulag emas ini bisa langsung di jual ataupun tidak apabila sudah melalui proses pembersihan emas dari kalamnya (cirik ameh).
Tetapi pada umumnya para pendulang menjual emasnya pada waktu tertentu yaitu satu kali satu minggu. Dimana para pendulang emas biasanya menjual emasnya lebih cenderung pada hari kamis, karena pada hari tersebut baik masyarakat yang bekerja sebagai penambang ataupun pendulang berbondong- bondong menjual emasnya ketempat penjual ameh urai.
Proses penjualan emas kepada penjual ameh urai atau emas mentah disebut dengan Mangubau.22
D. Pengaruh atau Dampak Pekerjaan Perempuan Pendulang Emas Terhadap Rumah Tangga.
Bekerja sebagai pendulang emas tentu mempunyai pengaruh atau dampak terhadap keluarga baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ada beberapa hal dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perempuan yang bekerja sebagai pendulang emas terutama
21 Wawancara dengan Koko (tempat penjualan ameh urai) tanggal 26 Juni 2015 di Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
22 Diolah dari hasil wawancara dengan beberapa informan di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
terhadap keluarga. Dampak yang ditimbulkan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dampak Positif
a. Perekonomian atau Pendapatan Keluarga.
Tahun 2004 perempuan di Kecamatan IV Nagari pada umumnya berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan petani. Tentu sebagai ibu rumah tangga para perempuan di Kecamatan IV Nagari hanya mengharapkan penghasilan suami. Baik hasil yang didapatkan dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah yang cukup besar. Dengan mendulang dalam satu hari minimal bisa mendapatkan 1 Meli emas, jika dijual harganya berkisar antara 40.000 sampai 46.000 per Melinya. Dalam satu minggu perempuan pendulang emas bisa mendapatkan uang minimal 200.000. jadi dengan penghasilan yang didapatkan tersebut tentu sangat membantu perekonomian keluarga terutamakeluarga yang memiliki perekonomian rendah.23
Hasil dari bekerja sebagai pendulang digunakan untuk menutupi kebutuhan keluarga dan membantu membantu perkonomian suami.
Perekonomian dengan bekerja sebagai pendulang emas perempuan dapat menabungkan (menyisihkan) uang dari hasil mendulang emas untuk dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti kebutuhan pokok, juga bisa di gunakan untuk kebutuhan lainnya seperti kebutuhan primer, sekunder, maupun kebutuhan lux.24
b. Pendidikan Anak.
Perempuan di Kecamatan IV Nagari, selain dapat meningkatkan perekonomian keluarga juga berpengaruh terhadap pendidikan keluarga perempuan pendulang emas di Kecamatan IV Nagari tersebut, terutama terhadap pendidikan anaknya. Dengan penghasilan bekerja sebagai pendulang emas
23 Wawancara dengan Ibu Wit pada tanggal 29 September 2015 di Nagari Mundam Sakti Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
24 Wawancara dengan Uti, perempuan pendulang emas di Palangki pada tanggal 22 Juni 2015
8
para perempuan mampu memenuhi perlengkapan belajar anak mereka (tempat belajar, perlengkapan belajar, dan uang sekolah) serta menyekolahkan anak mereka sampai keperguruan tinggi.25c. Status Sosial Keluarga.
Meningkatnya perekonomian keluarga dan pendidikan anak dapat berpengaruh kepada status sosial keluarga. Dengan perekonomian (kekayaan) yang tinggi serta pendidikan yang bagus keluarga perempuan pendulang emas dapat digolongkan kedalam Stratifikasi Sosial, baik secara Vertikal maupun Horizontal.26 Strativikasi sosial dapat digolongkan kedalam tiga lapisan masyarakat, yaitu Upper, Middle, dan Lower.27
Pendapatan yang tinggi dan tingkat kemajuan pendidikan yang ada dalam diri masyarakat terutama keluarga dapat menaikkan dan menurunkan status sosial dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pendapatan (kekayaan) individu maka status sosialnya secara otomatis akan naik pula di dalam masyarakat. Karena dalam diferensisasi sosial tidak menunjukkan adanya perbedaan tinggi, rendah lapisan masyarakat.28karena yang ditekankan adalah adanya pelaisan sosial didasarkan pada kriteria, seperti ras, agama, jenis kelamin, klan, profesi,
25 Wawancara dengan Erdianis, pada tanggal 14 Mei 2015 di Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
26 Statifikasi Sosial adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
27 Upper adalah lapisan masyarakat atas, Middl adalah lapisan masyarakat menengah, sedangkan Lower adalah lapisan Masyarakat bawah.
28 Differensiasi Sosial merupakan klasifikasi atau penggolongan masyarakat berdasarkan perbedaan-perbedaan tertentu saja tanpa menimbulkan adanya tingkatan- tingkatan.
suku bangsa, pendidikan, umur, keturunan, dan adat istiadat.29
2. Dampak Negatif
Aktivitas mendulang emas selain berdampak positif terhadap keluarga juga memiliki dampak negatif, antara lain sebagai berikut :
a. Adanya Peralihan Fungsi Dalam Keluarga
Keluarga memiliki fungsi atau peran masing-masing, dimana suami difungsikan sebagai pencari nafkah atau pendapatan utama di dalam rumah tangga.30 Namun Hasil penelitian yang ditemukan di lapangan terjadinya peralihan fungsi dalam rumah tangga, Karena besarnya pendapatan istri dari pada suami, maka terjadi pergeseran dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga khususnya keputusan penting yang menyangkut kehidupan rumah tangga, dimana suami bukan lagi penguasa tunggal dalam pengambilan keputusan.
Sang istri (perempuan pendulang emas) menganggap dirinya lebih berkuasa dibandingkan laki-laki (suami perempuan pendulang emas), karena menurutnya, merekalah yang paling banyak berpartisifasi dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Hal tersebut terjadi karena pendapatan perempuan pendulang emas lebih besar dari pada suaminya. Oleh sebab itu tidak jarang terjadi perselisihan dalam rumah tangga karena adanya perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa Faktor yang mendorong perempuan di Kecamatan IV Nagari bekerja sebagai Pendulang Emas. Yakni faktor ekonomi terutama karena sumber keuangan yang bersumber dari penghasilan
29 Zaina Abidin, Dkk. 2002. Sosiophologi Sosiologi Islam Berbasis Hikmah. Bandung : Cv Pustaka Setia. Hlm 151
30 Gusti Kanjeng Ratu Hemas. Wanita Indonesia Suatu Konsepsi Dan Obsesi, (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. 1992), hlm.
130
9
suami tidaklah memadai. Penghasilan para suami dari para perempuan pendulang emas tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini terutama karena kebanyakan mereka bekerja sebagai petani, baik petani sawah maupun petani karet. Selain itu, hasil pertanian tidak menonjol di tambah lagi dengan harga karet yang rendah.Faktor lain yang dapat di ketengahkan adalah kebanyakan perempuan di Kecamatan IV Nagari bekerja karena adanya keterbatasan pedidikan yang mereka miliki. Pendidikan yang rendah mengharuskan mereka hanya bisa bekerja sebagai pekerja yang mendapatkan upah atau bekerja dengan usaha perorangan atau individu. Kemudian adanya rasa tidak puas dalam diri seseorang untuk mengumpulkan kekayaan sehingga mereka dapat membeli peralatan rumah tangga, seperti tv, kulkas, barang-barang elektronik lainnya, dan biaya pendidikan anaknya. Perempuan di Kecamatan IV Nagari bekerja juga karena adanya ajakan dari teman sebaya atau lingkungan tempat tinggalnya.
Perempuan di kecamatan IV Nagari melakukan Aktivitasnya sebagai pendulang karena sebagian dari mereka menganggap mendulang Emas adalah sebagai usaha sampingan dan ada juga diantara mereka yang bekerja mendulang emas sebagai usaha tetap.
Pekerjaan ini juga memberikan dampak yang cukup berarti terhadap hubungan dalam rumah tangga. Baik damapak positif maupun negatif, dampak positif diantaranya berpengaruh kepada pendapatan keluarga, pendidikan anak, serta status sosial keluarga. Bukan hanya itu saja dengan bekerja juga memberkan dampak negatif terhadap rumah tangga yaitu adanya peralihan fungsi dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA A. Arsip
Data Pemekeran Mutasi Penduduk Nagari Palangki pada Tahun 2008-2014
Data Pemekeran Mutasi Penduduk Nagari Muaro Bodi pada Tahun 2007-2014
Data Isian Monografi Nagari Koto Baru Mundam tahun 2014
Profil Nagari Palangki Tahun 2010 Profil Nagari Muaro Bodi Tahun 2014 Profil Nagari Koto Baru Mundam tahun 2014 Profil Nagari Mundam Sakti
Profil Nagari Koto Tuo B. Buku
A.Daliman . 2002. Metode Penelitian Sejarah.
Yogyakarta : Ombak
Dudung Abdurrahaman. 2001. Metodologi Penelitian Sejarah. Jogjakarta : Ar- Ruzz Media
Gatot Supramono. 2012. Hukum
Pertambangan Mineral dan Batu Bara di Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta
HS. Salim. 2005. Hukum Pertambangan Indonesia. Jakarta : PT. Grafindo Persada
Ibnu Ahmad dahri .1992. Peran Ganda Wanita Modern. Jakarta : Pustaka Al- Kautsar
Koentowijoyo. 2002. Metodologi Sejarah.
Yogyakarta : PT Tiara Wacana
Kanjeng Ratu Hemas. 1992. Wanita Indonesia Suatu Konsepsi Dan Obsesi.
Yogyakarta : Liberty Yogyakarta
Mitcell. 2000. Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Yogyakarta : UGM
Mestika Zed, dkk.1994. Sejarah Sosial Ekonomi jilid I. Padang : Universitas Negeri Padang
Mestika Zed. 1999. Metodologi Sejarah.
Padang : FIS UNP
10
Ollenburge,J.C dkk. 2002. Sosiologi Wanita.Jakarta PT. Asdi Mahasatya Rineka Cipta
Ranjabar, Jacobus. 2008. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro. Bandung : Alfabeta
Sartono Kartodirjo.1992. Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah.
Jakarta : Gramedia
TO. Ihromi. 1995. Kajian Wanita dalam Pembangunan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
A. Skripsi
Hana Norma Yunita. Persepsi wanita pendulang emas terhadap pendidikan anak di nagari Mundam Sakti Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. Skrisi, Padang : STKIP PGRI Sumbar
Agusrianto. Kehidupan Sosial Ekonomi masyarakat penambang emas di Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan tahun 2007-2012. Skrisi, Padang : STKIP PGRI Sumbar
Engki Saputra. Penambangan emas di Kenagarian Lubuk Ulang Aling Selatan Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan Tahun 2002-2013. Skrisi, Padang : STKIP PGRI Sumbar
Nofa Febriana. Kehidupan Sosial Ekonomi Pekerja Perempuan Industri Ikan Kering di Kenagarian Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat tahun 1998-2010. Skripsi, Padang : STKIP PGRI Sumbar
B. Jurnal
Ice Rosmitasari. Relasi Sosial Pendulang Emas Tradisional dengan Agen Penampung
(studi di Desa Lingkar Indah Kecamatan Sayan Kabupaten Melawi). Jurnal, Pontianak : Universitas Tanjung Pura