CULTIVATION OF SWALLOW'S NEST IN THE SUB DISTRICT KINALI DISTRICT WEST PASAMAN
Mairol Hendri*, Dr. Yeni Ernita **, Ade Irma Suryani **,
*) Student of Geography Education Department of STKIP PGRI SUMBAR
**) Lecturer at Goegraphy Education Department of STKIP PGRI SUMBAR
ABSTRACT
This study aims to determine how Cultivation Study Swallow's Nest in the District of West Pasaman Kinali. Research conducted in the form of facilities and infrastructure required in building birds' nests, how the management of bird's nest cultivation harvesting patterns of bird's nest.
Type research is qualitative research with descriptive approach, the informant research of bird's nest entrepreneurs in Sub Kinali. The research subject is taken a little snowball because of the informant has not been able to provide satisfactory data then find someone else to serve as informants rolled like a snowball. Data collection techniques used were interviews, observation and documentation. Test the validity of the data using triangulation techniques. Data analysis technique using qualitative analysis techniques that encapsulates the data, presenting data, concluded the data obtained.
Based on the research results can be drawn kesimpullan as follows: (1) the facilities and infrastructure required in building of bird's nest is not appropriate in terms of using the infrastructure that should be used in constructing the building of bird's nest that does not fit is where businessmen swallow nest in Subdistrict Kinali almost entirely a roof of corrugated iron and asbestos as walls. (2) how to manage the cultivation of bird's nest in the District of Kinali in general has been reached viewed from the knowledge entrepreneurs of bird's nest with the form of construction of buildings swallow, readiness businessman swiftlet nests in managing the cultivation of bird's nest either spatial, as well as providing moisture and lighting in building and give the security around the building swallow from pests (3) the pattern harvesting swiftlet nests in District Kinali undertaken by employers of bird's nest is three months as well as harvesting that crop of hatchlings and harvest the spoils.
BUDIDAYA SARANG BURUNG WALET DI KECAMATAN KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT
Mairol Hendri* Dr. Yeni Ernita ** Ade Irma Suryani**
Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat**
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Studi Budidaya Sarang Burung Walet di Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Penelitian yang dilakukan berupa sarana dan prasarana yang diperlukan dalam membangun gedung sarang burung walet, cara pengelolaan budidaya sarang burung walet, pola pemanenan sarang burung walet.
Jenis penelitian berupa penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, informan penelitiannya pengusaha sarang burung walet di Kecamatan Kinali. Subjek penelitian ini diambil secara snowball karena dari informan sedikit belum mampu memberikan data yang memuaskan maka mencari orang lain lagi untuk dijadikan informan menggelinding seperti bola salju. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu merangkum data, menyajikan data, menyimpulkan data yang diperoleh.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpullan sebagai berikut: (1) sarana dan prasarana yang diperlukan dalam membangun gedung sarang burung walet belum sesuai dalam hal menggunakan sarana prasarana yang harus digunakan dalam membangun gedung sarang burung walet yang tidak sesuai adalah dimana pengusaha sarang burung walet di Kecamatan Kinali hampir semuanya menggunakan atap dari seng dan menggunakan asbes sebagai dindingnya. (2) cara pengelolaan budidaya sarang burung walet di Kecamatan Kinali secara umum sudah tercapai dilihat dari pengetahuan pengusaha sarang burung walet dengan bentuk kontruksi gedung walet, kesiapan pengusaha sarang burung walet dalam mengelola budidaya sarang burung walet baik tata ruangnya, serta memberikan kelembapan dan pencahayaan dalam gedung dan memeberikan keamanan di sekitar gedung walet dari serangan hama (3) Pola pemanenan sarang burung walet di Kecamatan Kinali yang dilakukan oleh pengusaha sarang burung walet adalah tiga bulan sekali serta cara pemanenan yaitu panen tetasan dan panen rampasan.
A. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki tingkat kekayaan flora fauna yang sangat tinggi sehingga dikenal juga sebagai negara mega biodiversity, letak, kondisi alam dan faktor-faktor lingkungan lainnya sangat mendukung kehidupan flora fauna berkembang dengan baik.
Salah satu kekayaan fauna yang beberapa tahun ini mendapat perhatian cukup besar adalah upaya pemanfaatan Burung Walet (Collocalia sp) terutama dari pemanenan sarangnya, terutama karena nilai ekonomis yang tinggi. Pemanfaatan Sarang Burung Walet dari goa alam di Sumatera Barat yang diketahui saat ini cukup banyak, di Kabupaten Pasaman Barat sendiri terdapat beberapa goa yang menghasilkan sarang burung walet, seperti Goa Rantau Paku Tombang, Goa Karang Putih dan beberapa goa yang lain yang sejauh ini belum dilakukan pembinaan lebih itensif.
Habitat Alami Burung Walet adalah goa-goa alam, tebing/lereng yang curam beserta lingkungannya sebagai tempat Burung Walet hidup dan berkembang biak secara alami baik di dalam kawasan dan di luar kawasan hutan. Sarang Burung Walet Buatan yaitu dengan cara membuat rumah Sarang Burung Walet, biasanya berupa gedung- gedung permanen yang dibuat khusus, dan dikombinasikan dirumah penduduk dimana pada lantai duanya dibangunkan khusus untuk tempat walet membuat sarang.
Saat ini di Kabupaten Pasaman Barat semangat untuk mengembangkan budidaya walet gedung atau buatan sangat tinggi, terbukti hampir di seluruh Kecamatan banyak terdapat gedung-gedung walet, mulai dari sekitar pusat keramaian sampai ke jorong- jorong yang sangat jauh dari keramaian (Dinas Kehutanan,2013:2). Budidaya walet buatan atau gedung dilakukan oleh perorangan atau perusahaan dan Pemerintahan, namun untuk Kabupaten Pasaman Barat lebih dominan dilakukan oleh perorangan.
Pemanfaatan Sarang Burung Walet berupa kegiatan pengambilan Sarang Burung Walet dengan metoda atau cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip kelestarian, maksudnya agar walet tersebut tetap lestari dan tidak mengalami kepunahan.
Di Kabupaten Pasaman Barat terdapat 300 gedung sarang sarang burung walet dan di Kecamatan Kinali terbagi atas 11 jorong memiliki kurang lebih 33 gedung Sarang sarang burung walet.
Agrobisnis sarang sarang burung walet merupakan hal yang tergolong masih baru sejak sepuluh tahun terakhir terhitung mulai tahun 2004 hingga sekarang.
Tingginya harga yang ditawarkan dan banyaknya permintaan membuat menjamurnya usaha budidaya sarang burung walet di Pasaman Barat Khususnya Kecamatan Kinali akhir-akhir ini.
Pengembangan sarang burung walet di Kecamatan Kinali memiliki potensi yang sangat baik karena di dukung oleh kondisi fisik lingkungan Kecamatan Kinali yang memiliki topografi yang pada umumnya dataran rendah yang dikelilingi bukit serta terdapat satu buah gunung yaitu gunung Pasaman dan suhu yang cocok serta memiliki sumber makanan yang melimpah merupakan tempat yang disukai burung walet.
Untuk memulai usaha budidaya walet, ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang sarang burung walet, yaitu: “lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor makanan serta teknik memancing walet”. Semua faktor ini sangat penting untuk keberhasilan budidaya sarang sarang burung walet.
Di samping itu, gedung sarang burung walet harus seperti gua liar karena itulah habitat alami sarang burung walet. Meskipun letak Kecamatan Kinali yang tidak jauh dengan pesisir pantai secara umum cocok untuk dijadikan tempat budidaya burung walet, namun mengelola usaha budidaya walet memiliki hambatan masing-masing, hambatan itu antara lain karena adanya bentuk bangunan dan cara pembudidayaan yang berbeda-beda yang dilakukan petani. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Budidaya Sarang Burung Walet di Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat”
B. DASAR TEORI
Walet Merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna cokelat tua kehitaman dengan bagian dada bewarna coklat muda, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang atau kecil. Sayapnya berbentuk sabit yang sempit dan runcing. Sayap walet ini sangat kuat. Kakinya sangat kecil dan lemah sehingga burun jenis ini tidak pernah hinggap diphohon, karena walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembap, remang-remang sampai gelap. Nugroho HK, (2009:18). Walet adalah burung penghasil sarang yang harganya sangat mahal. Sarang itu berbentuk dari air liur burung walet. Untuk mendapatkan sarang walet bernilai jual tinggi maka perlu diketahui jenis walet yang dapat menghasilkan sarang yang berkualitas baik.
Berdasarkan pembagian secara biologi burung walet terbagi atas enam jenis yaitu, Collocalia Fuciphagus (Walet putih), Collocaliagigas (walet besar), Collocaliamaxima (Walet sarang hitam), Collocalia brevirostris (Walet gunung), Collocalia vanikorensis (Walet sarang lumut), Collocalia esculenta (Walet sapi).
1
Sarang walet berkhasiat sebagai obat untuk kesehatan yang biasanya dikonsumsi dengan cara dicampur dengan obat atau makanan Nugroho HK, (2009:7)
Menurut Nazarudin dan A. Widodo untuk mewujudkan lingkungan rumah walet yang ideal, teknologi perwaletan kini terus mengalami perkembangan. Berbagai jenis sarana pendukung sudah banyak dihasilkan seperti CD suara terbaru.
Dalam merencanakan pembuatan gedung walet, perlu diperhatikan hal-hal yang menjamin kenyamanan walet ketika berada didalamnya, seperti bentuk dan konstruksi rumah, bentuk ruangan dan jalan keluar masuk walet, cat gedung dan pencahayaan, kelembapan dan suhu dalan ruangan, serta adanya tembok keliling gedung sebagai pengaman dari gangguan.
Menurut Nugroho HK (2009:148) ada empat macam cara memanen sarang walet, yaitu : Panen Tetasan, panen rampasan, panen buang telur, dan panen pilihan.
C. METODE PENELITIAN
Menurut Lehman dalam A. Muri Yusuf (2005:83) menyatakan bahwa penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail.
Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbaga metode ilmiah.
Menurut Taylor dalam Margono (2003:36) mendefinisikan penelitian kualitati sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sarana dan prasarana dalam membangun gedung walet, cara pengelolaan budidaya sarang burung walet mulai dari bentuk gedung, dan hingga pola pemanenan sarang burung walet.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dan hasil temuan dilapangan, maka hasil tersebut dibahas lebih lanjut dalam uraian ini.
Pertama, dilihat dari sarana dan prasarana yang diperlukan dalam membangun gedung sarang
burung walet di Kecamatan Kinali pada umumnya belum semua pengusaha menggunakan sarana dan prasarana yang harus digunakan dalam membangun gedung sarang burung walet hampir semuanya menggunakan atap dari seng dan menggunakan asbes pada lantai atas untuk dindingnya hal ini menyebabkan ketidakstabilan suhu dan kelembaban didalam gedung.
Drs.Arief Budiman ia berpendapat bahwa sarana dan prasarana yang pertama sekali yang harus diperhatikan ialah atap, atap tersebut untuk mengurangi terik matahari, sekaligus mengendalikan suhu dan kelembaban ruangan pada malam hari, sebaiknya atap dibuat dari genting.
.Kedua, dilihat dari cara pengelolaan budidaya sarang burung walet di Kecamatan Kinali secara umum sudah tercapai dilihat dari pengetahuan pengusaha sarang burung walet dengan bentuk dan konstruksi gedung walet yang umumnya segi empat kubus, kesiapan pengusaha sarang burung walet dalam mengelola budidaya sarang burung walet seperti tata ruang yang didesain seperti goa dengan memberikan sekat-sekat, memberikan kelembaban didalam ruang gedung, serta mengatur pencahayaan didalam ruang karena walet tidak suka dengan pencahayaan yang terang, usaha budidaya yang dilakukan pengusaha sarang burung walet dalam pengelolaan.
Menurt Hary K Nugroho ada lima langkah yang harus ditempuh agar gedung walet sesuai dengan lingkungan yang disukainya seperti habitat aslinya. Langkah tersebut yaitu mengatur suhu, mengatur pencahayaan, mengatur kelembaban, memeberikan aroma khas walet, dan mempromosikan gedung walet pada walet.
Ketiga, dilihat dari pola pemanenan sarang burung walet di Kecamatan Kinali pada umumnya Pola pemanenan sarang burung walet di Kecamatan Kinali yang dilakukan tiga bulan sekali serta cara pemanenan yaitu panen tetasan serta panen rampasan.
Alat yang digunakan dalam memanen sarang oleh pengusaha sarang burung walet di Kecamatan Kinali menggunakan sendok dompol, penyemprot air, pisau dan keranjang.
Menurut Arief Budiman mengatakan bahwa memanen sarang walet harus memperhatikan waktu dan cara memanen. Sarang walet dapat diambil atau dipanen jika keadaanya sudah memungkinkan unruk dipetik. Hal ini dikaitkan dengan beberapa faktor, yaitu musim, keadaan walet, dan kualitas sarang walet. Untuk melakukan pemetikan, cara dan ketentuannya perlu diketahui agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Kesalahan dalam memanen akan berakibat fatal bagi gedung walet dan walet itu sendiri.
E. SIMPULAN
1. Sarana dan Prasarana yang diperlukan dalam membangun gedung sarang burung walet secara umum pengusaha sarang burung walet di Kecamatan Kinali belum sesuai dalam hal menggunakan sarana dan prasarana yang harus digunakan dalam membangun gedung sarang burung walet. Sarana dan prasarana yang sesuai dalam membangun gedung sarang burung walet yaitu dalam hal penggunaan batu bata sebagai dinding, pemberian aroma untuk menarik walet, penggunaan CD untuk memanggil walet, hal yang belum sesuai adalah pengusaha sarang burung walet di Kecamatan Kinali hampir semuanya menggunakan atap dari seng dan menggunakan asbes pada lantai atas untuk dindingnya hal ini menyebabkan ketidakstabilan suhu dan kelembaban didalam gedung.
2. Cara pengelolaan budidaya sarang burung walet di Kecamatan Kinali secara umum sudah tercapai dilihat dari pengetahuan pengusaha sarang burung walet dengan bentuk dan konstruksi gedung walet yang umumnya segi empat kubus, kesiapan pengusaha sarang burung walet dalam mengelola budidaya sarang burung walet seperti tata ruang yang didesain seperti goa dengan memberikan sekat-sekat, memberikan kelembaban didalam ruang gedung, serta mengatur pencahayaan didalam ruang karena walet tidak suka dengan pencahayaan yang terang, usaha budidaya yang dilakukan pengusaha sarang burung walet dalam pengelolaan meliputi :
- Mengatur dan mempertahankan gedung sebaik mungkin
-
Melakukan pemberantasan dan pencegahan seranganhama yang dapat mengganggu kehidupan walet
- Memberikan keamanan di sekitar gedung walet.
3. Pola pemanenan sarang burung walet di Kecamatan Kinali yang dilakukan tiga bulan sekali serta cara pemanenan yaitu panen tetasan serta panen rampasan.
Alat yang digunakan dalam memanen sarang oleh pengusaha sarang burung walet di Kecamatan Kinali menggunakan sendok dompol, penyemprot air, pisau dan keranjang.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Budiman dan TIM penulis PS. 2008.
Budidaya Dan Bisnis Sarang Walet Depok:
Penebar Swadaya
Bappenas.2013. Budidaya Sarang Burung Walet, Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat PedesaanDinas Kehutanan.2013.
Pembinaan Sarang Burung Walet,
Pasaman Barat:Laporan Bidang Bina Hutan Eka Adiwibawa ST. Ir. 2008.
Pengelolaan Rumah Walet, Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Margono.2003.
Moleong . Lexy. 2007.
Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rosda Nugroho, H.K dan Arief
Budiman.2009.Panduang Lengkap Walet, Jakarta:Penebar Swadaya
PT. Agromedia Pustaka Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2005.
Metode Penelitian Geografi, Jakarta:
Rineka Cipta