PENDAHULUAN
Lembaga Pendidikan Islam adalah tempat atau organisasi yang menyelenggarakan pendidikan Islam yang mempunyai struktur jelas dan bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan Islam. Oleh karena itu lembaga pendidikan Islam itu tersebut harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan terlaksananya pendidikan dengan baik, menurut tugas yang diberikan kepadanya, seperti sekolah (madrasah) yang melaksanakan proses pendidikan Islam.1 Lembaga pendidikan Islam tidak saja dituntut untuk mengkristalisasikan semangat ketuhanan sebagai pandangan hidup universal, lebih dari itu institusi ini harus lebur dalam wacana dinamika modern. Pendidikan Islam sebagai lembaga pendidikan alternatif diharapkan mampu menyiapkan kualitas masyarakat yang demokratis dan berwawasan luas, baik menyangkut aspek spiritual, maupun ilmu-ilmu modern untuk menciptakan suatu keadaan masyarakat yang madani.
Pondok pesantren merupakan tempat menggali ilmu pendidikan yang bernuansa Islami, yang mana tidak hanya pendidikan agama saja yang didapatkan disini namun juga pendidikan umum seperti yang diperoleh di sekolah-sekolah lain. Para santri selalu diawasi oleh ustadz, ustadzah, buya dan tengku yang mengajar, para santri dituntut untuk disiplin, shalat jamaah lima waktu, belajarnya tidak hanya dikelas saja namun di mesjid pesantren para santri juga bisa mendapatkan ilmu, dengan mendengarkan ceramah yang diberikan oleh para ustadz.
Respon pendidikan pesantren terhadap sekolah dan madrasah yang didirikan oleh kaum refomis Islam, adalah menolak sambil mencontoh. Di satu sisi pesantren menolak asumsi-asumsi kaum reformis dan memandangnya sebagai ancaman yang serius terhadap pesantren, namun juga dalam batas- batas tertentu mengikuti dan mencontoh langkah kaum reformis, agar dapat bertahan hidup. Karena itulah, pesantren melakukan langkah-langkah penyesuaian yang mereka yakini akan memberikan manfaat bagi kaum santri, dan mendukung keberlangsungan dan kebertahanan pesantren, seperti sistem penjenjangan (klasikal) dan kurikulum yang terencana, jelas dan teratur2.
1 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010), hal. 150
2 Karel A Steenbrink, Pesantren, Madrasah Sekolah: Pendidikan dalam Kurun Waktu Modern, (Jakarta: LP3ES; 1994), hal. 65-67
Perkembangan pesantren paling tidak mempunyai tiga peran utama, yaitu sebagai lembaga pendidikan Islam, lembaga dakwah dan sebagai lembaga pengembangan masyarakat. Pada tahap berikutnya, pondok pesantren menjelma sebagai lembaga sosial yang memberikan warna khas bagi perkembangan masyarakat sekitarnya.
Peranannya pun berubah menjadi agen pembaharuan (agen of change) dan agen pembangunan masyarakat. Sekalipun perubahan demikian, apapun usaha yang dilakukan pondok pesantren tetap saja yang menjadi khittoh berdirinya dan tujuan utamanya, yaitu pentingnya mempelajari dan mendalami ilmu agama (tafaqquh fiddin). Secara eksistensinya pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan lembaga sosial, tumbuh dan berkembang di daerah pedesaan dan di perkotaan3
Eksistensi pesantren dalam pendidikan nasional dapat dilihat dalam kaitannya sebagai sub-sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Eksistensi pesantren semakin kuat dalam sistem pendidikan nasional setelah lahirnya Undang-Undang No.2 Tahun 1989.
Begitu pula Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bagian Kesembilan (Pendidikan Keagamaan) Pasal 30 ayat (4) menyebutkan bahwa pendidikan keagamaan berbentuk diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. Atas dasar peraturan perundang- undangan tersebut, pondok pesantren di Indonesia telah memiliki landasan legal formal untuk berkiprah secara lebih dinamis.
Salah satu bentuk pendidikan keagamaan Islam, pondok pesantren dapat berperan lebih bermakna, baik melalui jalur pendidikan formal, nonformal maupun informal. Dalam dinamikanya pondok pesantren diharapkan dapat berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengartikulasikan ajaran Islam serta mengamalkan nilai-nilainya di tengah-tengah masyarakat yang terus mengalami perubahan.
3 Badri dan Munawiroh, Pergeseran Literatur Pesantren Salafiyah, (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2007), hal. 3
Di Kecamatan Pondok Suguh, Kabupaten Mukomuko telah berdiri sebuah pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Lembaga tersebut bernama “Pondok Pesantren Darul Amal” yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di kabupaten Mukomuko yang berdiri tahun 1991 didirikan oleh M. Wazir Dahlan. Pesantren Darul Amal terletak di jalan lintas Sumatera KM 197 Desa Tunggang Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten Mukomuko4.
Pondok pesantren Darul Amal sangat berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya, yaitu dapat dilihat pada bentuk asrama yang unik dan memilki daya tarik tersendiri. Asrama pesantren Darul Amal Tunggang tidak berbentuk rumah yang megah atau berbentuk gedung yang besar akan tetapi berbetuk seperti rumah kecil yang terbuat dari papan. Rumah kecil tersebut dibuat banyak dan tersusun rapi dan dalam satu rumah kecil tersebut hanya dihuni oleh dua orang santri.
Berdasarkan observasi penulis, kecamatan Pondok Suguh memiliki berbagai sekolah dari tingkat SD sampai SMA, yaitu 7 buah SD Negeri dan 1 buah Madrasah Ibtidiyah yang terletak di Desa Tunggang, tingkat SMP sebanyak 5 buah, terdiri dari 3 sekolah negeri dan 2 sekolah swasta serta tingkat SMA terdapat 2 sekolah, yaitu 1 SMA Negeri dan 1 SMA swasta5. Adanya sekolah umum dan sekolah agama di Kecamatan Pondok Suguh tidak mengurangi minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren Darul Amal, namun Pondok Pesantren Darul Amal tetap berkembang dan diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari jumlah santri, hingga tahun 2014 jumlah santri tercatat sebanyak 252 orang santri dari tingkat dasar (Ibtidiyah), menengah pertama (Madrasah Tsanawiyah) dan menengah atas (Madrasah Aliyah).
Berdasarkan fenomena di atas, timbul pertanyaan bagi penulis, apa yang menyebabkan Pondok Pesantren Darul Amal dapat bertahan sejak berdiri sampai tahun 2014, peran pondok pesantren Darul Amal di tengah masyarakat, eksistensi serta strategi pondok pesantren Darul Amal Tunggang Kecamatan Pondok Suguh?
Pertanyaan ini membutuhkan jawaban, maka dari itu akan dilakukan Penelitian yang berjudul
“Eksistensi Pondok Pesantren Darul Amal
4 Wawancara dengan pimpinan pondok pesantren Darul Amal, Drs. Wazir Dahlan, 15 Maret 2015
5 Pondok Suguh dalam angka, 2014: BPS
Tunggang Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten Mukomuko tahun 1991-2014”.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Dalam penulisan ini harus mengunakan beberapa kriteria, prinsip dan aturan untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan bermanfaat bagi penulis dan orang banyak. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis peristiwa-peristiwa masa lampau.
Rekontruksi imajinatif pada masa lampau berdasarkan data yang di peroleh histiografi atau penulisan sejarah6. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari 4 langkah. Pertama, mengumpulkan data (Heuristik). Kemudian langkah kedua, kritik sumber, langkah ketiga interpretasi dan langkah keempat historiografi atau penulisan sejarah7.
Langkah pertama Heuristik yaitu mengumpulkan dan menemukan sumber- sumber data sejarah baik primer maupun sekunder. Sumber primer berupa wawancara dan arsip pondok pesantren Darul Amal, Arsip dan dokumen diperoleh dari pustaka pribadi di Yayasan pondok pesantren Darul Amal Tunggang. Sedangkan sumber sekunder yang digunakan adalah berupa buku dari hasil penelitian lainnya yang relevan dengan masalah penelitian pengumpulan sekunder dilakukan melalui Studi Pustaka, Universitas Negeri Padang, Universitas Andalas, Pustaka Daerah, dan Pustaka STKIP PGRI Padang.
Langkah kedua adalah kritik sumber merupakan pengolahan data terhadap arsip yang dilakukan kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal adalah pengujian otensitas (keaslian) secara klinis dan labor kritik, ini dapat dijalankan karena keterbatasan alat-alat pengetahuan penulis. Sedangkan kritik internal dilakukan untuk menguji keaslian (reabilitas) isi informasi sejarah yang terkandung didalamnya dengan cek silang dalam wawancara. Langkah ketiga adalah menginterprestasikan informasi yang telah diseleksi sumber-sumber yang telah disaring lewat kritik sumber dipilah-pilah sehingga diperoleh butir-butir informasi yang dibutuhkan berupa faktor-faktor yang kemudian dirangkai dan diolah sesuai penelitian. Langkah keempat adalah historiografi penulisan laporan
6 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta:
UI, 1975), hal 74-75
7Mestika Zed, Metodologi Sejarah, (Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, 1999), hal 18.
penelitian, merupakan penyajian hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah (Skripsi) dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan suatu karya sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan
HASIL PENELITIAN
1. Peran Pondok Pesantren Darul Amal Tunggang terhadap Masyarakat di Kecamatan Pondok Suguh
a. Peran Pondok Pesantren Darul Amal sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Peran pondok pesantren Darul Amal sebaga lembaga pendidikan Islam, dan berdasarkan hasil wawancara sekaligus observasi dapat diketahui bahwa peran pondok pesantren Darul Amal Tunggang sejalan dengan kiprahnya di dalam dunia pendidikan.
Kegigihan pondok pesantren Darul Amal Tunggang dalam mengelola sistem pendidikannya membawa pondok pesantren ini menjadi salah satu pondok pesantren yang hingga saat ini masih dipercaya oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya santri yang menimba ilmu di pondok pesantren tersebut dan tidak hanya berasal dari Kecamatan Pondok Suguh saja, tetapi juga dari Kecamatan Teramang Jaya, Kecamatan Sungai Rumbai, Kecamatan Ipuh, Kecamatan Air Rami dan Kecamatan Malin Deman. 8
Program pendidikan yang dijalankan di Pondok Pesantren Darul Amal selalu memperhatikan kebutuhan masyarakat terhadap hal keagamaan. Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan mendirikan sekolah dengan berbagai tingkatan. Saat ini Pondok Pesantren Darul Amal memiliki TK/RA, MTs, MA, SMK dan tentu saja madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah. Melalui madrasah inilah, pondok pesantren Darul Amal Tunggang melakukan perannya sebagai lembaga pendidikan agama bagi masyarakat yaitu mengadakan pendidikan agama Islam.
Peran pondok pesantren Darul Amal tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana. Hal ini terjadi di awal-awal pendirian pondok pesantren. Pada tahun-tahun awal tersebut, pernah terjadi penurunan siswa yang masuk ke pondok pesantren Darul Amal, akan tetapi penurunan tersebut hanya dalam skala kecil saja. Hal ini tetap bisa membuktikan bahwa dalam kenyataannya masyarakat masih percaya dengan pondok pesantren Darul Amal Tunggang sebagai lembaga pendidikan agama
8 Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren, Drs. Wazir Dahlan, tanggal 28 Agustus 2015
dan mempercayakan anak-anak mereka untuk belajar di pondok pesantren ini9.
Pondok pesantren Darul Amal sebagai lembaga pendidikan Islam tidak hanya menjalankan program pendidikan agama saja, tetapi memiliki program pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal yang terdapat di Pondok Pesantren Darul Amal Tunggang terdiri dari TK/RA, MTs, MA, SMK dengan mengacu pada kurikulum DEPAG disertai dengan materi tambahan khusus. Sementara untuk pendidikan non formal berupa PAUD/Play Group, Paket A- B-C, TBM, Kursus dan Magang10.
Selain pendidikan formal dan non formal, pondok pesantren Darul Amal Tunggang juga memberikan pedidikan tentang bagaimana cara hidup serta berperan aktif di masyarakat dengan benar. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren tersebut, misalnya khitobah, muhadhoroh.
Kegiatan khotbah ini dilakukan oleh santri pada mesjid-mesjid yang ada di sekitar Desa Tunggang, desa di Kecamatan Pondok Suguh seperti Desa Air Hitam, Desa Air Berau, Desa Pondok Suguh, Desa Air Bikuk, Desa Sinar Laut, Desa Lubuk Bento, Desa Pondok Kandang, Desa Bumi Mekar Jaya, Desa Karya Mulya dan Desa Teluk Bakung.
Peran pondok pesantren Darul Amal dalam mendidik santri adalah dengan ketatnya disiplin peraturan yang ada di pondok pesantren Darul Amal Tunggang. Disiplin ketat yang diterapkan oleh pondok pesantren Darul Amal akan membawa dampak kepatuhan bagi para santri, terutama dalam menjalankan praktek agama pada kehidupan sehari-hari. Dengan menjalankan praktek agama secara benar, maka kehidupan di tengah masyarakat juga akan berjalan dengan baik.
b. Peran Pondok Pesantren Darul Amal dalam Pembentukan Lingkungan Sosial dan Ekonomi
Perubahan nyata dalam kehidupan masyarakat di Desa Tunggang dan Kecamatan Pondok Suguh adalah berkurangnya konflik di tengah masyarakat. Konflik pernah terjadi pada saat pemekaran kabupaten Bengkulu Utara, sebagian masyarakat pro dan sebagian kontra dengan pemekaran serta adanya perebutan daerah yaitu Kecamatan Ipuh. Pondok pesantren dapat menjalankan perannya sebagai penengah konflik di tengah masyarakat dengan
9 Wawancara dengan Agus Manto, guru Pondok Pesantren Tunggang, tanggal 29 Agustus 2015
10 Wawancara dengan Nasrizal, guru Pondok Pesantren Tunggang, tanggal 29 Agustus 2015
menciptakan suasana damai bagi masyarakat kecamatan Ipuh yang berkonflik11.
Peran dalam pembentukan lingkungan sosial bagi masyarakat Desa Tunggang dan umumnya bagi masyarakat Kecamatan Pondok Suguh adalah perubahan perilaku masyarakat.
Masyarakat yang kurang memiliki dasar agama banyak yang memiliki perilaku negatif, diantaranya banyak masyarakat yang bermain judi dan mabuk, tapi sekarang sudah jarang terlihat. Perilaku menyimpang yang secara perlahan berubah. Dalam arti yang dulu suka judi dan minum, kini telah berubah. Perubahan perilaku ini disebabkan pendekatan yang dilakukan oleh pondok pesantren Darul Amal di tengah-tengah kehidupan masyarakat dengan cara memberi nasehat dan mengadakan berbagai acara keagamaan bagi masyarakat. Perubahan setelah diadakannya pendekatan, secara perlahan masyarakat mulau meninggalkan perilaku yang menyimpang. Hal ini berarti sebagian Warga Desa Tunggang mengalami perubahan, sejak adanya Pondok Pesantren Darul Amal Peran Pondok melalui berbagai pendekatan di tengah masyarakat.12.
Pondok Pesantren Darul Amal Tunggang tidak akan mencetak sosok pribadi yang anti sosial, dan tidak mengenal masyarakat. Justru diharapkan pondok pesantren Darul Amal akan mengoptimalkan peran-peran penting di tengah masyarakat. Di antara tujuan Pondok Pesantren Darul Amal Tunggang dalam kaitannya dengan masyarakat adalah menumbuhkan kepekaan dan jiwa sosial masyarakat.
Peran pondok pesantren Darul Amal dalam bidang ekonomi, yaitu mengadakan keterampilan bagi masyarakat yaitu mengadakan keahlian industri rumah tangga, pertanian, perkebunan, peternakan, koperasi, perbengkelan, dan pertukangan. Santri pondok pesantren Darul Amal Tunggang dilatih untuk memiliki keterampilan agar mampu bertahan hidup dan mandiri setelah menyelesaikan pendidikan di pondok pesantren. Dipilihnya keahlian industri rumah tangga, karena industri rumah tangga ini merupakan penopang kehidupan banyak orang, tidak memerlukan banyak modal dan memiliki kemungkinan untuk berkembang lebih besar. 13.
11 Wawancara dengan Zainal Amri, A.Md, guru Pondok Pesantren Darul Amal, tanggal 29 Agustus 2015
12 Wawancara dengan Nasrizal, guru Pondok Pesantren Darul Amal, tanggal 29 Agustus 2015
13 Wawancara dengan M. Akhirsyah, SP, guru Pondok Pesantren Darul Amal, tanggal 30 Agustus 2015
Peran dalam ekonomi yang dijalankan oleh pondok pesantren Darul Amal adalah memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu. Santunan ini diberikan kepada para fakir miskin dan anak yatim yang ada di Desa Tunggang. Kegiatan ini dilakukan oleh pondok pesantren Darul Amal 1 kali dalam 1 tahun dan hal ini sangat membantu dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Desa Tunggang.
Untuk kegiatan ini, pondok pesantren Darul Amal mengadakan kerjasama dengan pihak- pihak lain yaitu sebagai penyalur infak, sadaqah dan zakat masyarakat14.
2. Eksistensi Pondok Pesantren Darul Amal Tunggang tahun 1991-2014 di Kecamatan Pondok Suguh
Secara garis besar mayoritas masyarakat saat ini, menginginkan putra putri mereka memiliki kefahaman akan ilmu agama, akan tetapi juga tidak ketinggalan dengan tantangan masa depan. Karena ilmu pengetahuan umum menjadi bekal mereka agar bertahan hidup, sementara ilmu agama sebagai pengendali diri sekalligus bekal menjalani kehidupan di akhirat kelak. Keberadaan pondok pesantren Darul Amal sejak tahun 1991 mampu memjawab keinginan masyarakat Kecamatan Pondok Suguh, agar anak-anak mereka memiliki bekal agama sehingga mampu memahami ilmu agama. Sampai tahun 2014, pondok pesantren Darul Amal mampu menjaga eksistensi sebagai lembaga pendidikan agama yang menghasilkan lulusan paham agama. Lulusan pondok pesantren Darul Amal tidak hanya berasal dari Kecamatan Pondok Suguh saja, tetapi juga kecamatan tetangga15.
Kualitas lulusan pondok pesantren Darul Amal telah teruji di tengah kehidupan masyarakat. Para alumni Wawancara dengan Drs. Wazir Dahlan, tanggal 28 Agustus 2015 sampai saat ini mampu menunjukkan bahwa mereka memiliki ilmu keagamaan yang baik dan dapat mempraktekkan ilmu agama yang mereka dapatkan di pondok pesantren Darul Amal dalam kehidupan sehari-hari. Banyak alumni pondok pesantren Darul Amal yang mampu memberikan ceramah agama, menjadi khatib di mesjid-mesjid serta mampu menjawab berbagai pertanyaan yang muncul di tengah masyarakat tentang masalah keagamaan16.
14 Wawancara dengan Drs. Wazir Dahlan, tanggal 28 Agustus 2015
15 Wawancara dengan Drs. Wazir Dahlan, tanggal 28 Agustus 2015
16 Wawancara dengan Ki Moh Alwi Nasution, Pembina Pondok Pesantren Darul Amal, tanggal 28 Agustus 2015
Hal ini sesuai dengan keinginan dan tuntutan dari kalangan masyarakat diantaranya yakni disamping memiliki kemampuan dalam keagamaan, masyarakat (para orang tua) saat ini juga menginginkan lulusan pondok pesantren memiliki kemampuan yang setara dengan lulusan sekolah umum, sehingga para lulusan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi secara leluasa. Masyarakat mengharapkan anak mereka yang lulus dari pondok pesantren memiliki keunggulan dalam keterampilan spesifik dalam bidang agama, seperti hafal Al Quran, mampu membaca kitab, memiliki logika berpikir yang kuat sehingga mampu berdebat dengan baik. Dan tidak ketinggalan masyarakat menginginkan lulusan pondok pesantren memiliki daya saing dalam keterampilan spesifik dan pengisian dunia kerja17.
Eksistensi pondok pesantren Darul Amal ini juga diikuti oleh berbagai prestasi yang diperoleh. Prestasi pondok pesantren Darul Amal tidak hanya dalam bidang umum, tetapi juga dalam bidang keagamaan. Prestasi ini menjadi cerminan bahwa pondok pesantren Darul Amal tidak hanya belajar ilmu agama saja, tetapi juga mengembangkan bakat para santri yang menuntut ilmu di pondok pesantren Darul Amal. Bentuk-bentuk kegiatan di luar belajar agama di pondok pesantren Darul Amal diantranya adalah belajar seni tradisi masyarakat Kabupaten Mukomuko, diantaranya rebana. Diadakannya kegiatan rebana ini tidak terlepas dari kesenian yang bernuansa Islami dan sekaligus mengembangkan bakat siswa dalam bidang seni18.
Eksistensi pondok pesantren Darul Amal ini juga tidak terlepas dari dukungan pendiri dan pengasuh pondok pesantren. Setiap kegiatan santri didukung oleh para pengasuh dan Pembina di pondok pesantren Darul Amal, karena dapat meningkatkan kepercayaan diri para santri serta mengembangkan ilmu para santri.
3. Strategi Pondok Pesantren Darul Amal Tunggang tahun 1991-2014 di Kecamatan Pondok Suguh
Sebagai pondok pesantren yang memiliki jumlah santri dengan jumlah kecil, pondok pesantren Darul Amal Tunggang seakan dituntut untuk tetap menujukkan eksistensinya di mata masyarakat, terutama dalam hal pendidikan. Karena pendidikan merupakan
17 Wawancara dengan Drs. Wazir Dahlan, tanggal 28 Agustus 2015
18 Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren, Marjoni, tanggal 30 Agustus 2015
bekal dan kunci dalam meraih kesuksesan.
Sehingga, sudah seharusnya semua lembaga- lembaga pendidikan selalu berupaya meningkatakan mutu pendidikannya, demikian juga dengan pondok pesantren Darul Amal Tunggang19.
a. Menyediakan Berbagai Tingkat Pendidikan Formal
Untuk mendapatkan pendidikan yang seimbang antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama, Pondok pesantren Darul Amal Tunggang menyediakan berbagai tingkat pendidikan formal. Berbagai tingkatan pendidikan tersebut juga dilengkapi dengan kurikulum terpadu yakni kurikulum Depag dengan kurikulum khusus pondok pesantren.
Usaha Pondok pesantren Darul Amal Tunggang dalam meningkatkan mutu pendidikannya, tidak berhenti sampai disini saja. Tujuan dari pendidikan agama di pondok pesantren Darul Amal Tunggang antara lain20
a. Membentuk seorang Muslim yang sempurna
b. Membentuk seorang Da’i yang handal c. Memberikan pelatihan amal dan
pengalaman21
b. Menyediakan Berbagai Tingkat Pendidikan Non Formal
Tujuan didirikannya pendidikan non formal adalah untuk menampung aspirasi warga Desa Tunggang terhadap kebutuhan pendidikan, keterampilan dan berbagai pengetahuan.
Pendidikan non formal sekaligus dijadikan sebagai lembaga pendidikan non agama yang menanamkan agama sesuai dengan visi misi serta tujuan pondok pesantren Darul Amal22. c. Mengadakan Kegiatan Ekstrakurikuler
Pelaksanaan kegiaan ekstrakurikuler tidak dipaksakan kepada seluruh santri, tetapi hanya untuk santri yang berminat. Kegiatan ekstrakurikuler ini dibina oleh guru BK yang ada di pondok pesantren Darul Amal sehingga diharapkan tujuan diadakannya kegiatan ini dapat tercapai yaitu mengembangkan bakat yang dimiliki oleh para santri.
d. Melengkapi Sarana Prasarana Pendidikan
Pembina dan pengurus pondok pesantren Darul Amal terus berupaya untuk meningkatkan sarana prasarana, terutama sarana prasarana
19 Wawancara dengan Agus Manto, guru Pondok Pesantren Tunggang, tanggal 28 Agustus 2015
20 Wawancara dengan Agus Manto, guru Pondok Pesantren Tunggang, tanggal 28 Agustus 2015
21 Wawancara dengan Agus Manto, guru Pondok Pesantren Tunggang, tanggal 28 Agustus 2015
22 Ibid
belajar. Untuk itu, saat ini sedang dibuat rencana untuk membangun gedung pesantren yang baru untuk digunakan sebagai tempat belajar. Diharapkan selesainya pembangunan gedung baru pesantren ini, maka santri yang dapat diterima belajar pada pondok pesantren Darul Amal jumlahnya lebih banyak daripada santri saat ini23.
e. Mengadakan Program Pengabdian Santri Pengabdian santri merupakan ujian lapangan yang dikhususkan bagi santri, untuk mengabdikan diri dan praktek terjun ditengah masyarakat dan kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan Instruksi pengasuh pondok pesantren24.Kegiatan ini ditempatkan di desa- desa yang ada di Kecamatan Pondok Suguh, bahkan sampai ke kecamatan Air Rami, Kecamatan Teramang Raya dan Kecamatan Ipuh. terpencil yang masih tergolong minus dalam hal-hal keagamaan. Dipilihnya desa-desa tersebut, karena ada santri pondok pesantren Darul Amal yang berasal dari Kecamatan Air Rami, Kecamatan Teramang Raya dan Kecamatan Ipuh.
Dalam masa pengabdian santri diawasi oleh Dewan Pembina pengurus dan juga ikut menentukan kelulusan pada akhir tahun sebagai refleksi selama satu tahun pengabdian mereka.
Kegiatan ini merupakan juga bentuk latihan bagi santri sekaligus praktek ilmu yang sudah didapatkan selama belajar di pesantren.
KESIMPULAN
Pondok pesantren Darul Amal Tunggang merupakan salah satu pondok pesantren yang membuka diri terhadap modernisasi pendidikan Islam, dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang ada. Salah satu peran yang dijalankan oleh pondok pesantren adalah memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai salah satu pesantren yang mampu mencetak kader-kader Muslim yang intelektual, dengan dibekali oleh pemahaman akan ilmu pengetahuan Agama dan juga ilmu pengetahuan umum, tidak ketinggalan pula penanaman mental spiritual yang tinggi. Peran selanjutnya dalam bidang sosial adalah mencegah adanya bentuk perilaku menyimpang di tengah masyarakat dan peran dalam bidang ekonomi adalah mengadakan pelatihan keterampilan untuk masyarakat dan santri.
23 Wawancara dengan Ki Moh Alwi Nasution, Pembina Pondok Pesantren Darul Amal, tanggal 28 Agustus 2015
24 Wawancara dengan Agus Manto, guru Pondok Pesantren Tunggang, tanggal 28 Agustus 2015
Eksistensi pondok pesantren Darul Amal Tunggang dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam bidang pendidikan adalah dengan berupaya menggabungkan sistem pendidikan pondok pesantren dengan sistem pendidikan nasional sebagai upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat saat ini, sekaligus penguatan mental spiritual. Eksistensi ini dirasakan oleh masyarakat, dengan menganggap bahwa pondok pesantren Darul Amal Tunggang merupakan salah satu pondok pesantren yang mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan dalam pendidikan. Kepercayaaan masyarakat terhadap pondok pesantren ini, dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang masih mempercayakan anak-anak mereka untuk dapat menimba ilmu di pondok pesantren Darul Amal.
Strategi pemenuhan kebutuhan pendidikan yang telah dilakukan oleh pondok pesantren Darul Amal Tunggang, meliputi perencanaan sistem pendidikan, penyediaan pendidikan formal, dan pendidikan non formal, Selain itu adanya kegiatan-kegiatan pendukung seperti muhadhoroh, membaca kitab, qira’atul Qur’an dan lain-lain. Kekurangan yang ada saat ini adalah minimnya jumlah kamar tidur, kamar mandi, musholla dan tempat belajar santri, khususnya untuk santri putri. Untuk itu, direncanakan untuk membangun gedung baru untuk memperlancar proses belajar mengajar pada masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Abd, A’la. 2006. Pembaruan Pesantren.
Yogyakarta: Pustaka Pesantren
Abdul Ranchman Shaleh. 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi, dan Aksi. Jakarta: PT. Gemawindu
Ali Al-Jumbulati Abdul Futuh At-Tunwannisi.
Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Alwi Shihab. 2002. Islam Inklusif Cet. I.
Bandung: Mizan
Badri dan Munawiroh. 2007. Pergeseran Literatur Pesantren Salafiyah (Jakarta:
Puslitbang Lektur Keagamaan
Bryson, John M. 2001. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Cet. IV.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI).
Departemen Agama Republik Indonesia. 2003.
Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah.
Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam
________. Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Ditjen Binbga Islam: Jakarta, 2005
Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah.
Jakarta: Universitas Indonesia
Harun Nasution et.al. 1993. Ensiklopedia Islam, Jakarta: Depag RI
Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta:
PT Bumi Aksara
Ing Wardiman Djojonegoro. 1996. Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Departemem Pendidikan dan Kebudayaan
Karel A Steenbrink. 1994. Pesantren, Madrasah Sekolah: Pendidikan dalam Kurun Waktu Modern. Jakarta: LP3ES
Marwan Saridjo. 1988. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia.Jakarta: Dharma Bakti
M. Arifin. 1993. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Bumi Aksara
M. Habib Chirzin. 1995. Agama dan Ilmu dalam Pesantren, (Dalam, Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES
Muhaimin. 2000. Rekontruksi Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Muqodi. 2010. Pendidikan Islam Terpadu.
Yogyakarta: Magnum
Nata. Abidin. 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembanga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:
PT. Grasindo
Nawawi, Sejarah Perkembangan Pesantren.
2006. Jurnal Ibda` Vol. 4 No. 1 Jan-Jun 2006
Nurcholish Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren:
Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta:
Paramadina Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan
Pondok Suguh dalam angka, 2014: BPS Shaleh, Abd. Rosyad. 1986. Manajemen
Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang Soerjono Soekanto. 1986. Sosiologi Suatu
Pengantar, cet.7, Jakarta: Rajawali Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi
Dakwah Islam. Surabaya: Al Ikhlas, Shihab, Alwi. 2002. Islam Inklusif . Bandung:
Mizan
Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Amzah
Undang-Undang Sisdiknas, UU RI No 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika, 2003 Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren Kritik
Nurcholish Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Perss Zed, Mestika. 1999. Metodologi Sejarah.
Padang: Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNP
Zamachsyari Dhofier. 1985. Tradisi Pasntren:
Studi Tentang Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES