• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bukan Acara Musik Biasa Adianty F Sagala

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. 99% orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita, dan iklan. Mereka mengahabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari. Dengan semakin banyaknya minat penonton dalam menonton televisi, kemudian hadirlah bermacam-macam program, yakni program hiburan, drama, anak-anak, berita dan olahraga. Selain itu segmentasi dari tiap program yang ditayangkan juga berbeda-beda (Agee dalam Elvinaro, 2014:104).

Entah sadar atau tidak, kini acara di televisi semakin berkembang. Konten yang dimuat didalamnya juga diisi dengan konten-konten yang berbau sara atau tidak pantas jika ditayangkan bagi remaja. Indonesia sendiri memiliki lembaga yang mengatur regulasi tentang kepenyiaran, yaitu Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Sehingga alangkah baiknya jika pembuat program dimedia, harus mengetahui segala bentuk regulasi yang dibuat agar masyarakat atau lebih tepatnya anak-anak dan remaja dapat memperoleh tayangan yang baik.

Seperti yang kita ketahui, program musik harusnya benar-benar memprioritaskan musik dibandingkan gosip yang ditayangkan. Seperti program musik Dahsyat edisi 01 Oktober 2015. Menurut Undang- undang No. 23 Tahun 2002, Bab 10 pasal 14 yang berbunyi: “Lembaga penyiaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan program siaran pada waktu yang tepat sesuai dengan penggolongan program siaran”. Selain itu waktu siar dari program Dahsyat ini dinilai tidak tepat. Karena pada pukul 07.00 WIB hingga 09.00 WIB, menjadi waktu dimana anak-anak maupun remaja menonton televisi. Meskipun segmen yang dituju adalah remaja tetapi konten yang ditayangkan dirasa kurang tepat. Dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), UU No. 32 Tahun 2002 tentang

Penyiaran Bab 17 pasal 35 ayat (35) mengenai penggolongan program siaran, bahwa seharusnya pada pukul 07.00 hingga 09.00 termasuk dalam klasifikasi P atau klasifikasi untuk anak-anak pra sekolah. Sehingga

dianggap tidak sesuai dengan standar kepenyiaran yang dibuat KPI. Selain itu program ini kurang baik bagi perkembangan psikologis anak maupun remaja, meskipun awalnya program ini dijadikan sebagai hiburan semata. Harusnya pada jam sekian, lembaga penyiaran menyiarkan program yang bermanfaat. Seperti dijelaskan dalam Bab 17 pasal 37 ayat (2) program siaran klasifikasi R berisikan nilai-nilai sosial dan budaya, budi pekerti,

hiburan, apresiasi estetik, dan penumbuhan rasa ingin tahu remaja tentang lingkungan sekitar.

Gambar 2.1 Pembawa acara Dahsyat RCTI

Seperti pada gambar di atas, para host sedang kedatangan tamu seorang make up artis yang terkenal dengan panggilan Barbie. Saat itu Baim Wong sebagai host tamu tidak sengaja mengatakan bahwaDede Sunandar mirip Babi sebagai plesetan dari Barbie. Hal itu tentu tidak sesuai dengan Bab 11pasal 15 ayat (1) yang berbunyi: “Lembaga penyiaran wajib melindungi seseorang dengan kondisi fisik tertentu”. Jika hal ini

dilihat oleh anak-anak, meskipun adegan tersebut hanya bercanda, adegan tersebut tidak baik untuk ditiru. Selanjutnya, pasal yang terkait yang mendukung adanya pelanggaran dengan tindakan seperti itu adalah pada Bab 13 pasal 24 ayat (1) yang berbunyi: “Program siaran dilarang menampilkan ungkapan kasar dan makian, baik secara verbal maupun

non verbal, yang mempunyai kecenderugan menghina atau merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok/ mesum/ cabul/ vulgar/ dan/ atau menghina agama dan Tuhan”.

Manusia adalah makhluk peniru, imitatif dan banyak perilaku manusia terbentuk melalui proses peniruan. Ada perilaku yang ditiru apa adanya, ada yang diubah secara kreatif menurut keinginan, selera, atau kerangka acuan seseorang. Perilaku imitatif sangat menonjol pada anak- anak dan remaja. Televisi sebagai media pandang-dengar (audio visual), banyak sekali menawarkan model untuk dimitasi atau dijadikan obyek identifikasi oleh pemirsanya (Supriadi, 1997 : 126).

Penonton yang menonton televisi terlebih lagi anak-anak dan remaja diibaratkan seperti Teori Peluru atau Model Jarum Hipodermis, yakni massa yang tidak berdaya ditembaki oleh dorongan media massa, dan juga menganalogikan pesan komunikasi seperti obat yang disuntikan dengan jarum kebawah kulit pasien. Sehingga pesan yang disampaikan oleh media dapat mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak (Rakhmat. 2003 : 197).

Gambar 2.2 Kezia Karamoy sedang menjodohkan crew dengan salah satu penonton bayaran.

Selain itu ada pelanggaran lain yang dilakukan, seperti yang terlihat pada gambar 2.2. Terlihat Kezia Karamoy yang merupakan host tamu sedang menjodoh-jodohkan crew dengan salah satu penonton bayaran. Dalam percakapan tersebut, Kezia Karamoy mengatakan “Nanti dia

seperti Siti Nurbaya dong!”. Pernyataan itu dapat memicu pemikiran yang bermacam-macam bagi sebagian orang, sehingga dianggap merendahkan budaya orang lain. Hal ini tidak sesuai dengan Bab 14 tentang Penghormatan Terhadap Nilai-Nilai Kesukuan, Agama, Ras dan Antargolongan, melalui pasal 7 yang berbunyi:“Suatu acara atau program dilarang menyajikan program yang merendahkan, mempertentangkan dan /atau melecehkan suku, agama, ras, dan antar golongan yang mencakup keberagaman budaya, usia, gender, dan/atau kehidupan sosial ekonomi”.

Gambar 2.3 Penonton bayaranyang sedang dijodohkan dengan crew acara Dahsyat.

Terdapat pula pelanggaran lain yang ada pada gambar di atas pada saat crew Dahsyat dijodohkan dengan penonton bayaran, crew tersebut mengatakan “yang seperti ini? Ya nggaklah!”. Dalam pernyataan ini, crew

tersebut merendahkan fisik seseorang, yang dijelaskan dalam Bab 11 pasal

15 ayat (1C) yang berbunyi: “Lembaga penyiaran wajib memperhatikan dan melindungi hak dan kepentingan orang dan/ atau kelompok dengan kondisi fisik tertentu”.Dan melanggar Bab 11 pasal 15 ayat (2)

yang berbunyi: “Lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan program yang menertawakan, merendahakan dan/ atau menghina orang dan/ atau kelompok masyarakat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)”. Pelanggaran yang terjadi tidak hanya sampai di situ, tindakan ini tidak sesuai dengan Bab 9 pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: “Program siaran wajib menghormati hak privasi dalam kehidupan pribadi objek isi”.

Gambar 2.4 Raffi Ahmad sedang mengusili seorang penonton bayaran. Ada pula kejadian lain yang dikatakan sebagai pelanggaran. Pada gambar 2.4 terlihat penonton bayaran yang berjenis kelamin laki-laki. Penonton tersebut ternyata menggunakan make up seperti pensil alis, sehingga lagi-lagi menjadi korban aksi ejek oleh host Dahsyat. Tindakan tersebut tidak sesuai dengan Bab 11 pasal 15 ayat (1C) yang berbunyi: “Lembaga penyiaran wajib memperhatikan dan melindungi hak dan kepentingan orang dan/ atau kelompok dengan kondisi fisik tertentu”.

Gambar 2.5 Julia Perez sedang menyanyi di acara Dahsyat.

Dan pada gambar 2.5, terlihat jelas bahwa kamera mengambil angle

atau sudut penempatan kamera yang kurang tepat. Karena dengan posisi Julia Perez sedang memamerkan bentuk tubuh dan payudaranya. Hal ini tidak terjadi hanya sebentar, atau sekali dua kali. Namun sempat terjadi beberapa kali selama acara berlangsung. Hal ini tidak sesuai dengan Bab

12 pasal 18 poin ke delapan, bahwa program siaran yang memuat adegan seksual dilarang, seperti mengeksploitasi dan/ atau menampilkan bagian- bagian tubuh tertentu, seperti: paha, bokong, payudara, secara close up

dan/ atau medium shot.

Seperti kita ketahui, bahwa program Dahsyat merupakan program yang ikonik atau andalan bagi stasiun televisi yang menaunginya. Sehingga banyak pengiklan yang berani beriklan disela-sela tayangan ini. Program Dahsyat ini memiliki 5 segmen, ketika iklan dimunculkan, ada perasaan mengganjal karena salah satu iklannya menayangkan muatan iklan dengan materi yang tidak sesuai dengan Bab 17 pasal 37 ayat (4C) yang berbunyi: “Tayangan yang disiarkan tidak boleh memiliki materi yang menganggu perkembangan kesehatan fisik dan psikis remaja, seperti: seks bebas, gaya

hidup konsumtif, hedonistik dan/ atau horor. SeBab pada iklan minuman penambah energi tersebut, ditayangkan kehidupan malam dimana orang- orang sedang berpesta dan balapan. Seharusnya, iklan tersebut tidak masuk dalam kategori program acara Dahsyat yang ditonton semua usia.

Yang sangat disayangkan dari program musik Dahsyat ini adalah banyaknya pelanggaran yang terjadi tapi tidak segera dilakukan pencegahan agar hal itu tidak terjadi dan tidak terulang. Hal ini tidak sesuai dengan Bab 26 pasal 47 ayat (2) yang berbunyi: “Lembaga penyiaran dalam memproduksi dan/ atau menyiarkan berbagai program siaran dalam bentuk siaran langsung wajib tanggap dalam melakukan langkah yang tepat dan cepat untuk menghindari tersiarkannya isi siaran yang tidak sesuai dengan ketentuan penggolongan program siaran. Jika kita kilas balik kembali pada tahun 2007 atau 2008, acara musik sejenis MTV Ampuh jarang sekali menampilkan hal-hal yang tidak sejalan dengan program musik seperti ini.

Selain itu acara yang disuguhkan durasinya tidak sepanjang program Dahsyat. Sangat disayangkan jika acara hiburan seperti ini ditempatkan pada waktu dimana anak-anak yang harusnya mengeksplorasi dunianya melalui imajinasi yang disiarkan televisi tetapi harus mendapat siaran atau program yang tidak pantas untuk ditonton.

Membongkar Ketidakselarasan