• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stop! Kartun Tidak untuk di Bawah Umur Ragata Rahma Sejat

Hubungan antara media dengan masyarakat telah dibahas dengan berbagai pendekatan yang berbeda. Hubungan tersebut merupakan bagian dari sejarah perkembangan setiap media massa dalam masyarakatnya sendiri. Media pun mendapat tekanan dari kekuatan sosial politik setempat dan tuntutan untuk memenuhi harapan khalayaknya. Media mencerminkan, menyajikan, dan kadang berperan serta aktif untuk memenuhi kepentingan nasional yang ditentukan oleh para aktor dan institusi lain yang lebih kuat.

Televisi seringkali dipandang sebagai kekuatan yang sangat berpengaruh. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khusunya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. (Wawan, 1996:21-22)

Televisi merupakan sarana komunikasi utama sebagian besar masyarakat kita, bahkan dibeberapa negara sekalipun. Tayangan televisi harus diatur karena mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat, terutama anak-anak dan remaja. Saat ini setiap stasiun televisi telah menyajikan acara-acara khusus untuk anak, walaupun acaranya masih sangat sedikit. Tayangan kartun tidak bisa dipisahkan dari kalangan anak- anak, hal tersebut dikarenakan film kartun merupakan salah satu jenis

tayangan yang paling disukai oleh anak-anak.

Secara terus menerus televisi berevolusi dan akan sangat berisiko untuk mencoba merangkum ciri-cirinya dalam hal efek dan tujuan komunikasi. Awalnya penemuan genre utama dari televisi bermula dari kemampuannya untuk menyiarkan banyak gambar dan suara secara langsung, dan kemudian bertindak sebagai ‘jendela dunia’ dalam waktu yang riil. Status televisi sebagai media yang paling besar dalam

hal jangkuan dan waktu yang dihabiskan dan popularitasnya tidaklah berubah selama lebih dari 30 tahun dan bahkan bertambah bagi khalayak. Meskipun demikian, saat ini muncul bukti adanya penurunan khalayak, walaupun perbedaan signifikan antar negara muncul terhadap dominasi

waktu luang masih sama.

Televisi dapat saja menjadi media pembangunan dan pengembangan pikiran, ruh jiwa dan akhlak. Demikian pula halnya radio, surat kabar, dan sebagainya. Tetapi di sisi lain, televisi dapat juga menjadi alat penghancur dan perusak. Seperti yang sudah tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al- Isra’ ayat 36 yang berbunyi: “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (QS. Al-Isra’:36). Bukan dalam serial drama saja, kekerasan juga kerap kita temui di program-program anak. Stasiun televisi swasta di Indonesia membeli serial kartun luar negeri sebagai acara dalam program anak. Kebanyakan serial kartun menceritakan kisah kepahlawanan serta petualangan yang kerap memunculkan tokoh yang dianggap sebagai lawan. Sering juga kita menemukan adegan perkelahian bahkan pembunuhan sebagai penyelesaian masalahnya.

Serial kartun Dragon Ball ini tayang setiap hari pukul 17.00 WIB di Global TV. Mengingat para karakter legendaris dari seri Dragon Ball yang pastinya sudah tidak asing lagi seperti Son Goku, Gohan, Goten, Vegeta, Bulma, Trunks Chi Chi, Krilin dan Kame Sennin akan kembali menghibur kita. Tidak ketinggalan tokoh-tokoh jahat dalam seri dragon ball yang terkenal adalah Frieza, Cell dan Majin Buu. Frieza merupakan tokoh jahat yang menghancurkan planet Vegeta yang dihuni bangsa saiya dan namec yang dihuni makhluk pencipta Dragon Ball. Frieza akhirnya berhasil dikalahkan Son Goku. Musuh Son Goku yang terakhir di Dragon Ball adalah Majin Buu. Majin Buu merupakan iblis terkuat yang diciptakan penyihir Bibidi dan Babidi, akhirnya Son Goku dan teman- temannya berhasil mengalahkan Majin Buu.

Serial kartun Dragon Ball ini terdapat beberapa adegan yang seharusnya tidak dipertontonkan untuk khalayak seperti memukul, menendang, melempar barang, membentak dan memakai pakaian yang kurang sopan. Kartun ini tidak seharusnya tayang pada jam prime time

karena penonton televisi lebih didominasi oleh anak-anak. Hampir semua adegan kartun Dragon Ball mengandung kekerasan baik kekerasan fisik

oleh anak-anak. Dengan begitu, terdapat pelanggaran hukum etika media massa yang memiliki pasal-pasal. Pasal-pasal pelanggaran yang terdapat dalam serial Dragon Ball ialah:

Pelanggaran hukum etika media massa yang relevan dalam peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2002 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran bab X Perlindungan Kepada Anak pasal 14 ayat 1 yang berbunyi bahwa lembaga penyiaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan program siaran pada waktu yang tepat sesuai penggolongan program siaran. Ayat 2 yang berbunyi bahwa lembaga penyiaran wajib memperhatikan kepentingan anak dalam setiap aspek produksi siaran. Serial ini juga melanggar pasal hukum media massa yang relevan dalam peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2002 tentang pedoman perilaku penyiaran bab XXI tentang sensor pasal 39 ayat 1 yang berbunyi bahwa lembaga penyiaran sebelum menyiarkan program siaran

film dan atau iklan wajib terlebih dahulu memperoleh surat tanda lulus sensor

dari lembaga yang berwenang. Dan ayat 2 berbunyi bahwa lembaga televisi wajib melakukan sensor internal atas seluruh materi siaran dan tunduk pada klasifikasi program siaran yang ditetapkan dalam peraturan ini. Dragon ball

adalah serial kartun dimana penikmatnya lebih dominan anak-anak. Apabila tayangan tersebut terdapat hal-hal negatif dikhawatirkan akan membangun kepribadian yang negatif pula kepada anak-anak karena apa yang ia tonton pasti akan ditiru.

Bukan hanya itu saja pelanggaran hukum media massa yang terdapat dalam serial Dragon Ball. Hukum media massa yang relevan dalam peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2002 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran bab XIII Program Siaran Bermuatan Kekerasan pasal 17 yang berbunyi bahwa lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan pelarangan dan atau pembatasan program siaran bermuatan kekerasan. Beberapa contoh adegan yang melanggar dalam tayangan Dragon Ball dalam episode “Kid Goku melawan King Piccolo” yang tayang pada tanggal 29 Oktober 2015. aitu seperti adegan memukul yang dilakukan oleh Son Goku terhadap Piccolo, Piccolo memukul Son Goku dan salah satu adegan dimana Bulma memakai rok pendek diatas lutut yang sedang melihat pertarungan Son Goku lewat televisi.

Son Goku yang orang pribumi asli tidak terima bahwa akan ada yang menghancurkan tempat kelahirannya. Mendengar kabar tersebut Goku pun marah dan langsung menghampiri Piccolo untuk melawannya.

Gambar 4.18 Adegan Son Goku mengejar Piccolo yang menandai adanya pertarungan

Gambar 4.19 Son Goku memukul Piccolo tepat mengenai wajahnya Gambar 4.18 dan 4.19 menjelaskan bahwa pertarungan antara Son Goku melawan King Piccolo sudah dimulai. Dalam setiap pertarungan pastilah ada adegan kekerasan. Adegan tersebut seperti memukul dan menendang yang terdapat pada gambar 4.20 dan 4.21.

Gambar 4.21 Piccolo membalas dengan pukulan.

Gambar 4.22 Bulma yang sedang menonton pertarungan Goku lewat televisi yang memakai rok pendek diatas lutut.

Dan dalam adegan perkelahian antara Son Goku melawan Piccolo muncul adegan yang seharusnya bisa disensor oleh pihak stasiun televisi. Yaitu pada gambar 4.22.

Melihat dari dampak atau pengaruh yang ditimbulkan dari tontonan acara televisi. Dampak yang bisa ditimbulkan yaitu khalayak khususnya anak kecil bisa saja meniru adegan-adegan yang seharusnya tidak mereka tiru seperti berkelahi, memukul, menendang atau bahkan sampai terjadi pembunuhan akibat dari apa yang mereka tonton. Perilaku seperti ini bisa saja mereka tiru dalam kehidupan sehari-hari.

Solusi dari semua ini adalah para pengelola dan perencana acara televisi tetap harus konsekuen dan konsisten membuat acara-acara yang positif dengan penuh wawasan, tidak serta merta hanya mengedepankan materi atau mengejar rating saja tetapi, dalam setiap acara harus memiliki bobot atau hal-hal yang bisa membuat para pemirsa bisa mendapatkan ilmu serta wawasan baru dan tentunya hal yang positif. Oleh sebab itu diharapkan dari pihak lembaga penyiaran agar lebih memperhatikan aspek penting dalam acara maupun tontonan terutama kepada anak- anak agar kedepannya dapat memberikan acara yang mendidik dan tidak hanya mengedepankan keuntungan saja tetapi dapat menjadikan feedback

TELEVISIAL 5