• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekerasan yang “menginspirasi” Basudewa Suryo Ajie

Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari proses komunikasi. Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi massa. Istilah ‘komunikasi massa’ (mass communication) dicetuskan sebagaimana juga ‘media massa (mass media) pada abad ke-20 untuk menggambarkan apa yang kemudian merupakan fenomena sosial baru dan ciri utama dari dunia baru yang muncul yang dibangun pada fondasi industrialism dan demokrasi popular (McQuail, 2011:4). Komunikasi massa tidak akan terjadi apabila tidak ada media, yaitu media massa. Keunggulan media massa adalah jangkauannya yang lebih luas kepada khalayak.

McQuail menjelaskan bahwa media massa berbeda dengan institusi ilmu pengetahuan lainnya, karena media massa memiliki keistimewaan seperti, memiliki fungsi pengantar atau pembawa berbagai pengetahuan. Hal ini juga berarti media massa memiliki kemampuan untuk memainkan peran institusi lain, menyelenggarakan kegiatan dalam lingkungan publik sehingga dapat dijangkau oleh anggota masyarakat secara bebas, sukarela, umum dan murah, dalam media massa, hubungan antara pengirim dan penerima seimbang dan menjangkau lebih banyak orang dibandingkan institusi lainnya, seperti orang tua, sekolah dan agama (McQuail, 1987:52). Pada masa modern saat ini, membuat informasi sangat mudah di dapat oleh masyarakat. Perkembangan teknologi merancang televisi untuk digunakan sebagai alat pemberi informasi yang meluas. Televisi juga membuat masyarakat menjadi lebih intens untuk mencari informasi melalui televisi, banyaknya acara yang disuguhkan membuat masyarakat pintar untuk memilih acara yang disukainya.

Seorang khalayak akan menerima pesan dari tayangan televisi ketika khalayak tersebut menonton televisi. Penerimaan pesan dipengaruhi oleh intensitas menonton khyalayak. Seorang heavy viewers akan lebih banyak menyerap pesan-pesan yang disampaikan tayangan televisi dan setiap perilakunya merupakan cerminan dari apa yang ada dalam tayangan

televisi. Heavy viewers adalah khalayak pecandu berat televisi (Nurudin, 2007:168)

Kita dapat melacak perkembangan televisi dengan mulainya berkembang pada tahun 1923. Pada saat itu, Vladimi K. Zworykin adalah pegawai di Westinghouse, mempatenkan tambung gambar televisi yang di dalamnya terdapat iconoscope. Empat tahun kemudian, bersamaan dengan NBC mengorganisir siaran radio jaringannya, Philo Faswordth mengembangkan system dan mempatenkan tabung disektor (dissector tube). Di saat orang-orang lain bereksperimen dengan cara bagaimana menyiarkan gambar, dua orang penelitian independen ini memberikan sumbangsir besar dalam kelahiran seluruh transmisi televisi (Schement,2002:1024).

Ada beberapa acara yang memiliki rating tertinggi di setiap stasiun televisi, seperti acara film, berita, talk show, reality show, sinetron,

komedi, bahkan animasi. Tetunya setiap acara yang di tayangkan di televisi memiliki golongan-golongan seperti anak-anak (A), bimbingan orang tua (BO), dewasa (D), dan semua umur (SU). Mungkin, karna kesadaran masyarakat tentang golongan-golongan acara tersebut belum memahaminya sepenuhnya, mengakibatkan acara yang memiliki konten dewasa dapat di lihat secara bebas oleh anak-anak tanpa sepengetahuan orang tua. Televisi mampu membuat audien suntuk terus mengingat pesan-pesan apa saja yang merekalihat dan dengar di layar. Beberapa orang dewasa mungkin tidak langsung meniru atau melakukan hal-hal yang sebelumnya mereka lihat dan dengar dari layar televisi. Namun beberapa masyarakat dengan golongan anak-anak mempunyai peluang untuk melakukan hal tersebut.

Meniru adalah sesuatu yang wajar bagi anak-anak. Manusia adalah mahluk yang paling pandai menirukan dunia dan pertama kali manusia belajar adalah dengan menirukan (Mahayoni, 2008: 61). Anak anak pada prinsipnya adalah “the great imitator”. Mereka dengan cepat meniru apa yang mereka lihat, baik langsung maupun lewat televisi. (Mahayoni, 2008:62). Apa saja yang muncul di layar televisi akan menancap di pikiran anak tersebut dalam waktu yang lama. Salah satu syarat proses belajar mengajar yang baik adalah pada saat anak merasa antusias dan gembira seperti saat mau bermain. Rata-rata anak menonton televise dengan antusis dan gembira. Sangat berbeda situasinya jika anak harus menyelesaikan tugas sekolah (Mahayoni, 2008: 68).

Seiring berjalan waktu tayangan telesivi menampilkan tayangan yang sudah tidak ada konten mendidiknya, seperti sekarang yang terjadi di televisi yang menayangkan acara-acara yang bermuatan kekerasan. Salah satu contohnya adalah acara yang disiarkan di RCTI yaitu, sinetron 7 Manusia Harimau menceritakan tentang legenda mitos yang berasal dari Sumatera, awalnya cerita ini hanya ada di sebuah novel ciptaan Motinggo Boesje pada tahun 1980 yang terdiri dari 10 jilid namun sekarang sudah bisa di lihat di versi sinetron, dalam cara tersebut banyak adegan-adegan yang mengandung kekerasan baik terhadap manusia bahkan tumbuhan. Di awal mulai sinetron 7 Manusia Harimau pada hari Selasa, tanggal 29 September 2015, begitu jelas memperlihatkan adegan-adegan kekerasan seperti memukul, menendang, dan lain-lain.

Sinetron 7 Manusia Harimau hampir sepenuhnya memperlihatkan muatan kekerasan, walaupun di Indonesia sendiri sudah menghadirkan UU untuk pertelevisian. Namun, masih saja beberapa stasiun televisi swasta yang masih menyuguhkan tayangan yang mengandung, muatan- muatan yang dilarang walaupun stasiun televisi tersebut sudah di tegur oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Gambar 1.18 Memperlihatkan dua orang pemuda yang mau melakukan adegan perkelahian

Adegan digambar tersebut sangat tidak baik apabila dilihat oleh khalayak apalagi anak kecil dan remaja, karena bisa saja melakukan hal yang sama ke teman-temannya. Sinetron 7 Manusia Harimau juga pernah menampilkan adegan perkelahian antara anak SMA dengan gurunya, di tambah lagi ada adegan suprantural dalam tayangan ini seperti melakukan santet. Oleh sebab itu tayangan ini melanggar undang-undang SPS Bab XIII yaitu, pelarangan

dan pembatasan kekerasan.Bagian pertama pasal 24 dari Standar Penyiaran siaran (SPS) yaitu, program siaran di larang menampilkan ungkapan kasar dan makian, baik secara verbal maupun nonverbal, yang mempunyai kecenderungan menghina atau merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok, mesum, cabul, vulgar, dan menghina agama dan tuhan.

Gambar 1.19 Adegan perkelahian antara dua orang pemuda di hutan Dalam adegan ini mereka berkelahi ditambah dengan efek-efek visual yang dibuat dan ini berbahaya untuk dilihat karena apabila dilihat anak kecil mereka pasti menganggap bahwa itu bisa saja ‘keren’ dan mungkin bisa dipraktekan ke teman-temannya. Kekerasan dalam sinetron 7 Manusia Harimau tentunya sudah melanggar tentang Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran (SPS), yaitu pertama, SPS Bab XIII yaitu, pelarangan dan pembatasan kekerasan. Bagian pertama pasal 23 dari Standar Penyiaran siaran (SPS) yaitu, pelarangan adegan kekerasan. Bagian pertama ini lembaga dilarang menampilkan secara detail peristiwa kekerasan, seperti: tawuran, pengroyokan, penyiksaan, perang, penusukan, penyembelihan, mutilasi, terorisme, pengrusakan barang-barang secara kasar atau ganas, pembacokan, penembakan, dan/atau bunuh diri. Kedua, Beberapa adegan kekerasan yang ditampilkan di sinetron 7 Manusia Harimau memiliki criteria seperti yang diatas dengan pelanggaran-pelanggaran tertentu seperti kekerasan, tindakan sadis terhadap manusia dan lain-lain.

Maka dari itu kita sebagai khalayak harus berhati-hati dalam mengkonsumsi tayangan yang ada di media televisi, sebagai orang tua juga harus lebih hati-hati saat sang anak lagi di depan televisi sebisa mungkin untuk orang tua agar bisa mendampingi anak-anaknya dalam memilih tayangan televisi.

Drama Murahan Opera Sabun