• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manusia Bermental Layaknya Seekor Harimau Sondri Aryad

Di era zaman sekarang ini, televisi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dimana mulai munculnya program-program acara yang menawarkan berbagai macam hiburan yang mampu menarik peminat para penontonnya. Hal inilah yang akan menyebabkan para penonton akan lupa diri karena terlalu asyik menonton program acara yang ditayangkan di televisi tersebut. Akan tetapi, dengan munculnya program- program acara yang ada saat ini, membuat pihak-pihak yang mempunyai wewenang dalam dunia pertelevisian akan berlomba-lomba untuk menyajikan hiburan yang menarik perhatian audiens sehingga dapat diminati oleh khalayak sehingga mereka akan mendapatkan keuntungan yang besar.

Namun sangat disayangkan, saat ini banyak kita temui program- program acara yang ditawarkan banyak mengandung kekerasan. Pihak- pihak yang bersangkutan hanya ingin mendapatkan keuntungan yang besar semata tanpa mengacu terhadap Undang-Undang Penyiaran di Indonesia. Seperti dijelaskan dalam Undang-Undang Penyiaran no. 32 tahun 2002 pasal 36 ayat (1) isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya. Pada umumnya, televisi dibangun tanpa pengetahuan pertelevisian yang memadai dan hanya berdasarkan semangat dan modal yang besar saja (Morrissan,2008:10). Hal inilah yang mengacu munculnya perang politik terhadap pemilik saham dengan saling menjatuhkan diantara mereka yang banyak kita temui sekarang ini. Seharusnya program-program acara harus mengacu pada selera, keinginan serta kebutuhan khalayak dan harus terus di upayakan sebaik mungkin dengan berlandaskan kaidah- kaidah pertelevisian (Subroto,1994:14-15).

Dengan adanya berbagai macam program acara televisi inilah yang akan menimbulkan dampak-dampak yang negatif terhadap penonton seperti tayangan banyak mengandung unsur kekerasan dan lain sebagainya. Contohnya, pada sinetron “7 Manusia Harimau”, sinetron ini ditayangkan setiap malam hari di RCTI pukul 20.45-22.30. Peneliti melihat banyak scene yang mengandung unsur kekerasan dalam sinetron ini, seperti supranatural, pertarungan dan pertengkaran. Disamping itu juga, di sinetron ini ada salah satu scene mengandung perkelahian atau kekerasan yang sedang mengenakan seragam sekolah yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah. Adegan-adegan seperti itu tidak pantas untuk untuk ditayangkan, karena seperti yang kita tahu bahwa sebagian besar penonton dari sinetron ini yaitu anak-anak dan remaja, yang menjadi kekhawatiran kita adalah mereka bisa saja meniru adegan-adegan yang seharusnya tidak mereka tonton.

Kekerasan-kekerasan yang bisa kita lihat, ketika para kaum inyek sedang bertarung kepada para siluman-siluman yang ingin menghancurkan desa Kumayan. Di dalam pertarungannya, mereka juga menggunakan kekuatan tenaga dalam mereka yang berupa api dan lain sebagainya yang di lakukan tanpa melakukan penyensoran dalam adegan tersebut. Tayangan tersebut tidak sesuai dengan Undang - undang Penyiaran no. 32 tahun 2002 dalam bab V Pedoman Perilaku Penyiaran pasal 48 ayat (2) pedoman perilaku penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dan bersumber pada nilai-nilai agama, moral dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat umum dan lembaga penyiaran.

Disini ada beberapa adegan yang menurut pandangan saya sangat bertentangan terhadap Undang-undang Penyiaran dalam bab IV tentang pelaksanaan penyiaran pasal 36 ayat (5) isi siaran dilarang bersifat fitnah,

menghasut, menyesatkan dan bohong; menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang atau mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar golongan, yaitu antara lain: pertama, mengandung supranatural terlihat dari tayangannya seolah-olah mereka memperkenalkan unsur-unsur supranatural kepada penonton dan hal ini akan menimbulkan hal-hal yang negatif terhadap penontonnya yang sedang menyaksikan sinetron tersebut. Kedua, mempraktikan kekuatan tenaga dalam dan bisa kita lihat dari beberapa

adegan dari sinetron tersebut sedang melakukan perkelahian dengan menggunakan tenaga dalam dari mereka, walaupun adegan ini harus diperlihatkan maka harus dilakukan penyensoran karena takutnya akan ditiru oleh anak-anak di bawah umur dan akan menimbulkan dampak negatif. Ketiga, remaja laki-laki dan perempuan berseragam sekolah saling memukul dan menendang yang dikategorikan pelanggaran terhadap anak-anak dan remaja yang akan menyebabkan pendidikan mereka menjadi hancur. Dan yang keempat, adegan berlari diatas udara dari segi tayangannya banyak sekali adegan yang memperlihatkan mereka yang sedang berlari diatas udara sambil mengeluarkan jurus-jurus tenaga dalam mereka dan ini sangat berbahaya sekali untuk di kalangan anak- anak apabila mereka meniru sipat dari adegan tersebut.

Gambar 1.24 Para pemain sinetron 7 Manusia Harimau sedang berinteraksi kepada binatang buas yaitu singa.

Selain itu juga ada scene dimana Datuk Sanca berinteraksi kepada para binatang buas dengan membentuk lingkaran api yang di bentuk oleh tenaga dalamnya supaya singa tersebut bisa mengikuti perintah dari Datuk Sanca tersebut. Hal ini sangat bertentangan sekali terhadap agama dan norma-norma yang berlaku seperti di jelaskan dalam Undang - undang Penyiaran dalam bab IV mengenai pelaksanaan siaran pasal 36 ayat (6) disebutkan bahwa isi siaran dilarang memperolokan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia indonesia, atau merusak hubungan internasional.

perempuan pada malam hari sendirian di tengah hutan dan melakukan semedi untuk menyempurnakan ilmu tenaga dalam yang mereka miliki. Kalau dipikir lebih dalam lagi, mengapa adegan ini harus ditayangkan dan diperankan oleh remaja perempuan. Kemudian seorang remaja perempuan melakukan perannya berlari di atas udara dan kembali kerumahnya karena sudah beberapa hari melakukan semedi di tengah hutan. Mengapa adegan ini juga melibatkan para perempuan? Hal ini tidak masuk akal karena seorang perempuan mampu melintasi udara dan melakukan pertarungan kepada laki-laki yang banyak.

Gambar 1.25 Para kaum inyekdesa Kumayan sedang melawan para musuh- musuhnya dengan melakukan pertarungan.

Sinetron ini tidak pernah ketinggalan menampilkan adegan yang mengandung kekerasan seperti pertarungan demi memperebutkan kekuasan, terlihat dari gambar 2 dimana mereka sedang melakukan pertarungan dengan saling memukul dan menendang yang melibatkan banyak orang untuk memerankan adegan tersebut. Oleh sebab itu, salah satu dari beberapa scene yang ditayangkan ini sangat bertentangan sekali pada Undang-Undang Penyiaran no.32 tahun 2002 dalam bab IV tentang pelaksanaan penyiaran pasal 36 ayat (5) seperti yang sudah dijelaskan diatas. Banyak sekali kita temui unsur-unsur kekerasan yang ada di sinetron 7 Manusia Harimau ini, selain itu juga mereka menyajikan sinetron tersebut untuk hiburan semata saja tanpa memikirkan untuk kedepannya hal apa yang akan terjadi. Namun sayangnya, program- program acara sekarang bukannya mendidik khalayak, malah sebaliknya hanya untuk kepentingan sepihak saja tanpa mentaati peraturan yang ada di dalam Undang-Undang Penyiaran yang berlaku.

Seharusnya ketika ingin menyajikan program-program acara hiburan yang menarik di televise, harus mengacu terhadap Undang-Undang Penyiaran yang berlaku, agar dapat bermanfaat dan akan diterima sebaik mungkin oleh kalangan masyarakat ketika mereka menonton tayangan tersebut. Apabila hal itu ditaati oleh pemilik saham televisi maka hiburan yang di sajikan akan mendapat rating yang sangat baik dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan akan terus berkelanjutan di media televisi.

Saat Kekerasan Menjadi Sebuah Kenikmatan