• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teror Kekerasan Serial Larva Enola Putri Ardianka

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Hampir semua orang mengkonsumsi televisi. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan bentuk jadi (format) teknis atau berdasarkan isi. Bentuk jadi teknis merupakan bentuk jadi umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti gelar wicara (talk show), dokumenter, film, kuis,

musik, instruksional, dll. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk non-berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan, untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar digolongkan ke dalam warta penting (hard news) atau warta ringan (soft news).

Salah satu fungsi televisi sebagai media massa yaitu sebagai media pendidikan. Meskipun demikian, perlu kita ingat kembali bahwa acara siaran pendidikan tidak berarti tidak mengandung unsur-unsur fungsi lainnya, misalnya mengandung unsur hiburan atau penerangan. Yang diharapkan dari siaran pendidikan untuk sekolah ini, tentu saja disesuaikan dengan landasan dan tujuan pendidikan dari negara yang bersangkutan. Karena acara siaran pendidikan untuk sekolah mengacu kepada kurikulum, tentu saja akan memberikan pengaruh secara langsung kepada anak-anak tentang menimbulkan keinginan kepada anak-anak untuk mencoba menggali pengetahuan sesuai dengan pola pikir mereka, membantu anak-anak atas suatu pengertian yang sebelumnya belum pernah dialami, merangsang untuk menumbuhkan hasrat dan menggali hubungan antara kegiatan belajar dengan keadaan sekitarnya dan merangsang anak-anak untuk berkeinginan menjadi seorang cendekiawan. Oleh karena itu, setiap usaha harus diarahkan untuk mempersiapkan bahan-bahan pendidikan, agar acara itu dapat disajikan dengan baik dan sejalan dengan landasan dan tujuan pendidikan

nasional, dengan prioritas utama menyajikan bahan-bahan yang mempu mendorong kegiatan belajar dengan baik. Khusus untuk taman kanak- kanak harus diusahakan agar lebih banyak variasinya dan bermanfaat bagi cita rasa mereka, disamping harus menjauhi unsur-unsur yang dapat merusak daya khayal kanak-kanak atau menyebabkan salah dalam penafsiran, demikian pula harus dihindari hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya rasa ketakutan (Darwanto, 2007:130-131).

Kehidupan anak-anak begitu dekat sekali dengan media. Anak-anak merupakan generasi screen culture (generasi layar). Mulai dari televisi, layar komputer maupun layar telepon genggam. Media telah menggeser peran orangtua dan lingkungan sosial dalam hal berinteraksi, berkomunikasi dan menanamkan nilai-nilai kehidupan. Anak-anak begitu lekat dan dekat dengan layar-layar tersebut. Anak-anak telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berinteraksi dengan beragam layar tersebut baik untuk menonton televisi, bermain games, berselancar di internet atau menikmati teknologi web 2.0 untuk berinteraksi dengan teman-temannya di dunia maya.

Waktu yang dihabiskan anak-anak didepan layar cukup banyak bahkan sebagian besar overdosis. Rata-rata anak menonton televisi 4-5 jam per hari. Jumlah tersebut membengkak ketika libur (penelitian YPMA, 2005 tidak dipublikasikan). Padahal jumlah maksimal menonton televisi adalah 2 jam sehari. Jumlah jam anak-anak terpapar televisi lebih banyak dibandingkan dengan jam belajar di sekolah. Televisi dan anak-anak seperti tube to glue. Anak-anak sedemikian lengket dan dekatnya dengan televisi. Dengan perilaku keseharian, jika anak-anak didepan televisi, mereka amat susah beranjak dari tempat duduknya bahkan mengabaikan lingkungan sekitar seperti panggilan orangtua, belajar, beribadah dan membantu pekerjaan rumah. Mereka betah berjam-jam di televisi dengan memegang remote di tangan, sambil memindah-mindahkan

channel. Anak-anak dalam menonton televisi bukan semata-mata ingin menyaksikan acara yang disukainya, namun sebagian besar karena ingin menghabiskan waktu (hasil FGD guru dan orangtua, ‘Aisyiyah, 2008). Mereka akan terus mencari-cari dari satu saluran ke saluran yang lain untuk menonton acara yang disukai mereka. Kondisi ini menyebabkan jam menonton televisi cukup besar (Rochimah, 2009:23-27).

Dosis berlebihan menonton televisi berbanding lurus dengan jumlah perilaku buruk yang ditonton anak di televisi. Anak-anak

menonton acara yang sebagian besar tidak diperuntukkan bagi anak- anak; dan bahkan ketika stasiun televisi menyasar anak-anak pun, belum tentu baik untuk anak-anak. Pasar film kartun adalah anak-anak, namun

sesungguhnya semua film-film ini bermuatan kekerasan baik kekerasan

verbal maupun kekerasan fisik. Menurut anak-anak maupun orangtua,

kurang menyadari bahaya menonton adegan yang bermuatan kekerasan secara terus menerus (Rochimah, 2009:23-27).

Masa kanak-kank adalah waktu pembentukan sosio kognitif dan emosional (referensi). Pada proses ini, anak-anak melakukan negosiasi dan renegosiasi nilai-nilai dan perilaku yang dipelajarinya dari lingkungan sekitar termasuk dari media. Jadi dalam hal ini, media memegang peran yang cukup penting dalam proses pengembangan konsep diri pada anak- anak. Anak-anak cenderung menginternalisasi pesan-pesan media dan mengintegrasikannya pada pembentukan diri. Jika media seringkali menyajikan tokoh-tokoh yang antagonis yang menggunakan cara-cara kekerasan dan pelanggaran norma, maka anak-anak mudah menirunya (Rochimah, 2009:23-27).

Larva adalah sebuah serial televisi hiburan yang ber-genre komedi animasi komputer yang dibuat oleh Tuba Entertainment di Seoul, Korea Selatan. Kartun ini menampilkan dua larva sebagai karakter utamanya yang berwarna kuning dan merah. Kartun ini tidak berdialog, tetapi menguatkan ekspresi agar serial ini menarik. Di Indonesia, serial ini ditayangkan di RCTI. Larva tayang hari Senin, Selasa, Rabu, Jumat dan Minggu pada pukul 09.30-11.00. Dalam sekali tayang, Larva mempertontonkan beberapa episode yang setiap episodenya memiliki judul yang berbeda-beda. Satu episode berdurasi kurang lebih dua menit. Karakter utama dalam serial televisi ini adalah Red dan Yellow. Red si kecil berwarna merah berwatak keras dan tidak sabaran. Dia adalah tokoh yang selalu mengalami penderitaan. Kebanyakan berawal dari keserakahannya akan sesuatu. Yellow adalah larva kuning yang berjalan pelan dan rakus. Dia selalu mendengarkan si Red namun sering kehilangan kontrol atas dirinya sendiri apabila melihat makanan. Tidak hanya Red dan Yellow, Larva juga memiliki karakter seperti Violet si cacing raksasa, Pink si larva yang suka tebar pesona, Black si kumbang perkasa, Brown yang jorok, Fish Monster si ikan yang merepotkan, dan Rainbow seekor siput yang sering menjadi sasaran kejahilan si Red dan Yellow.

menit. Iklan- iklan yang ada seperti Roma, Detol, Susu Vidoran Kids, Diskon Matahari Mall, Daia, Lactogen 3, Hot in Cream, Mie Sedap, Mama Lemon, Giv, Softener so Klin, Life Boy, Ciptadent, Attack Easy, Enfa Grow,

Ultra Mini, So Klin All in 1, Sinema Keluarga dan iklan lainnya.

Setelah penulis teliti, serial Larva ini mengandung unsur kekerasan seperti memukul, menendang, menggigit, menginjak, melempar barang, mendorong, meludah dan kekerasan lainnya yang tidak layak ditonton terutama penonton yang tergolong anak kecil. Dengan adanya adegan kekerasan tersebut, penonton dengan mudahnya meniru dan menerapkan adegan tersebut di kehidupan nyata. Dengan begitu, terdapat hukum dan etika dalam media massa yang memiliki pasal-pasal sehingga program acara tidak menampilkan tayangan yang sembarangan. Pasal-pasal yang telah dilanggar dalam serial Larva sebagai berikut:

Adegan kekerasan di serial Larva melanggar hukum media massa yang relevan dalam Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran Bab X Perlindungan Kepada Anak pasal 14 ayat 1 yang berbunyi: “Lembaga penyiaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan program siaran pada waktu yang tepat sesuai dengan penggolongan program siaran”. Ayat 2 yang berbunyi: “Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kepentingan anak dalam setiap aspek produksi siaran”. Serial ini juga melanggar pasal dalam hukum media massa yang relevan dalam Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran Bab XXI Sensor pasal 39 ayat 2 yang berbunyi: “Lembaga penyiaran televisi wajib melakukan sensor internal atas seluruh materi siaran dan tunduk pada klasifikasi program siaran

yang ditetapkan dalam peraturan ini”. Larva diproduksi untuk anak-anak, tetapi adegan kekerasan tersebut memberikan hal negatif pada penonton terutama anak-anak. Oleh karena itu, adegan kekerasan tidak sepantasnya dipertontonkan. Harusnya setiap adegan kekerasan yang dilakukan dapat disensor agar penonton tidak meniru adegan kekerasan tersebut. Dengan disensor atau dipotongnya adegan kekerasan tersebut, tidak ada hal negatif yang dapat ditiru oleh penontonnya.

Serial Larva ini juga melanggar hukum media massa yang relevan dalam Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran Bab XIII Program Siaran Bermuatan Kekerasan pasal 17 yang berbunyi: “Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan

pelanggaran dan /atau pembatasan program siaran bermuatan kekerasan”. Adegan kekerasan yang dilakukan seperti adegan memukul berulang kali yang dilakukan oleh Red, Yellow, Violet dan Black. Adegan menendang berulang ulang kali dilakukan oleh Red dan Black. Adegan Violet meludah pada wajah Red. Adegan Yellow mengontrol mainan kuda-kuda dan mainan tersebut menginjak Red berulang kali dengan disengaja. Ada juga terdapat adegan melempar barang hingga mengenai wajahnya Red dan Yellow. Terlihat jelas adegan kekerasan seperti memukul berulang kali, menendang, meludah pada wajah, menginjak tubuh dan melempar barang hingga mengenai wajah lawan yang tidak dipotong atau pun disensor. Tentu saja dengan begitu adegan tersebut mudah untuk ditiru. Kekerasan adalah suatu pelanggaran yang sangat merugikan. Serial Larva penuh dengan kekerasan yang sifatnya tidak mendidik penonton.

Gambar 4.1 Snail setelah memukul Yellow, Yellow terbaring tidak berdaya dan Snail sedang memukul Red.

Gambar 4.3 Yellow sedang mengontrol robot untuk menginjak berulang kali badan Red.

Tidak hanya itu, serial Larva melanggar hukum media massa dalam Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012 Bab V tentang Penghormatan Terhadap Norma Kesopanan dan Kesusilaan pasal 9 ayat 1 yang berbunyi: “Program siaran wajib memperhatikan norma kesopanan dan kesusilaan yang dijunjung oleh keberagaman khalayak baik terkait agama, suku, budaya, usia, dan/atau latar belakang ekonomi”. Ayat 2 yang berbunyi: “Program siaran wajib berhati-hati agar tidak merugikan dan menimbulkan dampak negatif terhadap keberagaman norma kesopanan dan kesusilaan yang dianut oleh masyarakat”. Pelanggaran yang dilakukan dalam pasal ini adalah adegan Yellow membuang angin atau kentut persis di wajah Red. Tidak sopannya perlakuan Yellow ini melanggar pasal 9. Budaya yang tidak beretika ini tidak patut untuk dicontoh.

Adegan kekerasan juga melanggar hukum media massa dalam Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012 Bab XIII Pelanggaran dan Pembatasan Kekerasan tentang Pelanggaran Adegan Kekerasan pasal 23 ayat 1 yang berbunyi: “Menampilkan secara detail peristiwa kekerasan, seperti tawuran, pengeroyokan, penyiksaan, perang, penusukan, penyembelihan, mutilasi, terorisme, pengrusakan barang-barang secara kasar atau ganas, pembacokan, penembakan, dan/atau bunuh diri”. Serial Larva melakukan penyiksaan yang mengakibatkan melanggar pasal tersebut.

Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting. Karakter dan kepribadian anak dipengaruhi oleh lingkungannya terutama dari orangtuanya. Setiap orangtua mempunyai tanggung jawab untuk selalu mengawasi anak-anaknya dan memperhatikan perkembangan anak. Oleh sebab itu, hal-hal sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orangtua mengenai dampak positif dan negatif yang akan ditimbulkan karena banyak dampak yang dapat ditimbulkan oleh televisi.

Kartun itu Mempengaruhi atau Dipengaruhi?