• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badut dalam Media Televisi Cintaning Prasmi Nabiila

Di tengah persaingan acara televisi yang semakin marak saat ini, maka semua stasiun televisi swasta berlomba-lomba menyajikan program-program baru yang diharapkan dapat mengangkat rating dari acara tersebut.Salah satunya adalah Trans TV, stasiun televisi swasta yang terkenal dengan segudang acara hiburan ini pun mengeluarkan program baru, sangat banyak khalayak yang menonton program-program yang ada di Trans TV ini dari mulai anak-anak hingga orang tua, dari pagi sampai malam.Trans TV selalu menghasilkan program-program yang menarik, salah satu program yang sangat menarik yaitu “Happy Show” dimana program ini dibuat menyerupai program yang lalu yaitu YKS, program ini dibuat untuk menghibur khalayak yang menyukai komedi.Program ini didukung oleh artis-artis ternama seperti Raffi, Billy, Wendi, Denny.

Program ini tayang pada hari jumat pukul 18.00-20.00 WIB.

Dalam program ini terdapat banyak kekerasan fisik maupun lisan, bullying ini dilakukan untuk semata-mata melakukan humor atau lucu- lucuan, dalam program ini selalu terjadi bullying dan banyaknya kata- kata yang tidak pantas dikeluarkan karena bukan hanya remaja yang menonton program ini tetapi banyak anak-anak juga yang menontonnya. Rafii Ahmad membully Wendi Cagur yang katanya gayanya seperti

banci.Selain itu banyak kata-kata kasar yang tidak patut dicontoh yang masih tayang, dikarenakan hal tersebut terdapat dalam Undang-undang Penyiaran Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Disini juga terjadi point yang dilanggar yaitu terjadinya kekerasan, serta perkataan kasar. Padahal acara ini tayang pada pukul jam 6 sore,dimana merupakan jam strategis anak-anak dalam menonton televisi.

Selain itu, acara semacam ini dinilai tidak ada manfaat dan sama sekali tidak memiliki sisi edukatif, justru akan menjerumuskan khalayak yang menonton untuk mengumbar masalah pribadi mereka dan tentu

saja membuat orang berfikir jika kekerasan menjadi jalan terbaik dalam

penyelesaian masalah, juga kekerasan dianggap wajar karena melihat contoh nyata di program yang mereka tonton. Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa acara-acara tersebut menjadikan contoh-contoh yang agresif dan kurang baik bagi remaja serta anak-anak yang menontonnya. Program ini mencontohkan hal-hal yang negatif untuk anak-anak hingga remaja kekerasan fisik maupun lisan tidak pantas untuk diperjelas dalam

program ini, kata-kata ini seharusnya bisa disensor atau adegannya bisa dilanjutkan dengan adegan lain karna adegan atau perkataan yang tidak pantas dicontoh oleh anak-anak jaman sekarang.

Gambar 2.23Adegan ini saat Denny mencoba membully Raffi

Pada adegan ini Denny menjadi orang kaya raya dan Raffi menjadi

pembantunya si Denny, jadi si Raffi ingin sekali menjadi orang kaya

seperti majikannya tetapi majikannya (Denny Cagur) ini melarang dan mengatakan yang tidak pantas yaitu “kamu tuh hanya pembantu tidak pantas menjadi orangkaya seperti saya”.Namun, Raffi ingin mencoba

ikut seperti Denny tapi Denny tidak mengizinkan akhirnya Raffi dibully

didepan Chika dan Luna. Raffi disuruh pergi oleh Denny, akhirnya Raffi

pergi sambil menunduk dan terlihat sedih karena tidak boleh mengikuti kegiatan majikannya yang seperti orang kaya itu.Program ini mengandung pelecehan secara sosial dan ekonomi bahwa orang menegah atas sangat dihormati sedangkan orang menengah kebawah sangat direndahkan. Acara ini tidak pantas dicontoh untuk khalayak, banyak khalayak bukan hanya remaja yang menonton acara ini tetapi anak dibawah umur juga menonton bahwa tindakan ini sangat tidak pantas lulus sensor, padahal acara ini tayang live dan tidak ada yang disensor sedikitpun.

Program ini banyak dapat teguran oleh KPI karena melanggar peraturan undang-undang bahwa tindakan kekerasan dan bullying tidak pantas untuk tayang dan banyak perkataan yang tidak pantas dapat. Acara ini sangat melanggar peraturan, bahkan tetap tayang walaupun sudah di tegur oleh KPI berkali-kali.Program ini sebenarnya mengandung unsur komedi tetapi komedi yang banyak unsur bullying dan unsur kekerasan.

Gambar 2.24 Adegan tidak pantas saat si nenek duduk di punggung anak muda Pada adegan ini, Denny dan Wendi menjadi seorang orang tua yang menempati panti jompo dan satu orang temennya lagi menjadi seorang kakek dan satu orang lagi menjadi seorang perempuan tua yang menempati panti jompo tersebut. Namun si laki laki tua ini di bully oleh Denny dan Wendi, seorang perempuan yang menjadi nenek itu juga ikut membully bahkan melakukan tindakan kekerasan pada laki-laki ini dengan dia menyuruh tiduran seperti menyerupai kuda dan si perempuan ini duduk di atas punggung laki laki tersebut. Seolah-olah tayangan ini mengajarkan ketidaksopanan pada orangtua. Acara yang tidak pantas ini sudah sering ditegur oleh KPI karena memberikan contoh yang tidak baik.Ditakutkan tayangan tersebut ditiru oleh anak-anak dan remaja. Program yang tayang live ini seharusnya bisa memberi contoh pada anak jaman sekarang bahwa tindakan bullying ini sangat tidak pantas dicontoh. Dalam hal ini, terbukti bahwa tayangan atau program ini belum layak ditayangkan, karena tidak sedikit ditemukan pelanggaran serta kekerasan yang kurang baik ditonton oleh masyarakat apalagi anak-anak yang masih dibawah umur. Meskipun tayangan tersebut bergenre Verity Sho,akan tetapi program tersebut kurang pantas karena kurang mendidik dan tidak ada nilai positifnya. Dalam acara Happy Show terlihat banyak sekali

adegan-adegan kekerasan dan bullying yang terjadi tanpa adanya sensor padahal tidak sepatutnya sebuah kekerasan diexpose ke layar kaca secara berlebihan, kekerasan dalam hal ini tidak hanya kekerasan dalam hal fisik

saja namun juga dari gerakan gesture tubuh.

Televisi menjadi salah satu media yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang, karena televisi merupakan media yang sering diakses khususnya di Indonesia. Pada dasarnya, acara tersebut tidak seharusnya ditayangkan pada jam tayang prime time, karena pada jam tersebut banyak anak-anak pada usiaproduktif yang sedang menonton televisi. Dengan adanya tayangan seperti ini maka akan membuat penonton yang notabene remaja untuk meniru dan melegalkan sebuah kekerasan dalam penyelesaian masalah. Karena dari adegan-adegan yang ada di televisi itulah banyak orang yang dengan mudah belajar cara-cara baru tentang kekerasan, hal ini disebabkan besarnya pengaruh media terutama televisi dalam mempengaruhi pola tingkah laku seseorang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budyatna (1994:3) menunjukan dari 100 remaja Jakarta menghabiskan waktu untuk menonton acara Televisi lebih lama dibandingkan mendengar radio, membaca surat kabar, dan majalah. Rata-rata 60% waktu luang mereka dihabiskan untuk menonton televisi, sementara 40% digunakan untuk membaca surat kabar, majalah dan mendengarkan radio. Jika remaja menghabiskan 60% waktu luangnya untuk menonton televisi, berarti kemungkinan pengakumulasian stimuli film-film kekerasan yang ditonton dari episode

ke episode semakin besar. Seharusnya pihak KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia) bisa lebih selektif dalam meloloskan sebuah program yang layak tayang di televisi.

Program televisi yang tidak mendidik akan meninggalkan jejak pada benak pemirsanya. Akan lebih berbahaya lagi jika tayangan yang mengandung unsur kekerasan ditonton anak-anak pra sekolah, perilaku agresif yang dilakukan anak usia remaja sangat berhubungan dengan kebiasaannyadalam menonton tayangan televisi (Khairunnisa,2008) ini tidak hanya terbatas pada media televisi saja, namun juga dalam semua bentuk media yang lain. Remaja yang terbiasa menonton kekerasan di media cenderung akan berperilaku agresif dan agresif untukmenyelesaikan masalah. Hasil penelitian Saripah(2006:3) mengatakan bahwa penggunaan media dalam perilaku bullying sangat menentukan, survey yang dilakukan kompas memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan film yang

ditontonnya mereka meniru gerakan (64%) dan kata-kata sebanyak (43%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa televisi memiliki peranan penting dalam pembentukan cara berfikir dan perilaku.

Dapat disimpulkan bahwa acara-acara yang tidak mengandung nilai edukatif tidak seharusnya ditayangkan secara “vulgar” di televisi, karena mengingat banyaknya dampak negatif bagi para penontonya khususnya bagi usia produktif. Selain itu, tayangan yang kurang memiliki sisi edukatif akan merubah pola pikir dan mental para penonton khususnya di Indonesia. Program-program acara di televisi saat ini harus diubah agar apa yang diberikan pada program itu dapat diambil sisi positif bagi para penontonnya. Sebagai penonton kita juga harus selektif dalam memilih program-program yang berkualitas dan mendapatkan sisi positifnya, agar kita tidak dapat terpengaruh oleh program-program yang tidak bermakna.

TELEVISIAL 3