• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alkitab itu Allah-sentris (God-centered)

ntuk memahami apa saja dalam Kitab Suci dengan tepat, kita harus memulai dengan memahami bahwa Kitab Suci itu Allah-sentris, yang diungkapkan dengan jelas di Efesus 4:6, “satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan melalui semua dan di dalam semua”; perhatikan keempat “semua”. “Bapa dari semua” dalam konteks ini berbicara tentang Allah sebagai Bapa semua orang beriman. “Di atas semua” (epi pantōn) sama persis dengan yang ada di Roma 9:5 (itu sebabnya Roma 9:5 berlaku kepada “satu Allah dan Bapa”, bukan kepada Yesus sebagaimana diinginkan oleh trinitarian) dan berbicara tentang supremasi dan kekuasaan-Nya di atas semua; “melalui semua” “mengungkapkan hadirat(Nya) yang menyeliputi, menghidupkan, dan menguasai” (The Expositor’s Gk Testament); “di dalam semua” hadirat-Nya berdiam oleh Roh-Nya. J.A. Robinson mengatakannya seperti berikut, “Mahatinggi di atas segalanya, Ia bergerak melalui segala sesuatu, dan diam di dalam segala sesuatu” (Commentary on Efesus, Exposition of the Greek Text). Singkatnya, Ia adalah segalanya atau semuanya dalam setiap hal yang dapat dibayangkan—Ia mutlak segalanya.

Kesegalaan (Allness) ini diungkapkan dengan cara lain di Roma 11:36, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”“Dari”, “oleh”, dan “kepada”—yang melingkupi segalanya.

Maksud dari semuanya ini adalah bahwa mutlak tidak ada apapun dan siapapun yang berada di luar kesegalaan Allah. Apa saja yang ada, ada bagi Dia (“yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan”, Ibr.2:10), oleh karena Dia, dan bergantung kepada

hadirat-Nya yang menopang. Itu berarti, segala sesuatu dan setiap makhluk, besar atau kecil, ada sehubungan dengan Dia, relatif kepada Dia yang sendiri adalah absolut. Tidak ada dua (apa lagi tiga) absolut. Semuanya ini berarti bahwa, sejauh penyataan Kitab Suci, Kristus haruslah dipahami sehubungan dengan “satu Allah dan Bapa dari semua” (Ef.4:6), sekalipun jika hubungannya dengan Dia ada pada tingkatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Berbicara tentang Kitab Suci sebagai “Kristus-sentris” adalah keliru jika ini berarti Kristus merupakan yang absolut dalam dirinya sendiri, yaitu Allah. Tidak mungkin ada dua absolut, kalau tidak, dua-duanya tidak absolut. Untuk alasan yang sama, keabsolutan tidak dapat dibagi antara dua pribadi atau lebih. Dalam Kitab Suci, tidak ada contoh yang memperlihatkan adanya satu “Allah” (entah disebut “Anak” atau “Roh”) yang eksis secara independen dari “Allah dan Bapa yang satu itu” dan setara dengan-Nya. Segala makhluk ada hanya sehubungan dengan Dia, dan secara mutlak tidak mempunyai eksistensi atau fungsi terlepas dari Dia.

Mengingat fakta-fakta ini, pembahasan tentang siapa Yesus dalam dirinya sendiri adalah percuma karena jawabannya hanya bisa ditemukan sehubungan dengan “satu Allah dan Bapa dari semua” (Ef.4:6). Maksudnya, Kristologi itu hal mustahil terlepas dari doktrin umum akan Allah (theology proper), dan tidak ada artinya terlepas dari itu. Hal ini terlihat dari gelar-gelar yang dipakai untuk Kristus dalam PB. Gelar Yesus yang tertinggi, ‘Tu[h]an’ dan ‘Kristus’, keduanya dianugrahkan kepadanya oleh Allah, sebagaimana dibuat jelas dalam pesan pertama yang dikhotbahkan sesudah Pantekosta dan pencurahan Roh (Kis.2:36). Gelar lain pun tidak terkecuali. Ini merupakan sebuah kenyataan yang bukan saja diakui oleh Yesus sendiri tetapi juga dirangkulnya dengan senang hati dan sukacita. Ia selalu menegaskan ketergantungannya, penundukannya, dan komit-mennya yang total kepada sang Bapa (sebagaimana terlihat dengan

jelas dalam Injil Yohanes), sambil terus-menerus mengajar murid-muridnya untuk mengikuti dia dalam melakukan hal serupa.

Pernyataan dari kebenaran-kebenaran Alkitabiah ini sama sekali tidak bermaksud untuk merendahkan Yesus, tetapi untuk mengoreksi perspektif-perspektif yang telah disimpangkan oleh trinitarianisme. Allah telah memilih untuk meninggikan Yesus di atas segalanya, memuliakan dia oleh karena penyangkalan-dirinya yang total di atas salib (Flp.2:6-11), dan kita tidak boleh (ataupun ingin) mengurangi satu iota pun kemuliaan yang telah diberikan Allah. Di sisi lain, kita tidak boleh memberikan kepada Kristus kemuliaan yang hanya menjadi milik Allah dan Bapa yang esa itu sendiri.

Besarnya kemuliaan yang dikaruniakan Allah ke atas Yesus diungkapkan dengan hebatnya di Efesus 1:19-23:

19 dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya yang besar,

20 yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membang-kitkan dia dari antara orang mati dan mendudukkan dia di sebelah kanan-Nya di surga,

21 jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang.

22 Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.

23 Jemaat yang adalah tubuhnya, yaitu kepenuhan dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu (bdk. 4:10).”

Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kakinya. Tetapi kalau dikatakan bahwa "segala sesuatu telah ditakluk-kan," maka teranglah bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak

termasuk di dalamnya. Tetapi kalau segala sesuatu telah

ditaklukkan di bawah Kristus, maka ia sendiri sebagai Anak

akan menaklukkan dirinya di bawah Dia, yang telah

menaklukkan segala sesuatu di bawahnya, supaya Allah

menjadi semua di dalam semua. (1Kor.15:27,28)

Monoteisme Yesus berakar pada monoteisme Perjanjian