• Tidak ada hasil yang ditemukan

sebagai teks-bukti untuk trinitarianisme

Perintah Pertama

Matius 28:19 sebagai teks-bukti untuk trinitarianisme

19 Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Matius 28:19-20)

.A.W. Meyer dalam buku tafsirnya Critical and Exegetical

Handbook of the Gospel of Matthew membahas ayat ini

dengan panjang lebar. Ia mengklaim bahwa meskipun Nama itu berbentuk tunggal, kita “tentu saja” harus membaca kelanjutannya sebagai “dan dalam nama Anak, dan dalam nama Roh Kudus.” Akan tetapi, argumen Meyer ini sebenarnya luar biasa kosong. Untuk sekadar menyatakan bahwa “εἰς τό ὄνομα (eis to onoma, ke dalam Nama), tentu saja, harus dipahami berada juga di depan του υἱοῦ (tou huiou, sang Anak) dan ἁγίου πνεύματος (hagiou pneumatos, sang Roh Kudus)”, adalah serampangan. Bagaimana mungkin sebuah pernyataan penting dibenarkan hanya dengan sebuah “tentu saja”? Apa yang dibuktikan oleh “tentu saja” itu? Tidak apa-apa pun. Namun, ada satu alasan untuk “tentu saja” ini—sebab ini adalah “tentu saja” sejauh menyangkut trinitarianisme, jadi “tentu saja” ini berasal dari dogma trinitaris. Bahkan seorang eksegete seperti Meyer (perhatikan kata “Exegetical” di judul buku tafsirnya) di sini mengizinkan dogma untuk menentukan karyanya, yang saya akui telah saya lakukan juga di masa lalu. Begitulah kuatnya cengkeraman dogma atas kita.

Dalam upaya untuk menyediakan rujukan silang yang menyangga argumentasinya, Meyer mengutip Wahyu 14:1 (“namanya dan nama Bapanya”), akan tetapi, tampaknya ia tidak melihat bahwa ayat ini adalah bukti yang persis bertolak-belakang dengan kesimpulan yang ingin ia buat, karena “namanya” dan “nama Bapanya” disebut secara terpisah di Wahyu 14:1, sedangkan hanya satu nama yang disebut di Matius 28:19. Demikian juga, jika Yesus berniat untuk ketiga nama itu semuanya diucapkan dalam pernyataan baptisan maka ia akan mengatakannya secara eksplisit (seperti di Why.14:1), “dalam nama Bapa, dan dalam nama Anak, dan dalam nama Roh Kudus” (sebagaimana dilakukan di beberapa gereja), atau lebih singkat, “In the names of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit”.

Argumen Meyer ditolak oleh The Expositor’s Greek Testament: “Tidak dikatakan dalam nama-nama, dsb., ataupun dalam nama Bapa, dan nama Anak, dan nama Roh Kudus.—Maka mungkin bisa disimpulkan adanya gagasan ketritunggalan yang membentuk sebuah Kesatuan Ilahi di waktu yang bersamaan. Namun, ini

barangkali membacakan terlalu banyak ke dalam kata-kata itu daripada yang dimaksudkan.” (Bagian tafsir ini ditulis oleh A.B.

Bruce, yang ketika itu menjabat sebagai professor of apologetics, Free Church College, Glasgow, Skotlandia.) Komentar Bruce yang jujur ini (yang saya cetak miring) patut dihargai, karena ia pun seorang trinitarian, akan tetapi dengan jujur ia meragukan bila ayat ini dapat digunakan sebagai argumen untuk gagasan Trinitas itu.

Untuk bersikap adil terhadap Meyer, ia akhirnya mengakui bahwa ayat ini tidak boleh digunakan sehubungan dengan doktrin Trinitas. Ia menulis, “Kita harus berhati-hati dalam memanfaatkan bentuk tunggal ini untuk digunakan secara dogmatis sebagai argumentasi baik untuk mendukung (Basilides, Jerome, Teofilakt) atau menentang (pengikut-pengikut Sabellius) doktrin Trinitas yang

ortodoks.” Ia pun menolak pandangan trinitaris sarjana Jerman yang bernama Gess:

Kita harus sama-sama mewaspadai pandangan Gess, yang berpendapat bahwa Kristus abstain dari menggunakan kata-kata “dari Allah Bapa,” dst. [yaitu, Allah-Anak dan Allah-Roh Kudus] karena ia menganggap gelar Allah itu juga milik Anak dan Roh Kudus.

Mengapa Meyer menolak interpretasi Gess, padahal itu adalah penafsiran lazim dalam ajaran trinitaris? Itu karena sebagai seorang eksegete Meyer menyadari bahwa dalam pengajaran Yesus, “Ia tidak pernah diketahui mengklaim nama θεός (theos, Allah) baik untuk dirinya sendiri maupun untuk Roh Kudus” (kutipan ini diambil dari catatan kaki 1, hlm.302, cetak miring dari dia, transliterasi dan terjemahan dalam kurung dari saya).

Pengamatan Meyer yang terakhir ini: “Ia (Yesus) tidak pernah diketahui mengklaim nama θεός, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk Roh Kudus”, merupakan pengamatan yang sangat penting untuk memahami Yesus dan ajarannya dengan tepat. Fakta inilah yang akhirnya mencegah Meyer dari mempergunakan Matius 28:19 sebagai argumen untuk Trinitas.

Lalu apakah pemahaman Meyer sendiri atas Trinitas sehubungan dengan Matius 28:19? Pandangannya adalah “Nama” (tunggal) itu “dimaksudkan untuk menunjukkan kodrat hakiki dari Pribadi-pribadi atau Jatidiri-jatidiri yang berkaitan dengan baptisan” (hlm.303); tetapi ia juga mengatakan bahwa “Pribadi-pribadi atau Jatidiri-jatidiri” itu tidak setara dalam kedudukan mereka relatif satu sama lain, karena Anak tunduk kepada Bapa, dan Roh tunduk kepada Bapa dan Anak. Jadi mereka berbagi “kodrat hakiki” yang sama (yang juga disebut “hakikat” pada abad ke-3 dan ke-4 dan selanjutnya) tetapi mereka tidak setara. Pandangan ini diungkapkan di berbagai bagian dari keterangan Meyer dalam buku tafsirnya.

Saya mengutip karya Meyer di sini karena, meskipun ia termasuk ke dalam generasi sarjana yang lebih awal, penguasaannya akan Perjanjian Baru Yunani dan pengetahuannya berkenaan dengan Perjanjian Baru Yunani secara umum nyaris tidak dapat disamai. Buku-buku tafsir eksegetisnya sebanyak 20 jilid atas Perjanjian Baru Yunani (aslinya ditulis dalam bahasa Jerman dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris) tersedia dalam edisi cetak ulang baru-baru ini. Masih banyak karya referensi lain yang bisa dikutip dan dibahas, tetapi itu akan melampaui ruang lingkup buku ini.

Namun jika, seperti yang ditunjukkan oleh Prof. A.B. Bruce, lebih banyak yang dibacakan ke dalam Matius 28:19 oleh trinitarian daripada yang dimaksudkan, lalu apa arti yang dimaksud Yesus dalam mengajarkan bahwa murid-murid baru harus dibaptis dalam satu Nama Allah itu? Untuk pertanyaan ini Bruce tidak memberi jawaban. Namun, apakah Tu[h]an membiarkan kita tanpa jawaban? Sama sekali tidak, jawabannya tersedia jika kita menyimak perkataannya dengan saksama, karena itu berkaitan dengan karakter dasariah dari pelayanannya.

Lalu kenapa kita dibaptis ke dalam satu Nama itu? Satu Nama itu dalam Kitab Suci, hanya bisa merujuk kepada Nama Yahweh, yang oleh Yesus secara konsisten dipanggil “Bapa”. Alasan mengapa Yesus hanya menyebut satu Nama di Matius 28:19 mulai terlihat dengan terang ketika kita mulai memahami intisari dari pengajarannya. Pertimbangkan nas-nas berikut:

Yohanes 5:43, “Aku datang dalam nama Bapaku dan kamu