• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arti “Anak Allah” yang diterapkan kepada Yesus

ita sudah melihat bahwa Yesus tidak pernah mengklaim sebagai Allah dalam semua kitab Injil, dan kata “Allah” tidak dipakai untuk mengacu kepadanya di bagian PB selebihnya (kecuali dalam beberapa terjemahan modern, dalam dua atau tiga ayat, kata “Allah” mengacu kepada Yesus; kita akan memeriksa terjemahan-terjemahan itu nanti). Kita pun telah melihat bahwa istilah trinitaris “Allah-Anak” tidak ditemukan di manapun juga dalam Alkitab. Jadi, dari mana datangnya istilah ini? Jawaban singkatnya, tentu saja, istilah ini sebuah ciptaan trinitaris. Istilah ini menjadi populer karena kemiripannya yang menyesatkan dengan gelar “anak Allah” yang memang muncul dalam PB; dalam benak orang-orang yang tidak terlalu tajam pemikirannya, kedua istilah ini dapat dengan mudah menjadi rancu dalam bahasa Inggris. “God the son”

(“Allah-K

Anak”) membalikkan “the son of God” (“anak Allah”) dengan membuang kata “of”. Perubahan-perubahan penting ini kelihatan-nya sepele, terutama untuk bahasa (seperti bahasa Mandarin) yang sintaksisnya memerlukan pembalikan susunan kata dalam proses penerjemahan. Hal ini mungkin juga terjadi dalam bahasa Inggris jika “the son of God” diterjemahkan sebagai “God’s son”; itulah caranya istilah tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin. Namun semirip-miripnya “God’s son” dengan “God the son”, makna keduanya sama sekali berbeda. Tepatnya perbedaan inilah yang dengan mudahnya dilewatkan (terutama oleh orang Kristen rata-rata), sehingga menghasilkan kesalahan serius.

Apa arti “Anak Allah” di dalam PB? Sekilas pandang bukti Alkitabiah menunjukkan bahwa itu adalah sebuah gelar Mesias, Raja Israel yang dinanti-nantikan, yang juga akan menjadi “juruselamat dunia” (Yoh.4:42; 1Yoh.4:14). Ini sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan gagasan trinitaris akan suatu tokoh ilahi yang disebut “Allah-Anak”. Gelar Alkitabiah ini diturunkan dari mazmur Mesianik penting, Mazmur 2, di mana (ay.7) Yahweh berbicara kepada raja Davidik, “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan (yaitu Aku telah menjalin suatu hubungan denganmu seperti hubungan antara Bapa dengan anak; dan semenjak saat itu Raja-Mesias akan bertakhta di bumi dalam Nama Yahweh untuk menaklukkan musuh-musuh kebenaran, bdk. Mzm.2:9; 110:1; 1Kor.15:25-28) pada hari ini (hari pengurapan dan penobatan)”. Frasa Mesianik “Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini” menandakan asal mula frasa “Anak Tunggal Allah” (Yoh.1:18; 3:16) yang sering dikutip oleh trinitarian tanpa mempedulikan asal mulanya, dengan memaksakan makna dogmatis mereka sendiri kedalamnya. Faktanya adalah Mazmur 2:7 berulang-kali diterapkan kepada Yesus dalam Perjanjian Baru:

Kisah 13:33, “telah digenapi Allah kepada kita, keturunan

mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang tertulis dalam mazmur kedua: Engkaulah Anak-Ku! Aku telah menjadi Bapamu pada hari ini.”

Yang menarik dan signifikan tentang ayat ini adalah bahwa kebangkitan Yesus dari antara orang mati dilihat sebagai titik penggenapan Mazmur 2:7, titik di mana ia “diperanakkan” sebagai “anak”, ketika ia diurapi dan dinobatkan sebagai raja.

Menariknya, ayat yang sama diterapkan kepada Yesus di Ibrani 5:5 sehubungan dengan penunjukannya sebagai Imam Besar supaya, seperti Melkisedek (Ibr.7:1), ia menjadi raja dan juga imam:

Ibrani 5:5, Demikian pula Kristus tidak memuliakan dirinya

sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepadanya: “Engkaulah Anak-Ku! Engkau telah menjadi Anak-Ku pada hari ini”…

Dari semua ini jelaslah bahwa “Anak Allah” merupakan sebuah gelar dari sang Mesias dalam Alkitab, dan jangan dirancukan dengan “Allah-Anak” trinitaris itu. Beberapa referensi tambahan sudah cukup untuk menetapkan fakta ini:

Yohanes 1:34, “Aku telah melihatnya dan memberi kesaksian:

Ia inilah Anak Allah.”

Apa maksud Yohanes Pembaptis dengan gelar ‘Anak Allah’? Dari ayat 41 (“Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)” murid-muridnya jelas sekali memahami siapa yang dimaksudkannya.

Yohanes 1:49, Kata Natanael kepadanya: “Rabi, Engkau Anak

Kata-kata di atas menunjukkan bahwa untuk Natanael (dan umat Yahudi umumnya), ‘Anak Allah’ berarti ‘Raja orang Israel’, satu lagi gelar lain dari Mesias.

Kaitan antara Raja keturunan Daud yang dijanjikan itu, sang Mesias, dengan gelar “Anak Allah” juga terlihat jelas dari nas berikut ini di Matius 27:

41 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan dia dan mereka berkata:

42 “Orang lain ia selamatkan, tetapi dirinya sendiri tidak dapat ia selamatkan! Jika ia Raja Israel, baiklah ia turun dari salib itu, maka kami akan percaya kepadanya.

43 Ia mempercayakan dirinya pada Allah: Biarlah Allah men-yelamatkan dia sekarang, jikalau Allah berkenan kepadanya!

Karena ia telah berkata: Aku Anak Allah.”

Hendaknya diingat bahwa nas di atas terdapat dalam Injil Matius, bukan Injil Yohanes, jadi ‘Anak Allah’ di sini tidak mengandung konotasi yang sama dengan yang terdapat dalam Injil Yohanes, dan tentunya dalam Injil Matius sama sekali tidak ada pernyataan klaim kesetaraan dengan Allah. Oleh sebab itu, kita harus menanyakan apa yang dipahami oleh para imam kepala dan ahli Taurat dengan istilah tersebut, dan mengapa mereka mengaitkannya secara sengaja dengan ‘Raja Israel’, meskipun dalam ejekan? Sekali lagi, jawabannya adalah: ‘Anak Allah’ dan ‘Raja Israel’ keduanya adalah gelar mesianik. Namun, mereka menolak Yesus sebagai Mesias Israel; mereka melihat dia sebagai Mesias palsu, dan karena itu, mereka menganggap dia sangat berbahaya secara politik, sebagaimana ditunjukkan oleh sambutan meriah orang banyak ketika Yesus memasuki Yerusalem. Pemerintahan Romawi juga selalu takut akan pemberontakan politik, jadi para pemimpin Yahudi memanfaatkan rasa takut itu, dan mendesak mereka untuk menyalibkan Yesus.

Markus 15:32, “Baiklah Mesias (Kristus), Raja Israel itu, turun

dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.” Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan dia mencela dia juga.