• Tidak ada hasil yang ditemukan

Allah yang penuh anugerah Judul: Allah yang penuh anugerah

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 153-157)

Allah melimpahkan anugerah-Nya kepada siapa pun semata-mata berdasarkan kehendak-Nya dan bukan berdasarkan apa yang dilakukan orang tersebut. Anugerah Allah dapat dibagi menjadi anugerah khusus dan anugerah umum.

Walaupun di pasal 16 Sarai telah melakukan kesalahan dengan memberikan solusi yang tidak sesuai dengan jalan Tuhan, Tuhan tetap mengingat Sarai dan mengganti namanya menjadi Sara. Tuhan menyatakan bahwa ia akan menjadi ibu bagi bangsa-bangsa dan akan melahirkan raja-raja (16). Ketika Abraham meminta kepada Tuhan untuk memilih Ismael (17), Allah menegaskan bahwa anak yang lahir dari Saralah yang akan mewarisi perjanjian Allah dengan Abraham (19). Allah memilih semata-mata berdasarkan kasih karunia dan kedaulatan-Nya. Apa yang Allah janjikan merupakan anugerah khusus karena ini adalah perjanjian yang kekal, yang akan menjadikan keturunan Ishak sebagai umat Allah.

Meski Allah tidak memilih Ismael untuk mewarisi perjanjian-Nya, tetapi dalam kasih karunia-Nya Allah juga memberikan anugerah umum kepada Ismael sehingga ia pun diberkati untuk menjadi bangsa yang besar (20). Jadi, walaupun keturunan Ismael tidak akan menjadi umat Allah dan mendapatkan anugerah khusus dari Allah, bukan berarti bahwa Allah tidak akan memberkati dia beserta keturunannya.

Abraham merespons anugerah Allah dengan menaati perintah-Nya. Ia memanggil Ismael, semua orang yang lahir di rumahnya, dan budak-budaknya untuk melaksanakan sunat (23-27).

Allah kita memang adalah Allah yang penuh dengan kasih karunia dan kemurahan. Ia selalu memberkati, terutama keturunan orang-orang yang berkenan kepada-Nya. Jadi kita tidak perlu heran jika melihat bahwa secara umum manusia tetap diberi anugerah yang berlimpah dari Tuhan. Namun sebagai umat percaya, kita harus sadar bahwa anugerah yang Allah berikan kepada kita merupakan anugerah yang khusus. Karena itu kita perlu mensyukurinya dan mewujudkan rasa syukur kita dengan menjalankan apa yang telah Allah perintahkan.

Diskusi renungan ini di Facebook:

154

Sabtu, 21 Mei 2011

Bacaan : Kejadian 18:1-15

(21-5-2011)

Kejadian 18:1-15

Tiada yang mustahil

Judul: Tiada yang mustahil

Memercayai janji Allah ternyata tidak selalu mudah, terutama ketika situasi tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa janji itu digenapi. Akan tetapi, bukankah esensi iman adalah "bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr. 11:1)?

Walaupun Allah telah berjanji akan memberikan anak kepada Abraham melalui Sara (Kej. 17:16, 19), tetapi Sara sulit untuk percaya. Sebelumnya Sara berpikir bahwa Allah hanya mementingkan keturunan dari Abraham, jadi keturunan itu tidak harus berasal dari rahimnya. Ini bisa dimengerti karena sebelumnya Allah memang tidak menegaskan siapa ibu dari anak Abraham. Namun setelah Allah dengan tegas menolak Ismael dan menegaskan bahwa anak yang dimaksud harus lahir dari rahimnya (Kej. 17:18-19), Sara masih tidak percaya. Ketika Allah mengunjungi

Abraham dan menyatakan bahwa tahun depan Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki, Sara tertawa dalam hatinya karena ia sadar bahwa dirinya telah tua. Selain itu ia telah mati haid (11-12). Jadi bagaimana mungkin ia dan Abraham bisa mendapatkan seorang anak?

Ternyata umat Allah sangat sulit untuk percaya bahwa Allah dapat melakukan apa yang

melampaui pemikiran manusia. Padahal Allah sering melakukan hal-hal yang sulit diterima akal manusia. Ia telah meruntuhkan tembok Yerikho yang kokoh hanya dengan sorak sorai umat Israel, membelah Laut Merah hingga umat Israel bisa menyeberang, atau menghidupkan kembali orang mati. Kita lihat bagaimana Allah dapat melakukan hal-hal yang ajaib. Kita juga dapat lihat bahwa selama tiga generasi, istri dari bapak-bapak leluhur adalah wanita-wanita mandul: Sara, Ribka, dan Rahel.

Kita perlu sadar bahwa kuasa Allah sungguh tidak terbatas. Allah sanggup melakukan apa yang mustahil bagi manusia atau apa yang berada di luar jangkauan pemikiran manusia. Jika Allah hanya melakukan hal-hal yang bersifat rasional, bukankah itu berarti bahwa Ia sama dengan manusia? Sering sekali Allah dengan sengaja membiarkan kita dalam kesulitan yang tidak mungkin kita atasi, supaya kita sadar bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Diskusi renungan ini di Facebook:

155 Minggu, 22 Mei 2011 Bacaan : Mazmur 18:21-30

(22-5-2011)

Mazmur 18:21-30

Keadilan Tuhan

Judul: Keadilan Tuhan

Sepintas bagian ini seperti jawaban terhadap pertanyaan di Mazmur 15:1, "... siapakah yang boleh menumpang di kemah Tuhan dan diam di gunung-Nya yang kudus...?" Apa yang diungkap oleh bagian ini adalah pernyataan pemazmur akan hidupnya yang sesuai dengan firman Tuhan (22-24).

Bila dilepas dari konteksnya, ayat-ayat ini mengesankan kesombongan penulisnya. Dua kali pemazmur mengatakan bahwa Tuhan memperlakukan atau membalas dia sesuai dengan kebenarannya (21, 25). Sebenarnya bagian ini adalah respons pemazmur terhadap panggilan pertobatan yang didengungkan nabi kepada umat Tuhan: "...bilamana kamu mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu, ..." (2Taw. 15:2). Daud pernah mengalami ini. Saat ia jatuh ke dalam dosa perzinaan lalu ditegur oleh Natan, maka respons spontan Daud adalah mengakui dosanya dan bertobat. Natan mewakili Allah langsung menyatakan, "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati" (2Sam. 12:13). Bila Tuhan sudah mengampuni dosa yang diakui dengan tulus, yang disertai wujud nyata menjauhi kenajisan dan menaati hukum Tuhan maka di

hadapan-Nya orang tersebut adalah orang yang berkenan kepada-Nya. Itulah yang diungkap pemazmur di bagian ini. Itulah juga hakikat keadilan Tuhan (26-28). Maka di mazmur ini keberanian pemazmur bukanlah kecongkakan melainkan kesadaran akan anugerah Allah atas dirinya (29-30).

Anak Tuhan sejati memiliki keberanian percaya bahwa hidup yang sudah ditebus oleh Kristus adalah benar di hadapan Bapa. Apa pun tuduhan kepada dia, ia tahu bahwa dirinya milik Allah. Roh Kudus di dalamnya bersaksi bahwa dia anak Allah (Rm. 8:16). Dengan keyakinan itu, anak Tuhan akan bertindak penuh keberanian menentang musuh. Hidupnya menjadi pembuktian bahwa ia benar milik Tuhan, yaitu dengan menjalani hidup yang kudus dan menjauhi segala kejahatan!

Diskusi renungan ini di Facebook:

156 Senin, 23 Mei 2011 Bacaan : Kejadian 18:16-33

(23-5-2011)

Kejadian 18:16-33

Dilatih Allah

Judul: Dilatih Allah

Panggilan Allah bukan berarti umat-Nya secara otomatis menjadi seperti yang dikehendaki Allah. Setelah Allah memanggil kita, maka Allah akan membentuk dan mengasah kita supaya kita semakin mendekati tujuan panggilan kita. Demikianlah dalam nas hari ini kita melihat Allah melatih Abram yang telah diubah namanya menjadi Abraham (bapak bangsa bangsa, Kej. 17:4-5), supaya hidupnya semakin mencerminkan panggilannya sebagai bapak bangsa-bangsa. Telah tiga kali Abraham mendapat kesempatan untuk berbicara kepada Tuhan, dan setiap kali Abraham hanya memikirkan tentang dirinya dan keturunannya (bdk. Kej. 15:2-3, 8, 17:18). Karena itu dengan sengaja Allah memutuskan untuk memberitahu Abraham tentang rencana-Nya menghancurkan kota Sodom (17). Alasan Allah memberitahu Abraham adalah karena Ia telah memilih Abraham untuk menjadi berkat bagi segala bangsa (18-19). Allah ingin Abraham dilatih menjadi seperti panggilannya, yaitu bapak bagi bangsa-bangsa.

Ternyata Abraham memang berdoa, bahkan bernegosiasi dengan Tuhan untuk menyelamatkan Sodom. Ia memberanikan diri untuk meminta Tuhan tidak menghancurkan Sodom jika ada lima puluh orang benar. Sampai akhirnya Allah menyetujui bahwa jika ada sepuluh orang benar, Sodom tidak akan dihancurkan. Terlihat bahwa Allah sudah memiliki rencana sendiri dalam menyelamatkan Lot, kerena jika Allah hanya mengikuti apa yang diminta Abraham, Lot pasti akan binasa bersama Sodom karena tidak ada sepuluh orang benar di Sodom. Jelas sekali tujuan Allah melatih Abraham adalah untuk memfungsikan dirinya sebagai pendoa bagi bangsa-bangsa. Setelah peristiwa ini lewat, untuk pertama kalinya Allah menyebut Abraham sebagai "nabi" (Kej. 20:7) karena Abraham telah terlatih untuk menjadi pendoa bagi bangsa-bangsa lain.

Kita perlu menyadari bahwa Allah terus melatih kita dengan tujuan membentuk kita agar sesuai dengan panggilannya bagi kita. Maka kita perlu belajar peka terhadap setiap bentuk pelatihan dari Tuhan. Jangan sia-siakan setiap kesempatan yang Tuhan berikan dengan menaati kehendak-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:

157

Selasa, 24 Mei 2011

Bacaan : Kejadian 19:1-11

(24-5-2011)

Kejadian 19:1-11

Orang benar di tengah orang fasik

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 153-157)