• Tidak ada hasil yang ditemukan

Allah yang setia dan peduli Judul: Allah yang setia dan peduli

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 167-172)

Setelah kita melihat konsistensi dan kesetiaan Tuhan ditunjukkan kepada Abraham dan Sara di perikop sebelumnya, dalam perikop yang kita baca hari ini kita menyaksikan bahwa konsistensi dan kesetiaan Tuhan melampaui batas yang mungkin dikehendaki Sara. Karena Tuhan

memberikan janji bahwa Abraham akan menjadi bapak banyak bangsa, maka ia menganggap bahwa janji itu boleh terpenuhi melalui Ismael yang terlahir dari rancangan Abraham dan Sara. Namun Allah tetap pada rencana-Nya. Kelahiran Ishak kemudian mengubah anggapan dan perasaan Sara terhadap Ismael.

Allah bertindak sebagai penengah antara Sara yang ingin mengusir Hagar dan Ismael di satu sisi, dengan Abraham yang tetap menyayangi Ismael, karena bagaimana pun Ismael adalah anak kandungnya (11). Allah menghibur Abraham dengan membantu dia berfokus pada jangka panjang, yaitu pada terpenuhinya janji Allah melalui Ishak, tetapi Allah juga tetap akan menjaga kehidupan Ismael sesuai janji yang telah Dia buat sebelum Abraham dan Sara mengikuti rencana mereka sendiri (bdk. 15:5).

Kekuatan Abraham sebagai seorang ayah sangatlah terbatas. Ia tidak bisa selamanya menjadi ayah bagi Ismael. Ketika Hagar dan Ismael dikirimnya pergi, ia bahkan hanya bisa membekali mereka dengan bekal yang sangat terbatas (14), tetapi pemeliharaan Allah tak mengenal batas. Allah memelihara hidup Ismael, dalam pemenuhan janji-Nya kepada Abraham. Bukan cuma dengan pemeliharaan sesaat pada saat mereka kehabisan air di padang gurun, tetapi hingga ia menjadi pria dewasa (bnd. 20-21), bisa menafkahi dirinya sendiri serta berkeluarga.

Melalui perikop ini kita melihat karakter Allah yang setia dan konsisten, tidak terbatasi oleh harapan dan kemauan manusia. Ia juga adalah Allah yang peduli dan memelihara umat-Nya. Bahkan di tengah keterbatasan dan kebandelan manusia, Allah tetap teguh dengan janji dan rencana-Nya. Kepada Allah yang demikianlah kita beriman. Dan sebagai umat-Nya, kisah ini diberikan sebagai sebuah teladan untuk diikuti dan dijalani di hadapan-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:

168 Sabtu, 4 Juni 2011 Bacaan : Kejadian 21:22-34

(4-6-2011)

Kejadian 21:22-34

Langkah iman

Judul: Langkah iman

Perikop hari ini mengontraskan Kejadian 20:11, ketika Abraham meragukan integritas dan moralitas orang-orang Gerar di wilayah Filistin. Karena Abraham mengira orang-orang Gerar tidak takut akan Allah, maka ia bertindak sesuai prasangkanya itu, yaitu dengan menurunkan standar moralitasnya. Namun dengan cara yang memalukan, ia terbukti salah dan Raja Abimelekh pun menuntut penjelasan Abraham atas moralitasnya (Kej. 20:10).

Setelah melalui proses pembentukan lebih jauh dan telah melihat penyertaan Tuhan dalam

hidupnya, Abraham memberi kesaksian yang baik bagi orang-orang Filistin. Raja Abimelekh dan Panglima Pikhol menghampiri Abraham dan mengakui bahwa Abraham disertai Tuhan (22). Lebih dari sekadar perjanjian, kita bisa melihat awal pemenuhan janji Tuhan bahwa Abraham akan menjadi bangsa yang besar (Kej. 12:2) dengan kedatangan sebuah negara untuk mengikat perjanjian dengan dia.

Selanjutnya di ayat 27-30 kita melihat ujian atas karakter Abraham. Janji Tuhan bahwa ia akan memiliki tanah itu tidak membuat Abraham bertindak semena-mena dalam pertikaian yang terjadi. Ia tetap rendah hati dan mencari jalan damai, bahkan menyerahkan hewan-hewan yang berharga layaknya seorang penduduk membayar upeti kepada penguasanya (bdk. Rm. 12:18). Padahal ia punya kekuatan untuk berkonfrontasi terhadap negara yang mulai takut padanya itu (bdk.Kej. 14:1-16).

Dalam perikop ini kita melihat "akhir" perjalanan-iman Abraham. Ia telah memiliki anak dan telah tiba di negeri yang dijanjikan Tuhan akan dimiliki keturunannya (bdk. Kej.15:13-16). Pengembaraannya telah berakhir dan ia menetap di Filistin seraya menanam pohon tamariska yang besar dan mendirikan mezbah untuk Tuhan. Ini ekspresi imannya bahwa ke tanah itulah Tuhan sudah memanggil dia dan di tanah ini Tuhan akan memenuhi janji-Nya kepada

keturunannya.

Berkaca dari kelak-kelok dan naik-turun perjalanan iman Abraham, beranikah kita mengambil langkah-iman yang Tuhan tuntut dari kita, ketika Ia memanggil kita?

Diskusi renungan ini di Facebook:

169 Minggu, 5 Juni 2011 Bacaan : Mazmur 19

(5-6-2011)

Mazmur 19

Kemuliaan Allah

Judul: Kemuliaan Allah

Apa yang Bukan dan apa yang Ya dari Mazmur ini? Mazmur ini bukan pembuktian bahwa Allah ada karena alam semesta membuktikannya (2-7) dan Allah ada karena hati nurani dan nilai-nilai moral (Taurat) yang dirujuk manusia, terutama Israel (8-15).

Ya! Mazmur ini adalah proklamasi pemazmur akan Allah yang menyatakan diri-Nya lewat karya ciptaan-Nya dan lewat hukum Taurat-Nya. Keduanya bukan hal yang terpisah melainkan satu paket penyataan Allah yang komprehensif. Pemazmur secara sederhana menguraikan

pengamatannya akan kegiatan alam dalam kesehariannya: matahari terbit dan terbenam, siang dan malam silih berganti (2-7). Semua itu menandakan Sang Pencipta dan Perancang sempurna. Dosa mengaburkan tanda-tanda tersebut, sehingga yang terjadi adalah matahari disembah dan alam didewakan.

Pemazmur melanjutkan pengamatannya kepada Taurat (8-12) yang secara spesifik diberikan Tuhan kepada umat-Nya, tetapi juga yang kemudian menetap dalam hati saat dibaca dan direnungkan serta dipraktikkan (15). Taurat merupakan petunjuk objektif mengenal Tuhan dan kehendak-Nya agar manusia hidup serasi dengan Dia, selaras dengan alam, serta harmonis dengan sesama. Sekali lagi dosa membutakan mata rohani hingga orang tidak mengerti apalagi sanggup menerapkan kehendak Tuhan. Maka pemazmur berdoa (13-14) agar dirinya terbebas dari pelanggaran dan kesalahan.

Alam memberikan tanda keberadaan Allah, Alkitab menjelaskan keberadaan Allah. Hati yang dipenuhi dengan kekaguman dan ketundukan kepada Allah menjadi kesaksian akan keberadaan Allah di dalam hidup anak-anak Tuhan. Kristus yang dinyatakan dalam Alkitab memerdekakan hati dan pikiran kita dari kesesatan dan tipu daya Iblis yang hendak merampas pengenalan yang benar akan Allah, Sang Pencipta dan Sang Penebus. Jangan biarkan diri kita disesatkan. Baca Alkitab dan saksikan Allah kepada dunia ini!

Diskusi renungan ini di Facebook:

170 Senin, 6 Juni 2011 Bacaan : Kejadian 22:1-19

(6-6-2011)

Kejadian 22:1-19

Tuhan-yang-menyediakan-pengganti

Judul: Tuhan-yang-menyediakan-pengganti

"Keesokan harinya pagi-pagi" adalah sebuah frase yang berulang dalam kisah Abraham, sebuah kisah ketaatan Abraham bahkan di saat-saat sulit dalam hidupnya. Ketika Tuhan berbicara, Abraham menaatinya pada kesempatan pertama (bdk. Kej. 21:14). Di dalam narasi ini kita melihat kisah ketaatan yang luar biasa pada kedua tokoh di dalamnya, yaitu Abraham dan Ishak, anaknya.

Sementara Abraham dikenal sebagai Bapak Orang Beriman, di sini untuk pertama kalinya dikisahkan ketaatan Ishak sebagai seorang dewasa. Kita tahu bahwa Ishak sudah dewasa karena ayat 6 mengatakan "Abraham ... memikulkannya ke atas bahu Ishak ...." Hanya lelaki dewasa yang bahunya sudah bertumbuh kokoh yang bisa memikul barang di atas bahunya. Ishak pada saat ini sudah berusia 20-an tahun sementara Abraham 120-an tahun. Namun Ishak menuruti ayahnya dan tidak melawan, kendati perjalanan berhari-hari tentu menyediakan banyak sekali kesempatan untuk bercakap-cakap. Tentu bukan perkara mudah bagi Abraham untuk

menanggung pikiran bahwa anak tunggalnya harus dijadikan korban bakaran, walaupun kita tahu ia berpikir bahwa Allah akan membangkitkan Ishak kembali dari kematian (bdk. Ibr. 11:17-19). Di sini, mereka menunjukkan kepatutan karakter mereka menjadi leluhur orang beriman.

Di luar kelazimankah permintaan Tuhan agar Abraham mengorbankan Ishak? Ternyata tidak. Hal itu dilakukan banyak bangsa pada masa itu (2Raj. 3:27, bdk. Im. 18:21, Ul. 12:31, Mzm.

106:37, Yeh. 20-21). Jadi permintaan Tuhan ini pada awalnya mungkin bukan sesuatu yang

mengejutkan Abraham, yang berasal dari lingkungan yang tidak mengenal Tuhan. Namun elemen yang paling mengejutkan dalam kisah ini justru ada di ayat 13-14, mengenai penyediaan korban pengganti untuk anak yang seharusnya mati. Di sinilah kita temukan kisah penebusan yang otentik dari Tuhan, yang tidak dikenal oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan-yang-hidup, Tuhan-yang-menyediakan-pengganti dan Tuhan-yang-menggantikan. Terpujilah nama Tuhan!

Diskusi renungan ini di Facebook:

171

Selasa, 7 Juni 2011

Bacaan : Kejadian 22:20-24

(7-6-2011)

Kejadian 22:20-24

Kualitas orang beriman

Judul: Kualitas orang beriman

Hidup di tengah orang asing tidaklah mudah, apalagi pada masa Abraham ketika komunikasi jauh lebih terbatas. Sebab itu Abraham hanya memiliki akses yang terbatas pada perkembangan keluarga dan kaum kerabatnya. Di dalam perikop ini, setelah puluhan tahun Abraham

meninggalkan keluarga besarnya baru dikisahkan lagi perkembangan keluarganya. Nahor, satu-satunya saudara laki-lakinya yang masih hidup (Kej. 11:27-29), telah mempunyai 12 orang anak laki-laki, 8 orang anak berasal dari istrinya yang masih keluarganya dan 4 orang anak berasal dari gundiknya.

Ayat 21 menerangkan bahwa dari keluarga besar inilah akan dilahirkan orang-orang Aram. Poin penting dari perikop ini adalah perannya sebagai latar bagi kelanjutan kisah keluarga Abraham. Di dalam perikop sebelumnya, kita mendapati sebuah konfirmasi bagaimana Abraham dalam kehidupan imannya berulang kali menunjukkan ketaatan yang luar biasa dan kesigapan untuk bertindak dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah.

Abraham telah melihat cara hidup bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, tetapi ia telah menerima janji Allah bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar dan menjadi berkat bagi semua bangsa di bumi (Kej. 22:17-18). Dan bagian dari paket panggilan itu adalah untuk menjadi berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Sebagai ayah, tugas Abraham adalah untuk meneruskan proses estafet panggilan dan pembentukan jati diri sebagai orang beriman itu kepada anaknya, Ishak, yang juga telah menunjukkan kualitas sebagai seorang beriman (Kej. 22:1-19). Sebagai seorang yang telah ditebus, Ishak akan menjadi penerus perjanjian Allah dengan Abraham. Sebagai ayah, Abraham akan memastikan bahwa sang penerus perjanjian ini akan mendapatkan pasangan yang terbaik, yang berkenan kepada Allah, dan yang akan dipakai Allah juga untuk meneruskan garis keturunan perjanjian ini. Karena alasan-alasan inilah maka

keturunan Nahor menjadi penting untuk dipaparkan sebagai jembatan kepada babak berikutnya dalam kehidupan bapak-bapak leluhur bangsa Israel ini.

Diskusi renungan ini di Facebook:

172

Rabu, 8 Juni 2011

Bacaan : Kejadian 23:1-20

(8-6-2011)

Kejadian 23:1-20

Iman yang melampaui keterbatasan

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 167-172)