• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minta keadilan pada Tuhan Judul: Minta keadilan pada Tuhan

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 57-60)

Waktu orang Kristen difitnah atau dituduh melakukan kejahatan yang tidak dia perbuat, bagaimana ia harus bersikap? Apa perlu pergi ke pengacara untuk membela perkaranya di pengadilan? Atau perlukah menggugat pihak yang mencemarkan nama baiknya?

Nama baik pemazmur dicemarkan, ia difitnah dan dikejar musuh yang bertekad menghancurkan dia. Bagaimanakah pemazmur bereaksi terhadap tuduhan keji itu? Keyakinan pemazmur bahwa dia tidak bersalah dituangkan dalam keberaniannya untuk meminta keadilan dari Tuhan.

Pemazmur percaya bahwa Tuhan adalah Hakim adil, yang bukan hanya memeriksa perkara perseorangan, tetapi juga perkara bangsa-bangsa (8-9). Dia pasti menghukum orang bersalah dan membela orang benar (11-12). Pertama-tama, ia meminta supaya Tuhan sendiri yang memeriksa perkaranya (4, 5, 9). Jika ia bersalah dan tuduhan mereka yang memfitnah itu ternyata benar, biarlah ia menerima hukuman setimpal. Biarlah mereka yang menuduh dia menjadi alat Allah untuk menghakimi dia (6). Pemazmur juga meminta agar keadilan Allah juga diberlakukan atas para musuhnya. Biarlah terbukti siapa yang salah dan siapa benar. Biarlah orang yang bersalah menerima pembalasan setimpal (10, 13-17).

Dunia tidak menyukai kebenaran karena kebenaran seperti terang yang menelanjangi kegelapan. Selama kita hidup benar maka permusuhan, fitnah, bahkan aniaya akan kita hadapi. Jangan takut karena Allah tahu membela umat-Nya dari perlakuan tidak adil dan semena-mena. Yang penting kita harus menjaga diri agar kebenaranlah yang selalu kita junjung tinggi. Juga disertai kasih, sehingga isi doa kita bukan semata pembalasan, tetapi pengampunan. Maka hiduplah sedemikian rupa sehingga orang-orang yang membenci dan memfitnah kita, tidak dapat menemukan

58 Senin, 14 Februari 2011 Bacaan : Lukas 10:21-24

(14-2-2011)

Lukas 10:21-24

Mari bersyukur

Judul: Mari bersyukur

Menurut Tuhan Yesus, alasan sukacita terbesar yang harus dimiliki oleh seseorang adalah karena namanya terdaftar di surga. Itulah yang terutama, karena itulah yang menentukan apakah

seseorang akan mengalami hidup kekal atau binasa kekal kelak.

Yesus sendiri bersukacita karena keselamatan manusia, karena Allah Bapa berkenan menyatakan dan menganugerahkan keselamatan itu kepada orang-orang yang Dia pilih. Kedaulatan Allah nyata dalam keselamatan manusia karena orang-orang yang semula diharapkan dapat mengenali Yesus sebagai Mesias, ternyata tidak dapat. Padahal mereka adalah orang-orang yang

mempelajari dan memahami Taurat, yaitu orang-orang yang diakui sebagai orang bijak dan orang pandai (21). Sementara yang dianggap sebagai orang kecil, yaitu orang-orang yang tidak terdidik dalam hal keagamaan, justru menyambut Sang Mesias. Bapa sendiri bersuka juga karena keselamatan manusia yang terjadi melalui Kristus.

Bila sebelumnya Yesus berkata bahwa para murid seharusnya bersukacita karena nama mereka tertulis di surga, kini Yesus memberikan alasan lain mengapa mereka bersukacita atas

keselamatan mereka. Yaitu karena mereka memperoleh hak istimewa untuk mengenal Yesus sebagai Mesias dan menerima anugerah keselamatan. Padahal begitu banyak orang yang menantikan Sang Mesias serta berusaha mendapat keselamatan itu, tetapi mereka tidak bisa menemukannya.

Melalui ucapan syukur Tuhan Yesus kita belajar tentang betapa pentingnya keselamatan manusia dalam rancangan karya Allah bagi manusia. Betapa berharganya manusia di mata Allah sehingga Bapa bersedia mengurbankan Anak-Nya dan Anak bersedia mengurbankan diri-Nya karena kehendak Bapa. Sudahkah kita menyadari betapa mahalnya harga yang harus dibayar Bapa dan Anak demi keselamatan kita? Sudahkah kita menghargai keselamatan itu dengan menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah sama seperti Tuhan Yesus telah menyerahkan diri-Nya secara utuh karena kita?

59 Selasa, 15 Februari 2011 Bacaan : Lukas 10:25-37

(15-2-2011)

Lukas 10:25-37

Pelaku kebenaran

Judul: Pelaku kebenaran

Kesombongan dan ingin pamer diri di hadapan Yesus tampaknya menguasai ahli Taurat dalam bacaan ini. Mungkin dia ingin menunjukkan bahwa keahliannya menguasai Taurat

memperlihatkan kesalehan dan kedekatan hubungan-nya dengan Allah. Namun jawaban Yesus atas pertanyaan-nya yang kedua menohok ke dalam titik permasalahan yang sebenarnya bercokol di dalam dirinya.

Ada perbedaan besar antara dua pemimpin agama dengan si orang Samaria, yaitu dalam hal belas kasihan. Ketika dua orang pemimpin agama Yahudi melihat orang yang mengalami kerampokan itu, mereka justru berusaha menghindari dia. Seolah takut dilibatkan, takut terkena risiko, dan ada banyak ketakutan lain. Padahal keduanya adalah orang yang biasa mengajarkan perilaku yang baik sesuai ajaran agama. Namun orang Samaria, yang dianggap rendah oleh orang Yahudi, hatinya tergerak oleh rasa belas kasihan. Ia tidak memikirkan segala risiko maupun konsekwensi yang mungkin muncul bila ia menolong korban perampokan itu. Dan ini terlihat ketika ia sampai merogoh kocek demi perawatan korban perampokan itu.

Lalu apa yang ingin diajarkan Yesus kepada ahli Taurat itu melalui kisah orang Samaria? Perumpamaan yang Yesus sampaikan sesungguhnnya merupakan sebuah teguran bahwa yang berkenan di hadapan Tuhan bukanlah orang yang merasa diri menguasai Taurat, tetapi

bagaimana dia hidup berdasarkan kebenaran itu sendiri. Sebab itu marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri, sudah seberapa salehkah kita menurut diri kita sendiri? Seberapa aktifkah kita dalam kegiatan pelayanan kerohanian, baik di gereja atau pun di tempat lain? Seberapa rajinkah kita beribadah? Dan sudahkah semuanya itu terlihat dalam perilaku dan kehidupan kita sehari-hari? Melalui perumpamaan ini Tuhan ingin mengajarkan bahwa kasih kita kepada Allah akan terwujud melalui kasih kita kepada orang lain. Iman kita kepada Allah akan terlihat juga melalui bagaimana kita menjadi pelaku-pelaku kebenaran.

60

Rabu, 16 Februari 2011

Bacaan : Lukas 10:38-42

(16-2-2011)

Lukas 10:38-42

Dikepung musuh? Siapa takut!

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 57-60)