• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bukan sekadar mengenang Judul: Bukan sekadar mengenang

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 115-118)

Perikop hari ini merupakan salah satu bagian firman Tuhan yang sangat dikenal oleh kita semua, baik dalam acara perjamuan kudus di kebaktian hari Minggu maupun peringatan Jum�at

Agung. Khususnya ayat 19-20, selalu dibacakan bahkan diulas. Walaupun sebenarnya yang lebih sering dibacakan dalam sakramen tersebut adalah dari 1 Korintus 11:23-25.

Pada permulaan perjamuan, Tuhan Yesus menyatakan kepada para murid bahwa perjamuan Paskah yang mereka laksanakan merupakan perjamuan terakhir sebelum kematian dan kebangkitan-Nya (16, 18). Di dalam kemahatahuan-Nya, Tuhan Yesus sadar bahwa sesaat setelah peristiwa ini, diri-Nya harus mengalami "perpisahan" dengan para murid (15).

Salah satu pernyataan Yesus yang menarik untuk direnungkan adalah kata "peringatan" (19). Dalam bahasa asli, istilah yang digunakan merujuk pada peringatan khusus terhadap suatu peristiwa yang memiliki ikatan dan pengaruh hingga saat ini. Yesus ingin menunjukkan bahwa peristiwa perjamuan akhir harus diingat secara khusus dari waktu ke waktu untuk mengukuhkan ingatan terhadap pengurbanan yang akan Ia lakukan kemudian.

Apa yang patut diingat dari peristiwa tersebut, sehingga ditetapkan menjadi salah satu dari sakramen gereja? Yaitu, anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan Yesus kepada setiap manusia yang beriman kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juru selamat. Oleh karena pengurbanan Tuhan Yesus di kayu salib itulah keselamatan tanpa syarat diterima oleh setiap orang yang percaya.

Di minggu sengsara kelima ini apakah persiapan hati kita mengenang pengurbanan-Nya di kayu salib? Jangan jadikan Perjamuan Kudus, baik yang dilaksanakan gereja secara berkala maupun saat Jumat Agung atau hari Paskah, menjadi sekadar rutinintas belaka. Ingatlah kembali kasih-Nya yang begitu besar sehingga rela mengurbankan diri-kasih-Nya untuk hidup kita. Kembalilah bertekad untuk mempersembahkan hidup kita sepenuhnya menjadi alat anugerah-Nya buat orang-orang di sekeliling kita yang masih berada di dalam belenggu dosa!

Diskusi renungan ini di Facebook:

116 Rabu, 13 April 2011 Bacaan : Lukas 22:24-38

(13-4-2011)

Lukas 22:24-38

Melayani

Judul: Melayani

Kami siap melayani Anda" begitulah janji sebuah perusahan penyedia jasa layanan perjalanan melalui iklannya. Iklan tersebut merupakan sedikit dari banyak iklan yang berbicara mengenai pelayanan yang dijanjikan. Bukan hanya di dunia bisnis, model kepemimpinan yang melayani juga menjadi salah satu tren dalam dunia kepemimpinan modern.

Padahal jauh sebelum itu, model kepemimpinan yang melayani sudah diajarkan oleh Yesus kepada para murid-Nya (26). Hal ini terlihat dengan jelas ketika Yesus menanggapi perdebatan di antara para murid mengenai siapakah yang paling hebat di antara mereka (24). Sungguh memprihatinkan! Di tengah situasi menjelang perpisahan dengan Tuhan Yesus karena peristiwa salib yang akan terjadi, para murid justru memperdebatkan hal yang tidak pantas. Bukan hak mereka mempersoalkan siapa yang terbesar dan layak menjadi pemimpin di antara

mereka.Kristus telah memberikan teladan kepada mereka dengan memposisikan diri sebagai pelayan (27). Dialah yang memiliki otoritas dan hak untuk itu (29).

Dalam kehidupan pelayanan, terkadang kita tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain dalam masalah keberhasilan melayani. Atau kita lebih suka memilih pelayanan dengan hierarki yang tinggi agar dapat menyuruh dan bukan disuruh. Atau kita lebih mengerjakan hal-hal besar, yang bakal dikagumi orang dibandingkan mengerjakan hal-hal-hal-hal yang dianggap remeh. Padahal justru di situlah letak kegagalan kita, seperti yang diingatkan Yesus kepada Petrus (31). Tuhan Yesus mengingatkan para murid bahwa saat krisis menimpa mereka, adalah penting memperlengkapi diri dengan senjata rohani (36-37). Sayang sekali para murid memahaminya sebagai senjata jasmani (38). Semua itu terjadi karena mereka terjebak pada model

kepemimpinan duniawi.

Sebagai pengikut Kristus, mari kita mengevaluasi diri. Adakah kita menerapkan prinsip

pelayanan yang meneladani Tuhan Yesus, atau terjebak pandangan modern yang mengutamakan hak dan kuasa? Kiranya kita meneladani Kristus, memimpin melalui melayani.

Diskusi renungan ini di Facebook:

117

Kamis, 14 April 2011

Bacaan : Lukas 22:39-46

(14-4-2011)

Lukas 22:39-46

Walau cawan pahit

Judul: Walau cawan pahit

Seberat apakah pergumulan Tuhan Yesus di taman Getsemani? Lukas melukiskan dengan jelas dalam perikop kita kali ini. Begitu berat sehingga Yesus berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku" (42). Ibarat orang yang diperhadapkan pada secawan racun yang harus dia minum, Yesus meminta kepada Bapa agar cawan penderitaan yang harus Dia hadapi, bila mungkin, dihindarkan dari-Nya. Begitu berat pergumulan Tuhan Yesus,

sehingga Lukas mencatat bahwa keringat-Nya seperti tetesan darah (44). Begitu gentar perasaan Tuhan Yesus sehingga malaikat pun tampil untuk memberikan kekuatan (43).

Apa yang berat dari pergumulan tersebut? Dari sisi kemanusiaan-Nya, Ia sedang menghadapi penderitaan yang berujung kematian. Namun Yesus sadar, kematian-Nya itu diperlukan untuk penyelamatan manusia berdosa. Tidak ada cara lain kecuali mati di salib menggantikan hukuman dosa umat manusia. Lebih dari itu, sebagai sosok Ilahi, Yesus harus menanggung dosa umat manusia di atas salib. Allah yang tidak mengenal dosa, dibuat menjadi seperti berdosa (2Kor. 5:21). Namun itulah kehendak Allah Bapa demi keselamatan umat manusia yang Dia kasihi. Beban semakin bertambah karena para murid, yang diharapkan memberi dukungan moral dan rohani, justru tertidur dalam dukacita (45).

Di mana letak kemenangan Yesus? Saat Ia berani menaklukkan kehendak diri-Nya di bawah kehendak Bapa! Tuhan Yesus bukan sekadar tahu bahwa tidak ada jalan lain, tetapi Ia juga tahu bahwa itulah yang Bapa inginkan. Relasi-Nya dengan Allah Bapa menjadi kekuatan untuk taat pada kehendak Bapa.

Saat anak Tuhan menghadapi ujian seperti yang Yesus hadapi, ia harus berani menaklukkan kehendaknya kepada Allah. Maka pada saat itulah kemenangan terjadi. Allah tidak pernah keliru menetapkan rencana dan kehendak-Nya atas hidup kita. Maka jangan pernah meragukan Dia. Percayalah, waktu Allah mengizinkan kita meminum cawan pahit, Kristus akan hadir menyertai dan memampukan kita meminumnya.

Diskusi renungan ini di Facebook:

118

Jumat, 15 April 2011

Bacaan : Lukas 22:47-53

(15-4-2011)

Lukas 22:47-53

Tuhan tak perlu dibela

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 115-118)