• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berhati-hati dengan keinginan Judul: Berhati-hati dengan keinginan

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 142-146)

Manusia diperlengkapi Tuhan dengan keinginan dan kehendak. Hal ini melahirkan dorongan-dorongan tertentu dalam diri manusia untuk menghendaki dan melakukan sesuatu. Kreativitas juga tercipta melalui keinginan dan kehendak. Tanpa adanya keinginan atau kehendak, manusia tidak punya dorongan untuk melakukan kreasi dan inovasi.

Sebagai anugerah dari Tuhan, tentu saja manusia harus menyukuri hal ini. Tidak semestinya manusia menyalahgunakannya untuk hal-hal yang tidak mempermuliakan nama Tuhan, seperti yang ditunjukkan dalam bacaan Alkitab pada hari ini. Sebab apabila hal itu terjadi maka Tuhan sendiri yang akan turun tangan meminta pertanggungjawaban kita.

Kisah menara Babel memperingatkan kita agar tidak salah menggunakan keinginan dan

kehendak kita. Dikisahkan bahwa setelah peristiwa air bah, manusia merencanakan sesuatu, yang lahir dari keinginan mereka "mencari nama agar jangan terserak ke seluruh bumi" (4b).

Keinginan tersebut mendorong mereka untuk membuat sebuah kota dengan sebuah menara yang menjulang tinggi sampai ke langit. Upaya pembangunan tersebut tentu saja memerlukan keahlian dan keterampilan. Lalu mereka memulai pembangunan hingga Allah sendiri kemudian turun tangan dan menghentikan kegiatan tersebut karena tidak sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya. Tuhan mengacaukan pekerjaan manusia tersebut dan menyerakkan mereka ke seluruh bumi (7). Alangkah sia-sia usaha mereka pada saat itu!

Kita memiliki kehendak dan keinginan yang tiada batas. Namun tidak semua keinginan tersebut sesuai dengan kehendak Allah. Inilah yang harus kita waspadai. Karena keinginan tersebut bisa saja merupakan cobaan, yang manakala telah dibuahi, dapat melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut (Yak. 1:14-15). Hendaknya setiap keinginan yang kita miliki selalu berupa hasrat untuk memuliakan nama Tuhan dalam kehidupan kita sekaligus menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:

143

Selasa, 10 Mei 2011

Bacaan : Kejadian 11:10-26

(10-5-2011)

Kejadian 11:10-26

Bertekun, setia, taat

Judul: Rencana dan pilihan Tuhan

Daftar keturunan Sem di dalam perikop yang kita baca ini didahului oleh peristiwa pembangunan menara Babel yang dilakukan oleh sebagian dari keturunan Nuh. Kita tahu bahwa kemudian Tuhan menghukum dengan mengacau balaukan mereka dan membuat mereka terpencar-pencar ke seluruh penjuru bumi.

Walau penghukuman Allah telah menimpa Babel dan riwayat kota itu telah berakhir, tetapi janji Allah kepada Nuh tidak sirna. Nuh dan sebagian keturunannya akan tetap memegang janji itu. Karena itu masih ada orang-orang yang setia kepada Tuhan, yang tidak ikut-ikutan dalam peristiwa yang merupakan pemberontakan terhadap Tuhan itu.

Sem adalah anak Nuh yang dikhususkan Allah untuk menghasilkan keturunan Ilahi yang menjadi berkat bagi banyak orang. Perikop yang kita baca hari ini menampilkan daftar keturunan Sem yang tidak muncul dalam bagian sebelumnya (Kej. 10:1-32). Di perikop ini, silsilah Sem ditampilkan lebih terinci. Disebutkan bahwa Selah memperanakkan Eber, dan Eber kemudian memiliki dua orang anak yang bernama Yoktan dan Peleg. Silsilah keturunan Yoktan telah dituliskan sebelumnya bersama-sama dengan silsilah keturunan Ham dan Yafet. Nama Yoktan sendiri malah sama sekali tidak muncul pada perikop ini. Penulis lebih fokus menyajikan daftar keturunan Peleg secara terinci yang berakhir pada Abram, Nahor, dan Haran (26). Ini

mengindikasikan bahwa silsilah ini merupakan gambaran generasi yang dipersiapkan Allah untuk sebuah rencana yang telah Dia persiapkan. Seperti kita baca dalam kisah selanjutnya bahwa Abraham merupakan orang pilihan Allah untuk menjadi bapak dari sejumlah besar bangsa.

Daftar keturunan Sem ini memperlihatkan bahwa murka Allah bukan dimaksudkan untuk meniadakan janji-Nya. Janji-Nya kepada umat-Nya akan tetap tergenapi dan Ia akan memilih orang-orang yang tepat untuk itu, yaitu orang-orang yang setia kepada Dia.

Kiranya pilihan Tuhan atas kita membuat kita untuk tetap bertekun dalam kesetiaan iman kita kepada Dia.

Diskusi renungan ini di Facebook:

144 Rabu, 11 Mei 2011 Bacaan : Kejadian 11:27-12:9

(11-5-2011)

Kejadian 11:27-12:9

Langkah iman

Judul: Langkah iman

Dalam kehidupan sebagai orang percaya, kita kerap diperhadapkan pada situasi-situasi yang dilematis, khususnya yang menyangkut masa depan kita. Dalam keadaan seperti itu, keraguan dan kebimbangan akan sering menggelayuti pikiran kita ketika kita harus menentukan pilihan apa yang harus kita ambil atau keputusan apa yang harus kita berikan. Kita bingung karena kita sama sekali tidak memiliki gambaran tentang apa yang akan terjadi ke depan. Di sinilah

dibutuhkan kepekaan dan keberanian untuk meminta Tuhan menunjukkan kepada kita apa yang harus kita lakukan. Iman yang besar merupakan pijakan kita untuk meyakini bahwa apapun yang Tuhan putuskan untuk kita lakukan, itu merupakan hal yang terbaik.

Abram berasal dari keluarga mapan. Terah, sang ayah, begitu mengayomi keluarganya sehingga ketika memutuskan untuk pindah dari Ur-Kasdim, dia membawa serta seluruh anggota

keluarganya (11:31). Tidak terkecuali Abram, anaknya, beserta Sarai, istri Abram. Ketika mereka sampai di Haran, ayah Abram yakni Terah, meninggal. Lalu Tuhan menyuruh Abram memisahkan diri dari keluarga besarnya. Panggilan Allah diikuti janji bahwa Allah akan membuat Abram menjadi bangsa yang besar dan membuat namanya masyhur serta

menjadikannya berkat (12:2). Panggilan Allah ini mungkin saja membuat Abram bingung, karena sebelumnya sang ayahlah yang selalu memberikan keputusan. Kini Abram harus memutuskan sendiri, apakah dia akan pergi seperti yang diperintahkan Allah kepadanya atau tidak. Namun Abram memilih taat kepada perintah Tuhan. Ia berangkat meninggalkan keluarga besarnya dan membiarkan Tuhan memimpin perjalanannya (4-9).

Abram menjadi teladan kita dalam hal iman dan ketaatan. Iman kita harus dilatih untuk melakukan langkah-langkah yang seolah mustahil, tetapi yang sebenarnya telah Tuhan

perintahkan kepada kita. Jangan biarkan rasio kita mengalahkan suara Tuhan. Ambilah langkah yang diperlukan jika kita telah mendengar perintah Tuhan. Bila itu merupakan pimpinan Tuhan yang sejati, semua akan berakhir dengan baik.

Diskusi renungan ini di Facebook:

145 Kamis, 12 Mei 2011 Bacaan : Kejadian 12:10-20

(12-5-2011)

Kejadian 12:10-20

Andalkan Tuhan

Judul: Andalkan Tuhan

Pernahkah Anda diperhadapkan pada sebuah pengambilan keputusan yang sangat sulit? Apa yang Anda lakukan dalam situasi itu? Pernahkah Anda melarikan diri dari situasi itu? Seorang tokoh Alkitab, yaitu Abram, juga pernah mengalami hal yang sama.

Rencana Abram untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dan terhindar dari kelaparan yang terjadi di Tanah Negeb, ternyata membawa dia kepada pengambilan keputusan yang sulit (10). Tentu tidak mudah bagi Abram, untuk memutuskan agar istrinya berpura-pura menjadi adiknya. Tujuannya supaya Abram dan Sarai bersama dengan seluruh anggota keluarganya dapat tinggal dengan aman di Mesir (11-13). Namun yang terjadi selanjutnya adalah Firaun justru mengambil Sarai sebagai istrinya. Mungkin saja Abram tidak memikirkan kemungkinan yang terburuk seperti ini.

Dalam keadaan genting itu, Tuhan turun tangan dan menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun dan seisi istananya (14-17). Menyadari kesalahannya, Firaun akhirnya mengembalikan Sarai kepada Abram dan membiarkan Abram pergi bersama kepunyaannya (18-20).

Tindakan Abram yang didasarkan pada rencana untuk menyelamatkan keluarganya dari bencana kelaparan, ternyata bukan tindakan yang tepat. Seharusnya Abram berkonsultasi terlebih dahulu kepada Tuhan mengenai tindakan yang harus dia ambil untuk menghadapi situasi genting itu. Skenario yang dirancang Abram berdasarkan kekhawatiran malah menyebabkan orang lain mengalami hukuman Tuhan. Seharusnyalah Abram melibatkan dan mengandalkan Tuhan dalam permasalahan hidup yang dia alami.

Kekhawatiran memang bagaikan kursi goyang yang membuat kita bergerak, tetapi tidak membuat kita sampai ke suatu tempat. Menyadari hal ini kiranya kita belajar untuk tidak membiarkan kekhawatiran menguasai diri kita sehingga lupa mengandalkan Allah dengan melibatkan dia dalam pemikiran dan keputusan yang kita akan ambil sebagai solusi untuk mengatasi kekhawatiran yang dapat menguasai kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:

146

Jumat, 13 Mei 2011

Bacaan : Kejadian 13:1-18

(13-5-2011)

Kejadian 13:1-18

Pilihan tepat di tengah konflik

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 142-146)