Pernahkah Anda berhadapan dengan orang yang mempertanyakan kesejatian Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat? Tidak semua orang yang mempertanyakan hal itu adalah orang yang sungguh-sungguh sedang mencari kebenaran. Tak sedikit orang yang sebenarnya malah bersikap sinis.
Pertanyaan Yohanes tentang kemesiasan Yesus tampak mengherankan. Pertanyaan tersebut muncul sebagai akibat dari berita yang Yohanes dengar mengenai mukjizat yang dilakukan Yesus (18). Yohanes ingin beroleh kejelasan, benarkah Yesus adalah Mesias yang mereka nantikan (19-20). Yohanes seolah sedang menantang Yesus untuk menunjukkan jati diri yang sesungguhnya. Dengan kata lain, dia seolah sedang mengultimatum bahwa bila Yesus memang bukan Mesias yang sedang mereka nantikan maka mereka akan beralih dan menantikan yang lain. Pertanyaan ini menjadi ironis karena kita tahu bahwa Yohanes turut menyaksikan pernyataan Allah Bapa bahwa Yesus adalah Anak yang Dia perkenan.
Bagaimana respons Yesus? Ia tidak memberikan jawaban yang jelas. Ia tidak mendeklarasikan benarkah diri-Nya Mesias ataukah bukan. Ia hanya menyuruh utusan Yohanes kembali dengan membawa laporan pandangan mata mengenai apa yang telah Yesus perbuat. Tampaknya begitu sederhana laporan yang harus mereka sampaikan, tetapi bila Yohanes mengingat nubuat nabi Yesaya (Yes. 29:18, 35:5-6) dan membandingkannya dengan karya yang telah Yesus lakukan, maka akan terlihat dengan jelas bahwa Yesuslah Tuhan.
Jawaban Yesus mengajar kita bahwa satu-satunya batu uji untuk menentukan ke-Tuhan-an dan kemesiasan Yesus hanyalah firman Tuhan sendiri. Jika perkataan dan karya Yesus, sebagaimana diberitakan Injil, merupakan penggenapan nubuat para nabi dalam PL, maka Dialah Mesias yang sesungguhnya. Bila ada orang yang mengaku-aku diri sebagai Mesias maka bandingkanlah dengan ciri atau standar seperti yang tertulis dalam Alkitab. Hanya dengan menyelidiki firman Tuhan, kita beroleh keyakinan bahwa Kristuslah Tuhan.
39 Rabu, 26 Januari 2011 Bacaan : Lukas 7:36-50
(26-1-2011)
Lukas 7:36-50
Tanda diampuni
Judul: Tanda diampuniPernahkah Anda mengasihi seseorang sedemikian rupa sehingga Anda bersedia melakukan apa saja untuk dirinya? Biasanya hal itu kita temukan pada pasangan yang sedang jatuh cinta. Mereka akan bersedia melakukan apa saja untuk membahagiakan pasangannya, sehingga berfalsafah "Gunung kan kudaki, laut pun kan kuseberangi".
Namun perempuan yang dicap pendosa dalam bacaan hari ini, meminyaki kaki Yesus bukan karena adanya perasaan kasih seorang perempuan kepada seorang laki-laki. Sebenarnya tidak mudah bagi perempuan dengan reputasi semacam itu untuk masuk ke dalam rumah seorang Farisi (37). Ia butuh keberanian untuk mengekspresikan kasihnya kepada Yesus. Begitu terharu hatinya ketika menjumpai Yesus sehingga ia menangis dan air matanya membasahi kaki Yesus. Menyadari hal itu, ia menyeka kaki Yesus dengan rambutnya (38). Begitu besar
penghormatannya kepada Yesus sampai-sampai ia merelakan rambutnya difungsikan bagai kain lap pembersih. Ia juga meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi untuk rambut (46). Seolah minyak wangi itu hanya layak dipakai untuk mengurapi kaki Yesus. Betapa besar
penghargaannya terhadap Yesus.
Ini berbeda dari perlakuan Simon terhadap Yesus. Sebagai tuan rumah, seharusnya Simon membasuh kaki Yesus, mencium Dia sebagai ucapan salam, lalu meminyaki kepala Yesus (44-46). Maka waktu Simon meragukan kenabian Yesus karena menerima perlakuan perempuan pendosa itu (39), Yesus mengajar melalui suatu perumpamaan bahwa orang yang banyak kesalahannya, ketika diampuni akan lebih besar rasa syukurnya.
Kita tentu tidak perlu berbuat dosa lebih banyak agar ketika diampuni akan mengasihi Tuhan lebih besar. Yang kita perlukan adalah lebih menyadari status kita sebelumnya sebagai orang berdosa yang telah menerima kasih karunia yang begitu besar dari Tuhan hingga kita
diselamatkan. Bila Anda sudah menyadarinya, nyatakanlah syukur yang besar itu dengan ekpresi kasih yang besar pula. Apa yang akan Anda lakukan?
40 Kamis, 27 Januari 2011 Bacaan : Lukas 8:1-3
(27-1-2011)
Lukas 8:1-3
Peranan wanita
Judul: Peranan wanitaDalam budaya Yahudi pada zaman Yesus, wanita biasanya tidak diizinkan tampil di muka umum. Mereka juga dianggap tidak perlu didengar karena dianggap tidak layak.
Bacaan hari ini menunjukkan hal berbeda. Bagi Yesus, wanita bukanlah warga kelas dua yang dikesampingkan kepentingannya. Wanita berharga juga di mata-Nya. Wanita layak mendapat tempat dan kesempatan yang setara dengan pria, juga dalam hal menerima anugerah keselamatan dari Allah. Walaupun Alkitab menyebutkan perbedaan peranan di antara pria dan wanita, yang jelas tak ada perbedaan hak untuk menerima kasih karunia Allah (Gal. 3:28-29). Karena itu Yesus memberi kesempatan kepada para wanita untuk mengalami kuasa-Nya juga, yaitu disembuhkan dari roh jahat dan berbagai penyakit (2). Para wanita itu berasal dari berbagai status sosial (3). Rupanya pelayanan Yesus sudah menembus tembok istana dan mencapai strata sosial tertinggi, karena ada juga Yohana yang berasal dari kalangan istana.
Kasih dan kuasa Yesus membuat para wanita itu memberi respons konkret dengan ikut
berkontribusi dalam pelayanan bersama Yesus. Meski ada pembatasan peran wanita pada masa itu, termasuk dalam pelayanan, mereka berusaha memberikan kontribusi melalui apa yang dapat mereka lakukan. Salah satunya adalah melalui kontribusi materi. Dan Yesus sendiri tidak
menghalangi kerinduan para wanita itu untuk terlibat dalam pelayanan. Itu adalah kesempatan dan hak istimewa yang Dia berikan kepada mereka. Lagi pula orang yang mengabarkan Injil memang harus mendapat dukungan dari orang yang menerima berkat Injil.
Perkenan Yesus atas dukungan wanita itu mengajarkan juga pentingnya peranan wanita dalam pemberitaan Injil. Coba perhatikan peranan wanita di gereja Anda? Dalam hal apa saja wanita diberikan peranannya? Apakah hanya ditempatkan di bagian konsumsi saja? Cobalah pikirkan hal-hal strategis yang dapat dilakukan wanita dalam pelayanan di gereja atau dalam pelayanan misi. Lalu segera libatkan mereka.
41 Jumat, 28 Januari 2011 Bacaan : Lukas 8:4-15
(28-1-2011)
Lukas 8:4-15
Merespons firman
Judul: Merespons firmanBagi petani, menabur benih sangat penting bagi kelangsungan hidup. Menabur benih menjanjikan harapan bahwa kelak akan ada panen yang menggembirakan.
Perumpamaan yang Yesus sampaikan memperingatkan bahwa benih memang punya potensi untuk bertumbuh, tetapi tanah tempat benih itu ditanami akan menentukan apakah benih itu dapat berbuah dan menghasilkan panen.
Perumpamaan tentang seorang penabur ditujukan kepada orang-orang yang mendengarkan firman Tuhan. Sebab meski mendengar firman Tuhan yang sama, respons mereka belum tentu sama. Respons itu akan menentukan apakah firman akan bertumbuh dan menghasilkan buah dalam hidup mereka. Jika firman Tuhan tidak tertanam dengan baik dalam hidup seseorang, kerohaniannya pun tidak akan bertumbuh. Itu bisa terjadi karena banyaknya penghalang saat firman Tuhan akan berkarya dalam hidup seseorang. Lalu tipe pendengar seperti apa yang sulit menyerap firman Tuhan?
Ada pendengar yang pikirannya tertutup dan sulit diajar, ia tidak memiliki kepekaan rohani. Ada yang kerohaniannya dangkal, walau bisa saja ia memberi respons positif pada mulanya. Tipe pendengar lain adalah orang yang terlalu sibuk untuk berdoa atau merenungkan firman Tuhan, mungkin karena mereka sudah bekerja keras hingga terlalu lelah untuk memikirkan yang lain, selain pekerjaan mereka sendiri. Ada juga orang berpikiran terbuka. Orang seperti ini selalu ingin mendengar dan belajar kebenaran. Ia tak pernah merasa terlalu sibuk.
Bagaimana respons Anda terhadap firman Tuhan, yang Anda baca dan dengar? Perhatikan firman Tuhan baik-baik saat Anda mendengar atau membacanya, karena firman-Nya berkuasa mentransformasi kita menuju keserupaan dengan Kristus. Jauhkan hal-hal yang menyebabkan firman-Nya tidak bertumbuh baik, hingga kita tidak dapat merasakan berkat firman Tuhan. Allah memberi kasih karunia kepada orang yang merindukan firman-Nya agar memahami dan
42 Sabtu, 29 Januari 2011 Bacaan : Lukas 8:16-21
(29-1-2011)
Lukas 8:16-21
Untuk dibagikan
Judul: Untuk dibagikanDalam bagian sebelumnya, Yesus berkata kepada para murid bahwa Ia menyembunyikan kebenaran tentang Kerajaan Allah dari orang banyak, tetapi menyatakannya kepada para murid. Kebenaran yang Yesus nyatakan bukan sekadar informasi untuk menambah wawasan, melainkan untuk mentransformasi mereka (bdk. Yoh. 17:17; Rm. 12:2). Memang setiap orang yang
mendengar firman Tuhan akan mempertanggungjawabkan apa yang telah didengar. Karena itu setiap orang harus cermat ketika mendengarkan firman.
Akan tetapi, tidak untuk selamanya Yesus menyembunyikan kebenaran itu dari orang banyak. Hanya sementara. Sebab kebenaran yang Yesus ajarkan adalah terang. Terang bukan untuk disembunyikan melainkan untuk ditaruh ditempat terbuka, agar orang yang berada dalam gelap bisa mendapatkan manfaat terang. Murid-murid Tuhan bertanggung jawab untuk menyatakan kebenaran, yaitu firman Allah, sebab memang untuk itulah kebenaran ditujukan, yaitu untuk dinyatakan. Itulah sebabnya orang-orang yang mendengar kebenaran memiliki tanggung jawab untuk menyebarluaskan kebenaran itu dalam tiap kesempatan yang Allah bukakan. Sebab Allah menyatakan terang itu kepada kita bukan agar kita menyembunyikannya bagi diri kita sendiri. Orang yang mendengar dan mematuhi firman Tuhan, sesungguhnya sedang menunjukkan kedekatannya dengan Tuhan (19-21). Dapat kita katakan bahwa orang yang demikian adalah orang yang menjadikan firman Tuhan sebagai miliknya. Orang semacam itu akan tumbuh ke arah kedewasaan rohani dan menghasilkan buah. Namun bila orang hanya mau mendengar saja, tetapi tidak mau melakukannya, maka firman itu tidak berfaedah bagi mereka.
Apakah Anda hanya mendengar firman, tetapi tidak melakukannya? Atau mendengar dan
melakukannya juga? Ingatlah bahwa pengikut Kristus sejati adalah mereka yang memiliki telinga yang mau mendengar dan hati yang mau melakukan apa yang Tuhan ajarkan.
43
Minggu, 30 Januari 2011
Bacaan : Mazmur 5