• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotik Perjuangan Perempuan dalam bidang Keyakinan 1 Pemaknaan Tingkat Pertama

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

5.2 Analisis Semiotik Perjuangan Perempuan dalam Ketiga Novel Okky Madasar

5.2.2 Analisis Semiotik Perjuangan Perempuan dalam bidang Keyakinan 1 Pemaknaan Tingkat Pertama

1. Dulu sekali, aku juga melakukan apa yang ibu lakukan. Ibu membangunkanku, lalu kami berdua duduk di bawah pohon asem. Kata ibu, itu namanya berdoa, tirakat. Ibu mengajariku untuk nyuwun. Katanya semua yang ada di dunia milik Ibu Bapa Bumi Kuasa. Dialah yang punya kuasa untuk memberikan yang kita inginkan. “Nyuwun supaya jadi orang pintar. Bisa jadi pegawai,” kata Ibu(En, 2010: 55-56).

Secara heuristik pragraf di atas dapat ditafsirkan bahwa Ibu adalah seorang yang taat kepada keyakinannya. Penandanya adalah kami berdua duduk di bawah pohon asem. Kata ibu, itu namanya berdoa, tirakat. Ibu mengajariku untuk nyuwun. Katanya semua yang ada di dunia milik Ibu Bapa Bumi Kuasa. Ibu melakukan nyuwun kepada Ibu Bapak Bumi Kuasa. Ibu selalu

bangun tengah malam untuk berdoa dan tirakat. Petandanya adalah ibu seorang yang teguh kepada keyakinannya.

2. Ibu juga rajin selamatan. Seminggu sekali, setiap hari kelahirannya, dia meyembelih ayam untuk dipanggang. Tonah membuat tumpeng kecil, menyiapkan semua ubo rampe. Ada kulupan, jenang merah, dan jenang putih. Ibu memanggil beberapa tetangga laki-laki. Mbah Sambong, perangkat desa yang dipercaya punya kekuatan lebih, membacakan ujub. Bapak dan yang lainnya membaca, “Amin....Amin...!” (En, 2010: 55-56).

Secara heuristik kalimat di atas dapat ditafsirkan bahwa Ibu juga rajin membuat selamatan pada setiap hari kelahirannya. Dalam kepercayaan orang Jawa disebut neptu. Penandanya adalah membuat tumpeng kecil, menyiapkan semua ubo rampe. Ada kulupan, jenang merah, dan jenang putih. Seminggu sekali Ibu menyuruh Tonah membuat tumpeng kecil lengkap dengan lauk- pauknya.

3. Ibu menyimpan satu tumpeng dan panggang lengkap dengan ubo rampenya di kamarnya. Di taruh di meja samping lemari kaca, beralas baki, ditemani sebatang lilin. Kata ibu, tumpeng dan panggang itu dikirim untuk Mbah Ibu Bumi Bapak Kuasa. Keesokan harinya, ibu akan mengeluarkan tumpeng dan panggang itu. Tonah akan memasaknya kembali untuk makanan kami semua (En, 2010: 55-56).

Secara heuristik paragraf di atas dapat ditafsirkan bahwa Ibu membuat dua tumpeng. Satu untuk dimakan dimakan saat diadakan selamatan dan yang satunya lagi dimasukkan ke dalam kamar sebagai persembahan untuk Mbah Ibu Bumi Bapak Kuasa. Sebagai penandanya adalah ibu menyimpan satu tumpeng dan panggang lengkap dengan ubo rampenya di kamarnya. Penanda lain adalah kata ibu, tumpeng dan panggang itu dikirim untuk Mbah Ibu Bumi Bapak Kuasa.

4. Sesajen dan dupa yang sudah disiapkan dari Madiun diletakkan di samping makam. Ada tumpeng lengkap dengan panggang dan ubo rampe-nya, buah- buahan, dan rokok (En, 2010:95).

Secara heuristik paragraf di atas dapat ditafsirkan bahwa mereka membawa persembahan untuk orang yang diziarahi. Persembahan itu berupa sesajen dan dupa yang diletakkan di samping makam. Sesajen itu berupa tumpeng yang lengkap dengan lauk-pauknya, buah-buahan dan rokok. Penandanya adalah Sesajen dan dupa yang sudah disiapkan dari Madiun diletakkan di samping makam. Ada tumpeng lengkap dengan panggang dan ubo rampe-nya, buah- buahan, dan rokok.

5. Koh Cayadi menceritakan salah satu kebiasaan keluarganya yang diyakini terbukti membantu kelancaran usaha mereka. Sejak bertahun-tahun lalu, tepatnya saat ia masih kanak-kanak di Surabaya, orangtuanya rutin mengajaknya ke Gunung Kawi. Gunung Kawi ada di Malang, kota di selatan Surabaya. Mereka bias pergi naik bus, dengan lama perjalanan dua jam. Di gunung itu, ada makam, yang bisa memberikan berkat bagi orang menziarahinya (En, 2010:92).

Secara heuristik pragraf di atas dapat ditafsirkan bahwa mereka akan pergi berziarah ke Gunung Kawi. Gunung ini dianggap keramat karena di sana ada kuburan orang suci. Penandanya adalah Gunung Kawi ada di Malang, kota di selatan Surabaya. Mereka bias pergi naik bus, dengan lama perjalanan dua jam. Di gunung itu, ada makam, yang bisa memberikan berkat bagi orang menziarahinya.

6. Selama tirakat mereka tidak akan berbicara dan makan-minum. Mereka juga dilarang memikirkan hal-hal yang tidak baik. Satu-satunya yang mereka lakukan adalah berdoa memohon berkah (En, 2010:95).

Secara heuristik pragraf di atas dapat ditafsirkan bahwa Mereka akan bersemedi atau tirakat di kuburan tersebut. Selama bersemedi mereka tidak

oleh makan dan minum. Mereka harus membersihkan pikiran dari hal-hal yang buruk, lalu berdoa untuk memohon berkah. Penandanya adalah selama tirakat mereka tidak akan berbicara dan makan-minum. Mereka juga dilarang memikirkan hal-hal yang tidak baik. Satu-satunya yang mereka lakukan adalah berdoa memohon berkah.

7. Dia lalu masuk kamar. Konon, di kamar itu ia semedi dan membuat jampi- jampi. Tak terlalu lama kemudian dia keluar kamar sambil membawa bungkusan kecil. Bungkusan itu isinya gula pasir. Kyai Noto sudah mengirimkan doa-doa dan kekuatannya dalam gula pasir itu. Orang yang diberi tinggal ngemut sewaktu-waktu (En, 2010: 132).

Secara heuristik pragraf di atas dapat ditafsirkan bahwa Kyai Noto adalah seorang dukun yang sakti. Dia bias mengirimkan kekuatan kepada seseorang melalui gula pasir yang telah diberinya jampi-jampi. Orang yang mengulum gula tersebut akan mempunyai kekuatan. Penandanya adalah Kyai Noto sudah mengirimkan doa-doa dan kekuatannya dalam gula pasir itu. Orang yang diberi tinggal ngemut sewaktu-waktu.

8. Sudah lama tinggal di sini... apakah terpikir untuk menuruti permintaan orang-orang itu agar bisa kembali ke rumah?”

Perempuan itu tampak bingung dengan pertanyaan wartawan.

“Maksudnya keluar dari Ahmadiyah, agar bisa pulang lagi ke rumah,” jelas wartawan.

Perempuan itu menggeleng. “Namanya orang sudah percaya,” jawabnya. “Semakin susah semakinyakin kalau benar,” lanjutnya. (My, 2012: 272) Secara heuristik kalimat di atas dapat ditafsirkan bahwa keyakinan seeorang

terhadap kepercayaan yang dianutnya yaitu Ahmadiyah. Ahmadiyah merupakan gerakan Islam yang berpusat di India. Gerakan ini menekankan aspek-aspek ideologis dengan keyakinan bahwa al-Mahdi dipandang sebagai “Hakim peng-islah” atau sebagai “Juru Damai” dan Mirza Ghulam Ahmad

mengaku telah diangkat Tuhan sebagai al-Mahdi. Penandanya adalah “Maksudnya keluar dari Ahmadiyah, agar bisa pulang lagi ke rumah,” jelas wartawan.Perempuan itu menggeleng. “Namanya orang sudah percaya,”

jawabnya. “Semakin susah semakin yakin kalau benar,” Dia yakin, semakin

susah untuk mendapatkannya, maka semakin jelas kebenaran dari ajaran tersebut.