• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabal 4.9 Data Perjuangan Perempuan dalam Bidang Hukum

4.2 Analisis Realitas Fiks

4.2.2 Realitas Fiksi Novel 86 1 Struktur Plot Novel

4.2.2.2 Struktur Fisik, Ras, dan Relasi Gender Novel 86 1 Struktur Fisik

4.2.2.2.3 Relasi Gender

Terdapat beberapa relasi gender dalam novel ini, yaitu relasi gender antara atasan dengan bawahan, suami dengan istri, orang tua dengan anak, hubungan dagang, pertentangan kelas sosial, hubungan seksual di luar pernikahan, hubungan seksual menyimpang, dan kesetaraan gender. Berikut akan dijelaskan satu persatu. Relasi gender antara atasan dengan bawahan dapat dilihat melalui hubungan Bu Danti dengan Arimbi dan Bu Danti dengan Tutik, Kedua relasi ini terikat melalui hubungan kerja. Bu Danti dan Arimbi sama-sama bekerja di Kantor Pengadilan. Bu Danti lebih tinggi kedudukannya dari Arimbi. Bu Danti sebagai ketua panitera dalam menangani beberapa kasus, sedangkan Arimbi sebagai juru ketik putusan hakim. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

Arimbi mulai membongkar tumpukan kertas di mejanya. Itu semua baha-bahan yang harus diketik ulang, di rapikan, dan di-fotocopy. Arimbi membaca kertas-kerta itu sekilas. Memilih mana yang lebih dahulu dikerjakan. Dia melirik jam, sudah jam setengah dua belas. Jam satu nanti akan ada sidang yang akan diikutinya. Sambil menguap, Arimbi mengambil satu berkas yang sudah ditandai dengan kata “segera” oleh Bu Danti. (86, 2010:27)

Relasi gender suami dengan istri dapat diidentifikasi melalui hubungan Arimbi dengan Ananta. Mereka pasangan suami istri yang saling mencintai. Ananta seorang yang setia kepada istrinya. walaupun Arimbi di penjara, Ananta setiap minggu pergi mengunjungi istrinya. Ananta juga tidak pernah selingkuh. Kebahagian mereka semakin lengkap setelah Arimbi hamil dan melahirkan

seorang bayi perempuan yang mungil. Kemesraan suami istri ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

Mereka bercinta berkali-kali dalam sehari. Tengah malam sebelum tidur, pagi-pagi sebelum Ananta berangkat kerja, dan sore hari setelah Ananta tiba di rumah. Pada hari tertentu mereka makan siang bersama. Ananta sengaja pulang, lalu makan di kamar. Setelah makan mereka kembali bercinta. Lalu Ananta kembali berangkat kalau sudah pukul 01.00, dengan baju yang punggungnya sedikit kusut. (86, 2011:223) Relasi gender orang tua dengan anak terjadi di dalam keluarga Ananta dan Arimbi. Ananta dan Arimbi adalah anak yang berbakti kepada orang tua dan tahu membalas budi. Walaupun penghasilan mereka kecil, namun mereka tetap mengirim uang kepada orang tua mereka setiap bulan. Ketika ibunya sakit ginjal dan harus cuci darah setiap minggu, Arimbi menanggung semua biaya tersebut.

Relasi gender hubungan dagang dapat dilihat melalui hubungan antara Cik Aling dengan Tutik dan Cik Aling dengan Ananta. Cik Aling adalah produsen yang meracik sabu-sabu di dalam penjara.tutik mengedarkan sabu-sabu di dalam penjara yang diproduksi Cik Aling. Salah satu pelanggan Tutik adalah Bu Danti.

Relasi gender pertentangan kelas sosial dapat dilihat dari fenomena yang terjadi di dalam kereta api, saat Arimbi dan Ananta pulang kampung. Masyarakat kelas bawah pada umumnya bekerja sebagai pedangang asongan, pengemis, pengamen, preman, buruh, bahkan ada yang pengangguran karena di PHK. Sedangkan masyarakat kelas menengah ke atas diwakili oleh Arimbi, Ananta, Bu Danti, pengacara, dan Hakim yang disebut sebagai orang kantoran. Pertentangan kelas sosial dapat dilihat dari pemikiran orang tua Arimbi yang dapat dilihat dari kutipan berikut:

Orang tua Arimbi berpikir inilah awal dari terwujudnya sebuah harapan dan doa-doa mereka selama puluhan tahun. Inilah awal dari tingkat derajat yang lebih tinggi bagi keluarga petani yang tidak pernah tahu satu huruf pun. Arimbi menjadi awal perubahan itu. Keturnan keluarga ini tidak akan lagi mengurusi tanah, bekerja dengan baju penuh kotoran setiap hari. Melalui Arimbi, keluarganya akan memasuki golongan baru. Golongan orang-orang terpelajar yang terhormat. Orang-rang yang bekerja dengan pakaian bersih, bertangan halus tanpa otot-otot yang menonjol, berkulit bersih karena terus berada di dalam ruangan. Arimbi menjadi orang kantoran. Bukan lagi wong tani seperti orang tuanya. (86, 2011:19)

Relasi gender hubungan seksual di luar pernikahan dapat dilihat melalui hubungan Tutik dengan majikannya dan Ananta dengan Arimbi sebelum menikah. Tutik melakukan hubungan ini atas dasar suka sama suka dan saling membutuhkan. Di awal majikannya sedikit memaksa, namun karena Tutik seorang janda, birahinya terpancing.

Berbeda dengan Arimbi dan Ananta. Mereka melakukan atas dasar cinta karena terbukti setelah itu mereka melangsungkan pernikahan. Mereka melakukannya berulang kali. Arimbi tidak bisa menahan gejolak yang ada di dalam dirinya, saat Ananta menghampirinya. Seperti yang terlihat pada kutipan berikut:

Arimbi merasakan tangan Ananta bersusah payah meraih dadanya. Memaksa masuk ke balik kerah kaus oblongnya yang sempit. Ananta tak sabar lagi. Dia menarik kaus itu ke atas, dan Arimbi begitu saja mengangkat kedua tangannya. Kaus itu melewati kepala Arimbi, lalu dilempar begitu saja. Tiba-tiba Arimbi malu (86, 2011:89).

Relasi gender hubungan seksual menyimpang terbagi dua, yaitu sesama jenis dan dengan lawan jenis. Relasi gender hubungan seksual menyimpang sesama jenis terjadi antara Tutik dan Arimbi. Mereka disebut lesbian karena

sama-sama perempuan. Mereka melakukan atas dasar saling membutuhkan. Selama dalam masa tahanan, Arimbi dan Tutik kerap kali melakukan hal tersebut.

Relasi gender hubungan seksual menyimpang dengan lawan jenis terjadi antara Ananta dan Arimbi. Hal ini terjadi karena keterpaksaan. Saat Arimbi di penjara, Ananta sering menjenguk Arimbi. Mereka saling meremas satu sama lain di ruang besuk, seperti kutipan berikut:

...Awalnya, ketika hasrat itu begitu menggebu dan tak ada cara lain untuk bertemu, mereka hanya ciuman di ruang besuk yang penuh orang. Orang-orang itu tak ada yang peduli. Masing-masing sibuk dengan pembesuknya. Arimbi dan Ananta semakin bergairah. Mereka saling memainkan tanga, meraba dan meremas (86, 2011:186).

Relasi yang menuntut kesetaraan gender dapat dilihat dari pemeran tokoh utama dalam cerita ini. Arimbi dan tokoh-tokoh pendamping perempuan lainnya mendominasi cerita. Tokoh laki-laki hanya dijadikan pelengkap saja. Ananta diciptakan untuk melengkapi kehidupan Arimbi. nasibnya tergantung kepada Arimbi. di beberapa peristiwa peran Arimbi lebih menonjol dari Ananta. Ananta selalu menuruti keinginan Arimbi. seolah-olah Ananta tidak memiliki keinginan sendiri.