• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Ruang dan Waktu Novel Entrok 1 Struktur Ruang Novel Entrok

Tabal 4.9 Data Perjuangan Perempuan dalam Bidang Hukum

4.2 Analisis Realitas Fiks

4.2.1 Realitas Fiksi Novel Entrok 1 Struktur Plot Novel Entrok

4.2.1.3 Struktur Ruang dan Waktu Novel Entrok 1 Struktur Ruang Novel Entrok

Penggunaan ruang dan waktu cerita dalam novel Entrok terjadi dalam dua masa, yaitu masa kini dan masa lalu. Masa kini dan masa lalu dapat diidentifikasi dari dua pola, yakni penanda ruang dan penanda waktu. Penanda ruang dan penanda waktu terlihat dari pencantuman nama tempat dan tahun untuk menandai tindakan dan kejadian. Setiap bagian dalam cerita ini menampilkan nama tempat dan nama tahun kejadian. Bagian pertama, menceritakan kejadian tahun 1995 hingga bulan Januari 1999 di Singget. Bagian kedua menceritakan peristiwa dan tindakan di singget pada tahun 1950 sampai dengan 1970. Bagian ketiga menceritakan tentang keadaan tahun 1970 sampai tahun 1982. Bagian keempat menceritakan kejadian tahun 1982 dan 1983. Bagian kelima menceritakan peristiwa pada tahun 1984 dan tahun 1985 di Jogjakarta. Bagian keenam menceritakan tentang peristiwa pada tahun 1985 hingga tahun 1989. Bagian ketujuh menceritakan kejadian pada tahun 1987 di Magelang. Bagian kedelapan menceritakan kejadian tahun 1990 sampai tahun 1994.

Tokoh Marni dan Simbok juga melambangkan masa lalu. Cara pandang dan cara berpikir mereka masih kuno. Marni dan simbok percaya kepada para leluhur. Mereka yang menurunkan rezeki dan mengatur kehidupan manusia. Untuk itu, mereka harus memberi sesajen dan nasi tumpeng setahun sekali saat Marni berulang tahun. Di samping itu, mereka juga melalukan ritual setiap tengah malam untuk memanjatkan doa.

Sebaliknya, tokoh Tinah dan Rahayu melambangkan kekinian. Tinah sudah memakai Entrok disaat yang lain justru belum mengenalnya. Sedangkan Rahayu, dari kecil Rahayu sudah mengaji dan mendengar ceramah dari ustad. Dia seorang yang percaya atas kekuasaan Tuhan. Tuhan yang mengatur kehidupan manusia. Setelah dewasa, dia sadar tentang yang dilakukan ibunya menyalahi ajaran agama. Perbedaan ini menimbulkan masalah di antara mereka. Akhirnya, Marni pergi meninggalkan rumah.

Penanda ruang masa lalu dapat dilihat dari bentuk rumah orang tua Marni yang masih berdinding tepas, berlantai tanah dan tidak ada kamarnya. Bepergian masih berjalan kaki karena belum ada kenderaan. Untuk membawa barang masih menggunakan tenggok (bakul yang terbuat dari bambu). Marni masih menganut kepercayaan kepada leluhur. Tanda tangan masih menggunakan cap jempol. Makanan pokok sehari-hari terbuat dari singkong. Simbok masih menggunakan kain dan belum menggunakan baju. Simbok juga tidak tahu menahu tentang BH, seperti yang terdapat pada petikan novel berikut:

Di rumah, Simbok biasa mengumbar dadanya. Dia hanya memakai kain yang dililitkan di perutnya, bagian atas perut dibiarkan terbuka. Baru ketika keluar rumah, Simbok mengangkat kainnya hingga ke dada, menjadi kemben.

Pakaianku saat itu tak berbeda dengan Simbok. Hanya saja, ketika keluar rumah aku tutup lagi dengan baju lengan panjang yang bahannya membuat gerah. Aku punya dua baju seperti itu. Baju itu didapat Simbok dari juragan di Pasar Ngranget sebagai upah mengupas kulit singkong selama enam hari. Simbok, yang tak pernah memakai baju seumur hidupnya, tak mau memakaianya. Ia berikan itu padaku. Bikin gerah, katanya.

...

“Mbok aku mau punya entrok.” “Entrok itu apa , Nduk?”

“Itu lho, Mbok. Kain buat nutup susuku, biar kenceng seperti punya Tinah.”

Simbok malah tertawa ngakak. Lama tak keluar jawaban yang aku tunggu. Hingga akhirnya dia akhiri tawanya dengan mata memerah.

“Oalah, Nduk, seumur-uur tidak pernah aku punya entrok. Bentuknya kayak apa aku juga tidak tahu. Tidak pakai entrok juga tidak apa-apa. Susuku tetap bisa diperas to. Sudah, nggak usah neko-neko. Kita bisa makan saja syukur,” kata Simbok. (En, 2010:16-17)

Penanda ruang masa kini dapat dilihat dari pemakaian benda-benda seperti sepeda, motor, mobil Pikap, TV, jalan sudah diaspal, bangunan rumah Sumarni sudah terbuat dari batu bata yang sudah memiliki kamar tidur dan ruang tamu, dan sudah masuk listrik. “...memasuki tahun 1980, rumah kami sudah dua kali lipat lebar sebelumnya. Awal tahun ini, orang-orang Singget sedang luar biasa gembira. Tiang-tiang besi berdiri di pinggir jalan desa. Kabel-kabel terbentang. Sudah ada listrik di Singget. Rumah-rumah yang hanya sebelumnya diterangi lampu teplok, sekarang terang benderang dengan lampu warna putih atau kuning” (En, 2010:89-90).

Struktur ruang cerita tidak dideskripsikan secara terperinci sehingga keadaan kota maupun desa tidak dapat diidentifikasi secara konkret. Penceritaan lebih berpusat pada pada kondisi rumah, pasar, dan jalan. Sebaliknya, struktur waktu ditampilkan dengan konkret sehingga diperoleh informasi akurat bahwa kejadian dalam novel dimulai tahun 1950 hingga tahun 1999. Dengan demikian, struktur ruang dan waktu novel Entrok berpusat di Desa Singget sejak tahun 1950 dari masa kecil Marni bersama ibunya hingga bersama anaknya Rahayu dalam rentang waktu lebih kurang selama 49 tahun.

Peristiwa kehidupan dalam novel Entrok menggunakan ruang terbuka dan tertutup sebagai tempat berinteraksi antar tokoh. Di halaman rumah Marni, pasar, halaman Balai Desa, lapangan, jalan, pinggir sungai Kali Manggis, padepokan,

kuburan, hingga di kebun tebu. Penggunaan ruang tertutup lebih banyak berperan sebagai daerah kekuasaan masing-masing antara laki-laki dan perempuan seperti pawon atau dapur, rumah, kelenteng, toko, penjara, ruang tamu, dan kamar.

4.2.1.3.2 Struktur Waktu Novel Entrok

Di samping penggunaan penanda tahun, novel ini juga menggunakan penanda waktu, seperti pagi, siang, sore, dan malam. Secara keseluruhan, penanda waktu pagi mendominasi struktur waktu cerita. Penanda waktu yang lain juga digunakan tetapi waktu penggunaan tidak terus-menerus, bergantung pada keperluan, misalnya waktu malam untuk menonton TV, tidur, berbincang, dan memanjatkan doa kepada Ibu Bapak Bumi Kuasa.

Penanda waktu pagi dalam struktur waktu cerita digunakan oleh tokoh cerita untuk memulai pekerjaan pada struktur ruang dan waktu masa lalu dan masa kini. Penanda waktu pagi dalam struktur ruang dan waktu masa lalu digunakan oleh Marni dan ibunya. Waktu pagi dimulai untuk bekerja yang dapat diidentifikasi dalam kutipan berikut ini.

Hari masih gelap saat aku dan Simbok keluar rumah. Tanah dan rumput teki yang kami injak basah oleh embun. Ayam berkokok sahut- menyahut, langit di sebelah timur agak memerah.

Aku dan Simbok bukan satu-satunya orang yang menyusuri jalanan pagi ini. Di sepan kami, di belakang, juga di samping, perempuan- perempuan memegang tenggok menuju Pasar Ngranget. Kami semua seperti kerbau yang dihela di pagi buta, menuju sumber kehidupan. (En, 2010:22)

Penanda waktu malam yang banyak digunakan untuk menonton TV, tidur, berbincang, dan berdoa, tetapi juga pernah dipergunakan untuk bertengkar. “Malam itu Bapak dan Ibu bertengkar lagi” (En, 2010:74).

Penggunaan penanda waktu tidak hanya didominasi oleh penanda waktu kekinian. Pengarang juga memberikan penanda waktu masa lalu. Hal ini dapat diidentifikasi dari pernyataan, “Simbok hanya berkata aku lahir waktu zaman perang. Saat semua orang menggunakan baju goni dan ramai-ramai berburu tikus sawahuntuk digoreng. Aku semua tidak pernah melihat itu semua”(En, 2010:15).

Deskripsi ruang cerita novel Entrok melibatkan desa Singget, Pasar Ngranget, Glodok, Magelang, dan Yogyakarta yang dihubungkan dengan daerah- daerah terdekat dalam struktur waktu masa kini dan masa lalu, baik dengan penanda tahun maupun penanda waktu. Desa Singget adalah tempat Marni dan Rahayu dibesarkan. Oleh sebab itu, penceritaan berpusat di Singget. Pasar Ngranget adalah tempat Marni dan Simbok bekerja. Pabrik gula tempat Marni menjual hasil panen tebu terdapat di daerah Glodok. Di sanalah diselenggarakan pesta Temu Temanten Tebu. Yogya adalah tempat Rahayu kuliah. Magelang adalah tempat Rahayu setelah menikah.

Pengalihan struktur waktu cerita, dari masa kini ke masa lalu terlihat dari penceritaan kembali ke masa lalu pada bagia kedua yang berangka tahun 1950. Padahal, cerita diawali pengarang dengan menggambarkan kehidupan Marni dan Rahayu yang harus berjuang keras untuk menemukan hidupnya kembali pada tahun 1999. Cerita Entrok merupakan pembayangan kembali oleh Rahayu tentang kehidupan ibunya di masa lalu.