• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis SWOT

Dalam dokumen PERENCANAAN KOMUNIKASI KONSEP DAN APLIKA (Halaman 46-51)

Oleh: Almy Zarlis, S.T.

D.   Analisis SWOT

 

SETELAH analisis situasi telah selesai, Perencana Komunikasi harus bertemu  untuk meninjau hasil dan mempertimbangkan implikasi strategis di dalamnya. 

Analisis  eksternal  harus  mengungkapkan  di  mana  organisasi  memenuhi 

kebutuhan pemegang kebijakan yang menjadi kunci dan di mana ia mungkin  melakukan sentuhan atau perlu merevisi dan meningkatkan upaya komunikasi. 

 

Gambar 4.1. Analisis SWOT                              

(Sumber: J. Patterson, Sally, 2009: 51)

Mulai Anda memiliki permulaan

dan kapasitas untuk mengambil keuntungan

darinya.

Berjalan Anda memiliki kapasitas

untuk memenuhi tantangan ini, tapi jangan

percaya begitu saja.

Tunggu Anda harus menentukan

apakah anda memiliki sumber daya yang anda

butuhkan untuk memanfaatkan kesempatan ini tanpa membahayakan prioritas

lain.

Berhenti Anda mungkin menghadapi ancaman

yang berada di luar kemampuan anda saat ini

untuk memenuhinya.

 

Alat perencanaan digunakan untuk mengevaluasi temuan dalam analisis  situasi  disebut  analisis  SWOT.  Analisis  SWOT  merupakan  peralatan  yang  digunakan  untuk  mengukur  Strengths  (kekuatan‐kekuatan  yang  dimiliki), 

Weakness (kelemahan‐kelemahan yang ada), Opportunities (peluang‐peluang yang  mungkin bisa diperoleh), dan Threats (ancaman‐ancaman yang bisa ditemui). 

 Dalam  audit  internal,  analisis  melihat  budaya  organisasi  dan  tujuan  struktur, program dan manajemen, sumber daya manusia dan keuangan, dan  infrastruktur fisik dan teknologi. Dengan memeriksa potongan‐potongan masalah  yang ada, staf dan dewan harus mampu memahami tidak hanya apa yang  mungkin  terjadi  akan  tetapi  juga  apa  yang  diperbolehkan.  Audit  internal  mengungkapkan kekuatan organisasi dan kelemahan. Pemeriksaan lingkungan  eksternal akan memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi peluang dan  untuk mengembangkan rencana darurat untuk menghindari atau mengurangi  dampak dari ancaman atau situasi yang kurang menguntungkan di cakrawala. 

Sebagai  sebuah  tim,  anggota  perencana  komunikasi  harus  meninjau  temuan dalam analisis situasi dan membahas audit internal untuk menentukan  kekuatan dan kelemahan organisasi. Perencana komunikasi kemudian harus  meninjau  audit  eksternal dan  menentukan  bidang  kesempatan dan  potensi  ancaman di cakrawala. Karena implikasi strategis dari langkah dalam proses, tim  senior manajemen dan dewan pemimpin harus berpartisipasi dalam proses ini  atau,  minimal,  hati‐hati  meninjau  temuan  dan rekomendasi dari  perencana  komunikasi. 

Setelah empat komponen telah diidentifikasi dan konsensus telah tercapai 

tentang  faktor‐faktor  paling  signifikan,  perencana  komunikasi  harus 

mengembangkan  kisi‐kisi untuk membantu  organisasi  menentukan  di  mana  peluang  terbesar untuk mencapai  misinya,  memajukan program dan posisi,  dan/atau melayani terbesar jumlah unsur tersebut. 

Bisa kita perhatikan, misalnya di dalam sebuah organisasi yang memiliki  struktur yang kuat dan stabil, anggota bekerja secara terus‐menerus tanpa ada  hambatan, bekerja secara ikhlas dan membuat organisasi berkembang dalam  setiap program yang digulirkannya. Peluang bekerja dalam sebuah tim yang  memiliki  anggota‐anggota  dari  berbagai  disiplin  ilmu,  akan  meningkatkan  komunikasi di dalam organisasi, apakah dalam pengelolaan program, layanan,  keanggotaan, dan dukungan keuangan dari pihak luar. Akan tetapi perlu diingat,  perubahan struktur antar departemen sangat diperlukan dalam mengatur arus  informasi dan pengaturan kerja yang diprioritaskan terhadap anggota organisasi. 

Keberhasilan  struktur  yang  diubah‐ubah  ini  akan  membutuhkan  kepemimpinan yang kuat, apalagi didukung dengan sistem dan manajemen  organisasi dari setiap manajemen atas organisasi tersebut, komitmen semua pihak  dalam menguatkan organisasi adalah dukungan yang cerdas untuk didukung  secara  bersama‐sama,  berupaya  membangun  kelompok  yang  kuat,  bekerja 

maksimal  dan  merencanakan  setiap  program  dengan  baik.  Dan  semua 

masyarakat akan dapat mengambil manfaat dari setiap program yang organisasi  gulirkan. Organisasi harus hati‐hati membuat sebuah program dan layanan,  harus ada pengembangan program, dan merencanakan pemasaran yang baik  untuk setiap program yang dirancang oleh tim di dalam organisasi tersebut.  Adapun  permasalahan  sumber  daya  manusia  dan  masalah  lainnya  akibat  restrukturisasi  yang  dilakukan  harus  mampu  ditangani secara  cepat  untuk  mencapai keberhasilan program yang organisasi rancang tersebut. 

Beberapa  perubahan  mungkin  terlalu  drastis  untuk  organisasi  untuk  mengatasi, terutama dalam waktu dekat. Menggunakan grafik dalam tampilan 

Gambar  4.1,  perencana  komunikasi  dapat  menentukan  apakah  akan 

memindahkan sumber daya atau apakah tantangan yang terlalu besar dan dapat  mengancam kelangsungan hidup organisasi.  

Peluang yang terbuka di depan mata dilihat dari kekuatan organisasi yang  ada harus diambil sesegera mungkin. Dan juga peluang yang terbuka dilihat dari  kelemahan organisasi, misalnya adanya perombakan sumber daya yang terlalu  besar. Demikian pula, jika ancaman di masyarakat yang mengacu pada kekuatan  organisasi misalnya pemindahan sumber daya yang muncul dari tantangan kuat  harus mampu didengar juga dari masyarakat yang mengikuti program yang  organisasi gulirkan. Namun, jikalau ancaman di masyarakat bisa diatasi secara  cepat, dilihat dari kelemahan organisasi, lebih baik ancaman tersebut diabaikan  dan memfokuskan semua kerja organisasi di atas pondasi yang kuat menurut  manajemen dan kesempatan yang memberikan peluang yang besar dikerjakan. 

 

Penggunaan Analisis “PEST” (Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi) 

Jika anda pernah belajar bisnis, anda akan tahu analisis (Politik, Ekonomi, Sosial,  dan Teknologi). PEST adalah cara yang berguna untuk mulai memformat cara  berpikir anda dari lingkungan sekitar anda. Pertimbangkan situasi di masing‐ masing lingkungan dan efek yang mereka miliki pada konteks proyek anda.  Jangan menempel secara kaku ke format ini. 

Hal yang terpenting dalam menganalisis situasi ini adalah membagi setiap  unsur analisa tersebut dalam bentuk analisis PEST ini. Biasanya perspektif‐

perspektif luar ini dimuat dalam media massa (media cetak, media elektronik,  media online, dan media sosial). Nah, tugas perencana komunikasilah membagi  hal‐hal  yang  demikian  ke  dalam unsur‐unsur  politik,  ekonomi, sosial,  dan  teknologi. Sehingga tugas menganalisa ini dimudahkan dalam membagi‐baginya  ke dalam format SWOT yang ingin dijadikan tonggak perencanaan yang matang  dan terukur. 

Kerangka  kerja  format  SWOT  (Kekuatan,  Kelemahan,  Peluang,  dan 

Ancaman) adalah cara lain yang berguna untuk melihat sesuatu. Kekuatan dan  kelemahan memiliki fokus yang lebih internal, melihat organisasi anda dan  inisiatif anda. Peluang dan ancaman dilihat dari sisi eksternal. Seperti yang telah  kita bahas pada bagian sebelumnya.  

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan: 

 

 Apa yang telah dilakukan pesaing anda baru-baru ini?

 Apa yang telah dilakukan pesaing anda dalam kaitannya dengan topik

ini?

 Apa konteks legislatif?

 Apa yang yurisdiksi lain lakukan? (Ini terutama penting jika ini adalah

sebuah rencana komunikasi untuk dalam sektor publik.)

Apa yang mainstream media katakan tentang hal ini?

o Yang outlet (dan wartawan) telah menulis tentang topik ini?

o Apa nada yang mereka ambil? Positif atau negatif?

Apa yang dikatakan online?

o Siapa saja penulis online berpengaruh pada topik ini?

o Bagaimana mereka mendekati masalah ini?

o Apa hasil pencarian teratas untuk perusahaan anda/produk/topik?

 Apa faktor-faktor ekonomi yang ikut bermain?

 Apa (jika ada) acara mendatang/tanggal khusus mungkin berkaitan

dengan ini?  

Menganalisa Tahapan Komunikasi 

Proses perencanaan komunikasi memiliki tahap yaitu mengetahui bagaimana  organisasi dapat berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat yang berada  pada lingkaran sasaran organisasi yang diinginkan. Masyarakat harus dipahami  oleh yang merancang program komunikasi dari organisasi tersebut, pesan yang  didapatkan menjadi masukan yang berarti bagi perencana komunikasi. Dari  masukan dan reaksi masyarakat tersebut akan membuat program yang dibuat  oleh organisasi akan  berjalan dan direspon cepat oleh masyarakat.  Strategi  komunikasi yang digunakan akan sangat berbeda dengan cara organisasi lain 

dalam menjual programnya yang sudah lama digunakan dan dinikmati oleh  masyarakat luas. 

Perencana komunikasi akan mampu menangkap pengaruh dari media 

yang organisasi pakai terhadap masyarakat dan apakah media yang digunakan  sesuai dengan program yang digulirkan. Sumber pesan juga diperhatikan, siapa  yang akan kita gunakan sebagai penyampai pesan (komunikator) yang ingin kita  bangun. Tentu saja semua itu dengan mempertimbangkan anggaran organisasi.  Tindakan dan mufakat di dalam perencanaan komunikasi yang terkait dengan  sumber pesan dan saluran atau komunikator menjadi pertimbangan yang cerdas  untuk dipertimbangkan secara baik. 

Tujuan komunikasi menurut Morissan (2012: 43) bahwa sering dinyatakan  dengan sifat‐sifat pesan yang akan disampaikan atau efek seperti apa yang  diharapkan terjadi terhadap diri masyarkat (khalayak). Tujuan komunikasi ini 

haruslah  menjadi  penuntun  dalam  mempersiapkan  tujuan  dan  strategi 

komunikasi secara keseluruhan dan juga menjadi tujuan dari masing‐masing  elemen dalam gabungan program promosi organisasi.  

Perencana komunikasi harus menciptakan pemahaman yang mendalam 

mengenai produk yang akan digulirkan oleh organisasi melalui programnya,  kelebihan produk, menciptakan citra organisasi, atau menciptakan sikap yang  positif, preferensi dan keinginan menggunakan produk dari organisasi tersebut  (Morissan, 2012; 44) 

Memanfaatkan analisis situasi yang telah dilakukan akan bisa dianalisa  juga  rencana  komunikasi  yang  akan  digulirkan  untuk  program  organisasi.  Menyentuh masyarakat secara inovatif dan kreatif, sehingga mampu menjadikan  strategi  yang diambil bagi organisasi  menjadi  titik tumpu bagi pergerakan  rencana komunikasi organisasi selanjutnya. Lewat analisis SWOT akan dipahami  apa dan bagaimana organisasi terebut dan bagaimana cara menggerakkannya.  Tahapan‐tahapan komunikasi inilah yang akan dituangkan menjadi program‐ program, menyentuh masyarakat sehingga komunikasi organisasi sukses di masa  yang akan datang. 

 

Memilih Komunikator 

Setelah melakukan analisis situasi (analisa internal dan analisa eksternal), lalu  dilanjutkan analisa SWOT dan membingkai analisis  ke dalam analisa PEST  (Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi) maka hal yang sangat penting dilakukan  adalah menentukan siapa komunikator yang tepat dalam mengemban tugas  sebagai juru kampanye yang diutus oleh organisasi tersebut. 

Ada  tiga  syarat  yang  harus  dipenuhi  seorang  komunikator,  yakni:       (1) tingkat kepercayaan orang lain kepada dirinya (kredibilitas); (2) daya tarik  (attractive); dan (3) kekuatan (power) (Cangara, 2013: 108). 

James McCroskey (dalam Cangara, 2013) lmenjelaskan bahwa kredibilitas  seseorang  komunikator  dapat  diperoleh  dari  kompetensi,  sikap,  tujuan,  kepribadian, dan dinamika.  

Berlo  (1962)  seorang  pakar  komunikasi  dari  Michigan  State  University 

menambahkan  bahwa  kredibilitas  seorang  komunikator  bisa  timbul  jika  ia  memiliki keterampilan berkomunikasi, pengetahuan yang luas tentang materi  yang  dibawakannya,  sikap  jujur  dan  bersahabat,  serta  mampu  beradaptasi  dengan sistem sosial budaya masyarakat yang dihadapinya. 

Faktor kedua yaitu daya tarik (attractiveness), dalam strategi kampanye,  suatu organisasi perlu seorang tokoh yang memiliki pengaruh yang kuat dalam  memasarkan sumber daya apa yang ingin organisasi ingin kampanyekan kepada  khalayak. Daya tarik ini dilihat dari berbagai macam cara, bagaimana sang tokoh  bicara, bagaimana sang tokoh bersikap, kecerdasannya, keramahan, fisik yang  gagah, dan berpakaian yang rapi. Sosok yang sempurna inilah yang dibutuhkan  dalam menampilkan seorang komunikator dalam memasarkan produk organisasi  ke khalayak.  

Faktor  yang  ketiga  adalah  kekuatan  (power),  bahwa  kekuatan  sang  komunikator dalam mempengaruhi khalayak dalam mengambil keputusan dari  setiap ide dan program yang disampaikan oleh sebuah organisasi. Bisa jadi  seorang  komunikator  adalah  seorang  tokoh  nasional,  tokoh  politik,  tokoh  masyarakat, tokoh agama, dan lain sebagainya. Pengaruh kuat inilah yang akan  menentukan suksesnya perencanaan komunikasi yang  organisasi akan capai  dalam mewujudkan organisasi yang stabil dan berjaya. 

        Daftar Pustaka       

Amir, M. Taufik. 2011. Manajemen Strategik Konsep dan Aplikasi. Rajawali Pers. PT. RajaGrafindo Perkasa, Jakarta

Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Cutlip, Center, & Broom. 1985. Effective Public Relations. Prentice-Hall.

Cornelissen, Joep. 2004. Corporate Communications, Theory and Practice. SAGE Publications, London-California-New Dehli

Fleet, Dave. 2012. Strategic Communications Planning. California, USA: DaveFleet.com. J. Patterson, Sally dan M. Radtke, Janel. 2009. Strategic Communications for Nonprofit

Organizations, Seven Steps to Creating a Successful Plan. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Morissan, M.A. 2012. Periklanan (Komunikasi Pemasaran Terpadu). Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi, Buku 2, Jakarta: Salemba Empat.

Schein, E.H. 1985. Organizational Culture and Leadership, San Fransisco: Jossey-Bass.

Sumber Online:

http://id.wikipedia.org/wiki/Administrasi, diambil tanggal 7 September 2013. http://dwimirani.unsri.ac.id/index.php/posting/31, diambil tanggal 7 September 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Analisa_situasi, diambil tanggal 8 September 2013.                              

         

BAB

5

PERENCANAAN

MEDIA

KOMUNIKASI

UNTUK

PERUBAHAN

Oleh:

Dr.

AtwarBajari,

M.Si.

            A. Pendahuluan   

PENDEKATAN  perubahan  sosial,  dalam  menjelaskan  komunikasi  selalu  dikaitkan dengan ngaruh penyampaian informasi ke dalam sistem sosial. Perilaku  masyarakat, budaya organisasi atau perusahaan, penerimaan ide‐ide baru secara  personal  atau  kolektif  adalah  beberapa  bentuk  wacana  perubahan  yang  diharapkan akibat komunikasi. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan komunikasi  adalah ada atau tidak adanya perbedaan pra intervensi komunikasi dan pasca  intervensi komunikasi. 

Sebagian  besar  pendekatan  perencanaan  pembangunan,  menempatkan 

komunikasi  sebagai  varibel  determinan  terjadinya  perubahan.  Teori  difusi  inovasi, teori komunikasi pembangunan, atau komunikasi instruksional adalah  contoh untuk sudut pandang tersebut.  

Keberhasilan  program  pembangunan  atau  perubahan  sosial  sangat 

tergantung  pada  kerja  optimal  elemen‐elemen  komunikasi  di  dalamnya. 

Sebagaimana  diketahui  bahwa,  komunikasi  melibatkan  unsur‐unsur 

komunikator, pesan, media, komunikan, efek, dan umpan balik komunikasi. Agar  komunikasi berjalan efektif maka, setiap komponen komunikasi harus selalu 

 

diperlakukan sebagai unsur penting yang memerlukan manajemen yang tepat,  terutama untuk komunikasi yang mengupayakan terjadinya perubahan pada  khalayak, baik pada dimensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Manajemen  yang tepat dalam kegiatan komunikasi di dalamnya menyangkut perencanaan,  pengorganisasian, pengkoordinasian, rekruitmen sumber daya manusia, evaluasi  serta pengawasan kegiatan. 

Berbicara  perencanaan  adalah  bicara  pengaturan  yang  terikat  dengan  berbagai pertimbangan. Semua pertimbangan itu diarahkan pada keberhasilan  pencapaian tujuan seefektif dan seefisien mungkin yang dapat dilakukan. Oleh  karena itu, jika bicara perencanaan, pendekatan yang digunakan dominan dengan  pendekatan manajemen. Seperti yang dapat dibatasi bahwa perencanaan adalah  berbagai upaya penentuan sasaran yang ingin dicapai, tindakan yang seharusnya  dilaksanakan, bentuk organisasi yang tepat untuk mencapainya, dan orang‐orang  yang bertanggung jawab terhadap kegiatan‐kegiatan yang akan dilaksanakan.  Jadi perencanaan menyangkut pembuatan keputusan tentang apa yang akan  dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan melakukannya, dan siapa yang akan  melakukan (Kadarman dan Udaya, 1996). 

Perencanaan  dikembangkan dalam rangka memenuhi berbagai fungsi. 

Kadarman dan Udaya (1996) menyebutkan bahwa fungsi perencanaan adalah: (1)  mengurangi atau  mengimbangi  ketidakpastian dan perubahan‐perubahan  di  waktu  yang  akan  dating;  (2)  memusatkan  perhatian  kepada  sasaran;  (3)  mendapatkan atau menjamin proses pencapaian tujuan agar terlaksana secara  ekonomis; (4) memudahkan pengawasan (Kadarman dan Udaya, 1996). 

Demikian halnya dengan perencanaan dalam lingkup komunikasi. Semua  upaya perencanaan diarahkan pada penyusunan program yang memiliki akurasi  pencapaian,  berorientasi  masa  depan,  menganalisis  target  khalayak  dan  dilakukan  atau  dilaksanakan  dengan  upaya  seefisien  mungkin.  “Bahasa”  manajemen menjadi sangat kental dalam penyusunan dokumen perencanaan  komunikasi.  

Salah satu bagian perencanaan yang mendapatkan perhatian besar adalah  perencanaan  media.  Sebagaimana  diketahui,  di  samping  demi  keberhasilan  komunikasi, investasi media sangat mahal. Menetapkan halaman, ruang waktu 

(blocking time), dan mendapatkan sirkulasi media yang memadai adalah sebuah  pengeluaran budget yang sangat besar. Oleh karena itu, jika tidak dihitung secara  akurat, semua upaya menjadi mubazir atau sia‐sia. Seorang media planner harus  berhitung dengan peluang perubahan yang akan didapatkan dengan biaya yang  harus dikeluarkan.  

 

Perencanaan media merupakan salah satu bagian dari keseluruhan langkah 

pengelolaan  komunikasi.  Seperti  dalam  definisi  yang  sederhana  bahwa 

perencanaan  komunikasi  dijelaskan  sebagai,  pernyataan  tertulis  mengenai  serangkaian tindakan tentang bagaimana suatu kegiatan komunikasi akan atau  harus dilakukan agar mencapai perubahan perilaku sesuai dengan yang kita  inginkan. Dimensi pokok yang harus disusun agar berhasil maka di dalamnya 

mencakup  serangkaian  perencanaan  komunikator,  perencanaan  pesan,  dan 

perencanaan media. 

Proses perencanaan media dalam kegiatan komunikasi, ruang lingkup  bahasannya tidak seluas dari pengertian perencanaan manajemen secara umum  tadi. Hal itu disebabkan langkah‐langkah dalam perencanaan media tidak dapat  dipisahkan atau sangat tergantung pada penyusunan perencanaan komunikasi  secara umum. Oleh karena itu, perencanaan komunikasi dan perencanaan media  merupakan  satu  kesatuan  perencanaan  secara  utuh.  Misalnya  urutan  atau  hierarki dalam perencanaan media berupa: tujuan perencanaan media, maksud  dan misi, sasaran, strategi, kebijaksanaan, prosedur dan aturan, program, dan  anggaran, tidak terlepas dari langkah‐langkah dalam perencanaan komunikasi.  Secara spesifik lagi perencanaan media berada dalam ruang lingkup perencanaan  komunikasi itu sendiri. 

     

Dalam dokumen PERENCANAAN KOMUNIKASI KONSEP DAN APLIKA (Halaman 46-51)