• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Lini Bawah dan Pencarian Informasi

Dalam dokumen PERENCANAAN KOMUNIKASI KONSEP DAN APLIKA (Halaman 58-63)

Oleh: Almy Zarlis, S.T.

G.   Media Lini Bawah dan Pencarian Informasi

   

DALAM  konteks  periklanan,  media  komunikasi  secara  garis  besar  dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu media lini atas dan media lini bawah.  Media lini atas terdiri dari TV, radio, surat kabar/majalah (media cetak), dan  papan reklame (outdoor media). Sedangkan media lini bawah terdiri dari pameran, 

direct  mail,  kalender,  agenda,  point  of  sale  display  material,  dan  lain‐lain  (Kasali,1995). 

Media lini bawah dalam dunia periklanan memiliki peranan sebagai alat  bantu komunikasi pemasaran yang efektif, terutama untuk menciptakan dan  menampung  umpan  balik langsung  dari khalayak  sasaran,  misalnya  dialog  langsung pada satu kesempatan tertentu antara pengusaha dengan khalayak  pembeli. 

Bagi  khalayak  yang  memiliki  minat  tinggi  terhadap  produk  yang  ditawarkan, sekedar mendapatkan informasi dari media massa hal itu tidak  cukup. Promosi atau iklan yang disajikan lewat media massa tidak akan mampu  memberikan keterangan secara detail, baik keuntungan/kelebihan dari produk  yang ditawarkan, manfaat, cara kerja, kandungan bahan, sampai layanan purna  jual bila barang tersebut memberikan garansi, dan tempat yang dapat ditemui  bila terjadi masalah dengan pemakaian produk. Oleh karena itu, produsen dapat 

 

menggunakan media lini bawah untuk memberikan informasi tersebut, dan  memberikan kesempatan secara luas kepada mereka yang mencari informasi  detail yang dibutuhkan khalayak pemakai. 

  1.  Pameran 

Manfaat pameran dalam bisnis, yaitu: (1) untuk saling menjajaki antara produsen  penyalur, dan calon pembeli; (2) Saling mempelajari antar aktivitas antar pesaing;  (3) memberi contoh dan dialog langsung dengan calon pembeli; (4) mencari mitra  usaha; (5) mempelajari metode penjualan dan promosi; (6) penjualan (Kasali,  1995). 

  2.  Direct mail 

Masalah utama dalam  direct  mail adalah,  periklanan  yang dilakukan  harus  berusaha diterima atau sampai pada khalayak target secara menyeluruh tanpa  meleset satu pun. Oleh karena itu, daftar alamat yang akurat (berkualitas) sangat  menentukan dalam mengukur tingkat penerimaan direct mail di tangan khalayak. 

Menurut Adams (1985), manfaat dari direct mail yang dapat diterima oleh  produsen terletak pada aspek fleksibilitas yang total. Dalam hal ini, berbagai jenis  pesan periklanan dapat disampaikan, waktunya mudah diatur atau ditetapkan  secara akurat, dan berbagai tempat (khalayak) dapat dijangkau hanya dengan  mengandalkan alamat yang baik. Keuntungan lebih lanjut dari direct mail adalah,  besarnya peluang untuk memeriksa efektivitas dari pesan yang disampaikan  secara segera dengan respon yang datang dari khalayak. 

  3.  Kalender 

Kalender  merupakan  lembaran  yang  berisi  informasi  penanggalan.  Karena  fungsinya yang demikian, peluang untuk dilihat atau diperhatikan setiap saat  oleh orang‐orang besar sekali. Ini merupakan salah satu kelebihan kalender  dibandingkan dengan media lini bawah lainnya. 

Dari sisi bisnis, kalender dapat dimanfaatkan untuk media promosi produk  terhadap khalayak potensial. Dalam hal ini kalender memiliki fungsi sebagai  media promosi terbatas dengan khalayak target yang jelas. Oleh karena itu, pesan  yang disajikan dalam kalender lebih bersifat informasi spesifik dari masing‐ masing produk yang ditawarkan, alamat yang dapat dihubungi sebagai agen  resmi atau distributor, pelayanan purna jual, kantor perwakilan, dan lain‐lain. 

Kalender  dapat  dirancang  dalam  berbagai  bentuk  ukuran,  misalnya  kalender meja, dompet, kalender dinding, kalender harian, dan lain‐lain. Di 

 

samping itu, desain huruf, gambar/ilustrasi, tata letak, dan jenis pesan, dapat  disesuaikan dengan target khalayak dari kalender yang dibuat. Oleh karena itu,  lembaga atau institusi yang memanfaatkan kalender sebagai media promosi  dapat membuat beberapa seri sesuai dengan jumlah klasifikasi khalayak sasaran  dari media tersebut. 

 

4.  Point of Purchase 

Amatilah rak‐rak dan displai yang tertata rapi di supermarket atau pasar‐pasar  swalayan. Selain segi artistik sangat “menggoda” untuk diperhatikan, hal itu  sekaligus juga menjadi media informasi yang membujuk khalayak untuk memilih  dan membeli barang yang ditawarkan. Kadang‐kadang, khalayak atau pembeli  memutuskan untuk memilih sebuah produk tanpa berpikir panjang. Mereka  memutuskan untuk membeli karena penampilan dan posisi rak yang menonjol  dibandingkan dengan produk serupa lainnya.  

Menurut Kasali (1992), kekuatan pemasaran sebuah produk, tidak terlepas  dari kuatnya penyadaran khalayak atas produk tersebut melalui media lini atas  (surat kabar, radio, atau TV) serta kecepatan distribusi produk tersebut pada rak‐ rak  toko.  Oleh  karena  itu,  khalayak  pertama‐tama  seolah  disadarkan  oleh  informasi awal melalui media massa, kemudian dibimbing oleh displai di toko‐ toko sebagai penyedia informasi lanjutan yang menuntun mereka untuk membeli  produk tersebut. 

Bonventre dalam Kasali (1992) mendefinisikan point of purchase atau displai  sebagai  subseksi  dari  elemen‐elemen  advertensi  dan  promosi  dari  bauran  pemasaran. Media tersebut memiliki fungsi memberi informasi, mengingatkan,  membujuk, dan menjajakan. 

Media lini bawah dalam dunia periklanan jenisnya bervariasi, dan variasi  tersebut  sangat  tergantung  pada  masalah  sejauh  mana  kreativitas  mereka  (produsen, pengiklan, dan seniman) untuk memanfaatkan berbagai hal bagi  setiap promosi. Masih banyak model dan jenis media lini bawah lainnya yang  dapat  dimanfaatkan  karena  memiliki  potensi  sebagai  media  komunikasi,  misalnya buku harian/agenda, souvenir (asbak, gantungan kunci, dan ballpoin  atau pensil), buku memo, tas/map seminar, dan lain‐lain. 

         

  D a f t a r P u s t a k a             

Adams, James R., Media Planning, Edisi Kedua, London: Bussines Books, 1982.

Alfian dan Chu, Godwin C. Penyunting. Satellite Television in Indonesia. Honolulu: East West Center, 1981.

Alfian, Transformasi Sosial Budaya dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: UI Press, 1986.

Curbs, Dan B., James B. Folyd., Jerry L. Winsor, Komunikasi Bisnis dan Profesional, Jakarta: Rosda Jayaputra,1996.

Comstock, George; Chaffee, Steven; Katzman, Natan; McCombs, Maxwell; Robert, Donal. Television and Human Behavior. New York: Columbia University, 1978. DeFleur, Melvin L. dan Bell Rokeach, Sandra. Theories of mass communication. Edisi

kelima. New York: Longman, 1989.

Dominick, Joseph R. The Dynamics of Mass Communication. New York: Random House, 1983.

Goldberg, Alvin A dan Larson, Carl E. Komunikasi Kelompok. Diterjemahkan oleh Kusdarini dan Jusuf. Jakarta: UI Pers, 1985.

Hartman, Paul; Patil BR.; dan Dighe, Anita. The Mass Media and Village Life, An Indian Study. New Delhi: Sage, 1989.

Havelock, Ronald G; Guskin, Alan; Frohman, Mark; Havelock, Marry; Huber, Janet; dan Hill, Marjorie. Planning For Innovation, Through Dissemination and Utilization of Knowledge. Ann Arbor: The University of Michigan, 1971.

Kadarman, A.M., dan Udaya Jusuf, Pengantar Ilmu Manjemen, Jakarta: APTIK dan Gramedia, 1996.

Kasali, Rhenald, Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PAU-Ekonomi-UI dan Pustaka Utama Grafiti, 1995.

Littlejohn, Stphen W. Theories of Mass Communication. Belmont: Wadsworth, 1989. McOuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Suatu Pengantar, diterjemahkan oleh Dharma

dan Aminuddin Ram. Jakarta: Erlangga, 1988.

McOuail, Denis. Sociology of Communication. New York: Penguin Books, 1987.

McQuail, Denis, dan Windahl, Sven. Communication Models for the Study of Mass Communication. New York: Longman, 1987.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya, 1986.

Rogers, Everett M. and Shoemaker, Diffusion of Innovation, Edisi Ketiga. New York: Free Press, 1983.

Severin, Werner J. dan Tankard Jr., James W. Communication Theories. New York: Longman, 1992.

Shoemaker, Pamela J. dan Reese, Ronald O. Mediating the Message, Theories of Influences on Mass Communication. New York: Longman, 1991.

 

Wright, Charles R. Sosiologi Komunikasi Massa. Disunting oleh Jalaluddin Rakhmat. Bandung; Remaja Karya, 1985.

Jurnal

Donohew, Lewis; Tipton, Leonard; dan Haney, Rogers. “Analisis Strategi Pencarian Informasi.” Diterjemahkan oleh Shoelhi. Audientia Jurnal Komunikasi 3 (1993): 65-73.

Gantz, Walter. “The Diffusion of News About the Attempted Reagan’s Assassination.” The Journal of Communication. 1 (1983): 57-66.

Muchtar, Rusdi. “Television and Mass Media Habits in Minahasa, North Sulawesi.” Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Lndonesia, LIPI. 1 (1990).

Signorielli, Nancy. “Selective TV Viewing”. Communication Journal. 1 (1986): 39-51.                                            

         

BAB

6

PERENCANAAN

MEDIA

DALAM

KOMUNIKASI

ORGANISASI

Oleh:

Gilang

Perdana

Tresna,

S.T.

          A. Pendahuluan     

KOMUNIKASI  memegang  peranan  penting  dalam  organisasi.  Tanpa  komunikasi,  organisasi  dipastikan  tidak  akan  berjalan  dengan  semestinya.  Komunikasi dalam organisasi (yang selanjutnya disingkat menjadi komunikasi  organisasi) adalah sebuah keniscayaan yang muncul dalam berbagai bentuk, jenis  maupun karakternya baik dalam alur komunikasi di dalam (internal) organisasi  maupun alur komunikasi ke luar (eksternal) organisasi.  

Komunikasi organisasi sendiri didefinisIkan sebagai berikut: “organizational  communications is the process of creating and exchanging messages within a network of  independent relationship to cope with environmental uncertainty, atau dengan kata  lain, komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan  dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk  mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah‐ubah.” (Goldhaber  dalam Romli, 2011; 13).  

Untuk  mendukung  berlangsungnya  proses  pertukaran  pesan  jalinan 

hubungan di dalam organisasi, diperlukan saluran komunikasi yang tepat dan  sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya dalam sebuah organisasi, saluran 

 

komunikasi yang digunakan ada dua jenis, yakni saluran tatap muka dan saluran  bermedia.  

Adapun saluran bermedia selanjutnya dibagi menjadi dua tipe saluran,  yakni: 1) saluran komunikasi dengan media elektronik seperti email atau surel  (surat elektronik), telepon, pesan melalui SMS, papan pengumuman elektronik  dan masih banyak lagi; 2) saluran komunikasi dengan media cetak seperti buletin  atau majalah internal, surat, poster, flyers, dan lain sebagainya. Pada akhirnya,  pemanfaatan media komunikasi organisasi tidak berlangsung secara terpisah,  melainkan dengan campuran atau bauran.  

Media adalah representasi teknologi komunikasi yang berperan menjadi  saluran yang strategis dalam komunikasi organisasi, dalam rangka mencapai  tujuan. Claire  B.  Johnson  dalam  Paces  dan  Faules  (2006:  232) menyatakan  teknologi menyatukan kemampuan komputer dan media komunikasi lainnya,  juga menghubungkan manusia dengan manusia lainnya dan dengan kegiatan  mereka yang berbeda.  

Sedangkan  menurut  Patterson  dan  Radtke  (2009:  91)  bahwa  media  memainkan peran yang menentukan dalam membingkai isu yang terjadi di arena  publik dan jika isu sebuah organisasi menjadi bagian dari agenda lokal atau  nasional, maka  akan menjadi lebih mudah  (bagi organisasi tersebut) untuk  memperoleh dana, memperoleh perhatian dari para pembuat kebijakan, menarik  pendukung‐partner‐penyumbang baru.  

Lebih  lanjut  Patterson  dan  Radtke  (2009)  menyebut  media  sebagai  kendaraan  untuk  mencapai  tujuan  komunikasi  dengan  pernyataan  sebagai  berikut: “communications objectives, taken singly or together, are likely to involve several  strategies and vehicles before they are completed.” Artinya, tujuan berkomunikasi,  yang  dilakukan  dengan  cara  sendiri‐sendiri  atau  bersama‐sama,  biasanya  melibatkan serangkaian strategi dan kendaraan (baca: alat), sebelum (komunikasi)  tersebut terlaksana.  

Lebih lanjut Patterson dan Radtke mengatakan “masing masing kendaraan  (baca: alat) komunikasi, yang memiliki target khalayak yang spesifik, adalah  langkah maju untuk menuntaskan tujuan. Idealnya, strategi dan kendaraan (baca:  alat) berjalan saling melengkapi, dengan efek yang kumulatif, dan membantu  memahami baik tujuan program dan misi organisasi.”  

Sedangkan  Phil  Jones  mengilustrasikan  media,  sebagai  saluran  dalam  strategi komunikasi organisasi, dan melihat keefektifannya. Tujuan menggunakan  media komunikasi adalah untuk meraih sebanyak‐banyaknya target (khalayak), 

 

sehandal‐handal dan secepat‐cepatnya meraih umpan balik yang maksimum  (Jones, 2008).  

Itu  sebabnya, dalam  perencanaan komunikasi organisasi, perencanaan  media menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan komunikasi. Jack  Z. Sissors dan Roger B. Baron menyebutkan Perencanaan Media sebagai proses  mendesain aksi atau kegiatan yang menggambarkan bahwa waktu dan ruang  beriklan digunakan untuk berkontribusi untuk mencapai sasaran pemasaran.  (Sissors & Baron; 2010).  

Sementara menurut Willshire (2011), media planning is about connecting  people and companies atau diartikan bahwa media adalah segala sesuatu yang  menghubungkan orang‐orang dengan perusahaan. Dalam konteks dan proses  komunikasi,  perusahaan  yang  dimaksud  Willshire  diartikan  juga  sebagai  organisasi dan atau institusi. Organisasi atau institusi atau perusahaan dalam hal  ini adalah lembaga pemerintahan atau negara, organisasi massa, organisasi sosial,  organisasi politik, organisasi budaya, perusahaan, dan atau lembaga swadaya  masyarakat. Karena itu, jenis media yang akan dibahas di sini adalah media  komunikasi organisasi. Sedangkan orang‐orang, diistilahkan sebagai khalayak  organisasi  atau perusahaan,  yang terbagi  dua,  yakni  khalayak  internal  dan  khalayak eksternal.  

Dalam  organisasi  modern,  istilah  khalayak  bisa  dikatakan  sebagai 

stakeholders, yang menurut Freeman (1987) merupakan individu, sekelompok  manusia, komunitas atau masyarakat, baik secara keseluruhan maupun secara  parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan.  

Perencanaan media dalam perspektif organisasi bisnis atau usaha, menjadi  salah satu bagian dari proses perencanaan komunikasi pemasaran. Chris Hackley  menyebutkan tugas perencanaan media bertujuan memilah dan mencari upaya  optimal perhatian (media) untuk kampanye, dengan menggunakan biaya yang  efektif dan kombinasi yang memadai dari pemilihan media. Selanjutnya, secara  sederhana Hackley mengatakan perencanaan media harus dapat memastikan  iklan kampanyenya menjangkau target khalayak yang diinginkan sebanyak‐ banyaknya, namun tetap sesuai dengan budget media. (Hackley, 2005).  

Lihat bagaimana Hackley menggambarkan Perencanaan Media sebagai 

bagian dari strategi Perencanaan Pemasaran sebagaimana tabel di bawah ini. 

       

 

Gambar 6.1. Perencanaan Media dalam Perencanaan Pemasaran                                 (Sumber: Hackley, 2005)     

Sebagai ilustrasi, sebuah perusahaan (misalnya: produsen susu formula) pertama 

kali  harus  menetapkan  perencanaan  pemasaran  produknya,  selanjutnya 

perusahaan  tersebut  harus  menetapkan  siapa  sasaran  pemasarannya  dari  produknya (misalnya: semua orang dengan kategori wanita berumah tangga),  kemudian perusahaan  tersebut  menetapkan target iklan produknya  tersebut  (misalnya: wanita baru melahirkan), selanjutnya perusahaan tersebut menetapkan  sasaran medianya (misalnya: khalayak televisi), dan terakhir perusahaan tersebut  membuat  perencanaan  medianya  (misalnya:  program  tv  nasional pada jam  tayang prime time antara pukul 18.00 – 21.30). Harapannya adalah produsen susu  formula tersebut, bisa dengan efektif meraih khalayak potensial yang seluas‐ luasnya dengan membeli slot iklan di televisi nasional pada jam prime time, yang  jumlah  penonton  female  25+  (kategori  Nielsen  Media  Research)  merupakan  penonton terbesar.               PERENCANAAN PEMASARAN SASARAN PEMASARAN TARGET IKLAN SASARAN MEDIA PERENCANAAN MEDIA 

 

Dalam dokumen PERENCANAAN KOMUNIKASI KONSEP DAN APLIKA (Halaman 58-63)