• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Strategi Komunikasi Bisnis

Dalam dokumen PERENCANAAN KOMUNIKASI KONSEP DAN APLIKA (Halaman 116-121)

Oleh: Almy Zarlis, S.T.

Tahap   6.   Pengukuran ROI ‐ Return of Investment (hasil dari investasi)

G.   Proses Strategi Komunikasi Bisnis

   

PROSES strategi komunikasi bisnis terdiri atas: 

 

- asking (menggali, mencari dan mengkategorikan fakta), - listening (menerima masukan, kritik, dan saran),

- telling (menyampaikan pesan komunikasi bisnis dengan lisan melalui media massa ataupun non massa), dan

- understanding (timbul saling pengertian antara komunikator dengan komunikan bisnis).

 

Dalam proses strategi komunikasi bisnis, manajer memang peranan yang  penting.  

Setiap manajer bertanggung jawab terhadap komunikasi, sehingga manajer  harus melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk menciptakan pengertian  dalam empat arah, yaitu: 

 

- Harus mengerti diri sendiri.

- Harus menjalin hubungan dan menyelamatkan pengertian antara dirinya

dengan atasan, antara dirinya dengan bawahan, dan antara dirinya dengan orang lain pada tingkat yang setara dengan dirinya dalam perusahaan.

- Manajer profesional merencanakan untuk membuat pihaknya selalu

mendapatkan informasi dengan mengatur periode yang pasti di interval regular, selama ia memimpin diskusi kelompok dan diskusi dengan seseorang.

- Dan seorang manajer, untuk menjalankan tanggungjawabnya harus

melaksanakan pertemuan reguler dengan orang yang setara dalam perusahaan.

 

Karena itu, penting bagi seorang manajer memahami tanggunjawabnya  tersbut agar proses komunikasi menjadi esuai dengan apa yang diharapankan.  Sebagian besar dari diri kita ingin mengerti bahkan ingin sekali untuk mengerti. 

 

Kegagalan untuk  mendapatkan pengertian,  dapat muncul  karena kita salah  dalam memilih bentuk komunikasi ketika berkomunikasi. Kegagalan komunikasi  dapat muncul, hasil yang paling penting dari kegagalan berkomunikasi “tidak  adanya saling pengertian”, kita gagal untuk mengerti pemikiran dan perasaan  orang lain begitu pun sebaliknya. Bila orang tidak mengerti, keretakan dan  frustasi  biasanya  akan  langsung muncul  kepermukaan.  Hubungan  personal  sering deterirates dan prevalent tone menjadi sikap apatis dan tidak menaruh minat  atau perhatian.  

Agar komunikasi tidak gagal maka seorang manajer juga harus memahami  prinsip prinsip dalam Komunikasi sebagai berikut : 

 

- Principle of line loss, semakin banyak informasi yang masuk ke dalam pikiran seseorang, semakin banyak kemungkinan pengertian cenderung tertunda, terganggu, terkontaminasi dan bahkan hilang.

- Principle of Emotional Appeal, kita cenderung untuk berpikir tanpa emosi, bila pesannya faktual dan tidak personal, orang akan lebih mendengarkan dan lebih mengerti, bila kita memperkenalkan ide dengan menghubungkannya dengan kalimat minat pribadi mereka, keinginan mereka untuk lebih berkembang/maju, pekerjaan mereka dan keluarga mereka. (Priyatna dan Elvinaro, 2009)

- Principle of Application, ketika pemikiran baru kita diaplikasikan, kita akan menjadi bagian dari ide tersebut karena dalam melaksanakannya kita mengembangkan perasaan kita sebenarnya dari perasaan memiliki.

 

Salah satu aktivitas yang biasa terjadi dalam komunikasi bisnis adalah  berbicara atau berinteraksi dengan rekanan bisnis lain atau terkadang harus  berbicara di hadapan publik atau khalayak atau berbicara dalam sebuah forum  diskusi atau rapat atau konferensi.  

Karena itu ada ada dua kecakapan seni yang harus dimiliki para manajer  yakni:  

 

Seni Mendengarkan 

 

Berbicara di muka umum, tidak akan efektif tanpa mendengarkan  dengan baik. Mendengarkan adalah keterampilan yang langka, hal ini  dilakukan  setiap  hari  tapi  seringkali  tidak  tepat/  buruk.  Utuk  mendengarkan diperlukan konsentrasi, keinginan untuk mengerti.  

 

Berikut  keterampilan  dasar  untuk  memperbaiki  kemampuan 

mendengarkan, yaitu: 

 

a. Dengarkan  dengan  keseluruhan  jiwa  dan  raga, 

pergunakanlah  ekspresi  muka dan  gerakan  tubuh 

untuk  menyampaikan  kepada  pembicara  seberapa 

baik anda mengerti pesan yang disampaikannya. 

b. Berikan  tanda  verbal  kepada  pembicara,  sebut 

beberapa kata untuk memberi tanda pada pembicara  kapan sebaiknya diperlambat, dipercepat,  berhenti  atau melakukan arah yang baru. 

c. Ulang pesan untuk lebih jelas. Bila anda tidak yakin  telah  mendengar  pesan  yang  dimaksud,  hentikan  pembicaraan dan katakan “this is how I hear what you  said‐am I correct”? (Priyatna dan Elvinaro, 2009) 

 

Seni Berbicara 

Pembicaraan  tatap  muka  merupakan  hubungan  vital  dalam 

komunikasi bisnis, ada beberapa poin penting untuk mengingat ide‐ide  dalam terampil berbicara, antara lain: 

a. Ikatan pendekatan anda kepada pendengar (orang yang diajak bicara)  dan apa yang sedang ia pikirkan. 

b. Lihat kepada pendengar, anda akan mendapatkan pengertian, pelihara  dan pertahankan perhatian ini. 

c. Bicarakan tentang satu hal secara jelas, lebih baik dari pada loncat dan  berpindah dari ide yang satu ke ide yang lainnya. 

d. Hindari pertanyaan yang menyerang seperti; “what do you mean, you do  not think it is fair?” 

e. Jangan merendahkan orang, jangan beranggapan bahwa mereka tidak  paham. 

f. Atur diri anda sendiri, ketika beberapa orang bertanya kepada anda,  mereka memperlambat anda, sehingga mereka dapat berpikir kembali  tentang hal yang anda sampaikan. (Priyatna dan Elvinaro, 2009) 

 

Orang‐orang yang berpartisipasi dalam sebuah konferensi, mereka kerap  memiliki tanggung jawab lebih besar untuk kesuksesan konferensi daripada  pemimpin. Baik itu dalam pengumpulan ide‐ide atau memecahkan masalah. 

 

Konferensi dimana anda menjadi anggotanya bisa produktif jika anda bertindak  secara tepat dan memberikan ide serta saran yang membangun.  

Berikut poin‐poin yang harus diperhatikan: 

 

- Mengkondisikan diri sebelum konferensi 

- Jika  lupa  dengan  nama  teman  konferensi  anda,  maka 

perkenalkanlah dirimu terlebih dahulu 

- Jangan ragu untuk terlibat dalam kegiatan tertentu, agar anda  dapat terlibat dalam diskusi dan berbicara dengan bebas 

- Hindari komentar sepihak 

- Jangan hancurkan diskusi yang konstruktif dengan sikap negatif 

- Bersikap sopanlah dalam mendengarkan orang lain. Selesaikan  perbedaan dengan negoasiasi dan sikap saling menerima. 

     

H. Negosiasi 

 

Setiap kita adalah negosiator. Negosiator adalah kebutuhan kita. Negosiator merupakan keharusan bagi kita. Tanamkanlah fakta itu dalam pikiran kita dan marilah kita belajar, bagaimana menjadi negosiator yang baik.

   

UNTUK menyelesaikan permasalahan atau meminimalisir perbedaan di antara  dua  pihak dapat dilakukan  dengan cara negoisasi. Dalam  proses  negosiasi  terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu: negosiator dan adversary atau lawan  dalam negosiasi.  

Keterampilan dalam negosiasi merupakan salah satu yang esensial untuk  meraih sukses. Alasannya adalah, dalam hidup, kita akan selalu berhubungan  satu  dengan  yang  lain,  di  mana  masing‐masing  pihak  berusaha  untuk  mendapatkan apa yang dibutuhkan. Begitu juga dalam komunikasi bisnis, tidak  dapat lepas dari kegiatan bernegosiasi.  

Negosiasi  adalah  perundingan  yang  bersifat  tawar  menawar.  Para  negosiator dan adversary, jangan pernah berharap akan berhasil 100% dalam  bernegosiasi, negosiasi juga merupakan proses tarik ulur, hasil terbaik dalam  negosiasi adalah “win‐win solution”. Negosiasi terjadi apabila di antara pihak‐ pihak yang secara terbuka bersedia mengemukakan gagasan‐gagasannya. Tidak  tertutup kemungkinan bahwa masing‐masing pihak yang melakukan negosiasi 

 

memiliki Hidden Agenda. Yang dimaksud dengan Hidden Agenda adalah gagasan  tersembunyi atau niat terselubung yang diungkapkan secara eksplisit dalam  negosiasi, akan tetapi merupakan target yang sesungguhnya ingin dicapai oleh  pihak yang bersangkutan. Adanya hidden agenda pada umumnya dapat dikenali  kerana sifatnya yang menghambat proses negosiasi, sehingga proses ke arah 

kesepakatan  sangat  sulit  atau  bahkan  hampir  tidak  pernah  mencapai 

kesepakatan. 

Bila diduga bahwa proses negosiasi terhambat kerana adanya hidden agenda  dari salah satu maupun kedua belah pihak, lobbying dapat dipilih untuk menggali 

hidden agenda yang ada sehingga proses negosiasi dapat dimulai kembali dari  gagasan‐gagasan yang lebih terbuka. 

 

Karakteristik Negosiasi: 

 

1. Senantiasa melibatkan pihak lain, baik sebagai individu, perwakilan

organisasi, perusahaan, atau dalam kelompok.

2. Memungkinkan terjadinya konflik di dalamnya, baik di awal sampai

terjadi kesepakatan akhir negosiasi.

3. Menggunakan teknik tawar menawar (bargain) atau tukar-menukar

(barter)

4. Biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau yang belum terjadi,

tetapi direncanakan untuk terjadi.

5. Biasanya, akhir dari negosiasi adalah adanya kesepakatan antara kedua

belah pihak, sepakat untuk tidak sepakat, atau tidak sepakat untuk bersepakat.

 

Elemen dalam negosiasi: 

 

1. Proses penyampaian.

Proses penyampaian pesan meliputi lawan bicara, intonasi suara, gerak tubuh, serta pemilihan kata-kata yang sopan dan benar.

2. Menggunakan teknik tertentu.

Negosiasi bukanlah debat kusir dan membutuhkan teknik tertentu agar hasilnya lancar dan maksimal.

3. Tujuan menembus psikis lawan bicara.

Berharap lawan bicara kita dapat mengikuti apa keinginan kita. 4. Titik temu.

Tujuan akhir dari negosiasi adalah mendapatkan kesepakatan.  

 

Sebelum melakukan negosiasi dalam komunikasi bisnis, diperlukan sebuah  perencanaan yang matang agar hasil negosiasi sesuai dengan apa yang kita  harapkan. Ada beberapa hal yang harus kita rencanakan, seperti: siapa yang akan  ditunjuk sebagai negosiator atau perwakilan perusahaan, teknik apa yang akan  digunakan dalam bernegosiasi, dan lain sebagainya.  

Berikut  beberapa  teknik  yang  dibutuhkan  seorang  negosiator  dalam  melakukan negosiasi, yaitu:  

 

Push – Pull (tarik ulur)

Lose – Win (mengalah untuk menang)

Split The Difference (teknik membagi perbedaan) Piggiback (teknik saling mendukung)

(Priyatna dan Elvinaro, 2009)  

Seorang negosiator juga memiliki beberapa karakteristik, antara lain:  

 

Pressure Type, senang bersaing dan selalu ingin menang.

Cooperative Type, senang bekerja sama dan ingin mencapai persetujuan yang terbaik.

(Priyatna dan Elvinaro, 2009)  

Para negosiator melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda‐beda.  Ini wajar, dan jika mereka tidak mengambil langkah‐langkah yang positif, mereka  akan menjadi korban dari berbagai hambatan alamiah dalam komunikasi. Mereka 

tidak  akan  mendengar  beberapa  pokok  pembicaraan,  memutarbalikkan 

pernyataan, tak mau menerima yang lain lagi.  

Langkah‐langkah paling praktis untuk meningkatkan komunikasi di antara  para negosiator mencakup: 

 

1. Ciptakan suatu iklim yang ramah dan penuh kerja sama.

2. Buatlah pernyataan-pernyataan pembukaan yang bebas dan secara bebas

mencari kejelasan mengenai posisi masing-masing pihak. Jangan berusaha menentang sebelum gambaran keduanya jelas.

3. Sadari kerangka waktu yang masuk akal. Jangan bicara terlalu banyak

atau terlalu lama.

4. Siapkan pernyataan pembukaan sebelumnya.

5. Sajikan informasi secara sederhana, dalam pokok-pokok yang mudah

diterima.

6. Gunakan komunikas non verbal dengan baik, sikap badan, gerakan badan,

kontak mata, serta alat-alat peraga.

 

7. Dengarkan dengan baik, pusatkan perhatian, buatlah catatan, usahakan

untuk menjelaskan, periksalah pada pihak lain apakah saudara telah memahaminya secara benar.

 

Negosiator  yang  terampil  memanfaatkan  alat‐alat  peraga  yang  dapat  memberikan  pengaruh  besar,  namun  secara  hemat dan  hati‐hati. Misalnya,  penggunaan  suatu  pernyataan  yang  sederhana  atau  diagram  pada  sebuah 

flipchart  atau  papan  tulis  sangat  dianjurkan  asal  saja  si  penyaji  berusaha  menerangkannya secara penuh kepada pihak lain. Alat itu sangat membantu  untuk  memperkuat  suatu  pernyataan  pembukaan.  Sebaliknya,  alat  peraga  demikian  tidak  akan  produktif  jika  diperkenalkan  pada  pertengahan  suatu  negosiasi.  Persepsi  pihak  lain adalah  bahwa  kita  telah sampai  pada  tahap  negosiasi yang mengarah pada sasaran. Bahwa kita tengah berada dalam proses  menghasilkan sesuatu dan oleh karenanya pikiran kita tidak lagi dipengaruhi  oleh apa yang mereka katakan selama babak pertengahan pertama dari negosiasi  tersebut. Alat peraga yang digambarkan selama pertemuan itu akan mempunyai  pengaruh yang lebih positif. Alat peraga tersebut berupa catatan, gambar atau  diagram yang dibuat oleh salah satu anggota kelompok itu juga, yang sekaligus 

memberikan  penjelasannya  sewaktu  mengambarkan.  Alat  peraga  itu  akan 

menarik perhatian mata, energi, konsentrasi dan hal‐hal lain yang ada dalam  ruangan itu ke arah penyaji. Unsur‐unsur keterampilan pribadi merupakan cara  yang  dapat  digunakan  oleh  penyaji,  seperti  suaranya,  keterampilan  non‐ verbalnya, ketenangan dan alat‐alat peraga bantuannya.  

Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan negosiasi,  yaitu:  

 

• Lakukan analisis diri (SWOT).

• Tentukan negosiator yang mampu berkomunikasi secara efektif.

• Menguasai materi negosiasi dan membuat butir urutan masalah dalam

skala prioritas.

Berusaha mendapatkan informasi dan data adversary secara lengkap.

• Tentukan sasaran yang minimal serta maksimal ingin dicapai.

• Menyiapkan strategi negosiasi, menentukan kapan, tempat dan taktik

yang digunakan (win-lose, win-win, lose-win).

• Jika memiliki masalah internal, lebih baik diselesaikan terlebih dahulu. (bahan kuliah Negosiasi, Prof. Soeganda, Konsentrasi Komunikasi Bisnis, 2011)

 

Untuk  mencapai  komunikasi  yang  efektif  dan  tepat  sasaran  dalam  negosiasi bisnis harus melakukan beberapa tahapan berikut ini, yaitu: 

 

1. Fact-finding, mencari/mengumpulkan fakta serta data yang berhubungan dengan kegiatan bisnis lawan sebelum melakukan negosiasi.

2. Planning/perencanaan, sebelum melakukan negosiasi, susunlah terlebih dahulu dalam garis besar pesan yang hendak disampaikan. Berdasarkan kerangka topik yang hendak dibicarakan rincilah hasil yang akan dicapai. Berdasarkan apa yang anda ketahui tentang lawan anda, perkirakan kemungkinan reaksi penerima pesan/lawan berbicara terhadap apa yang anda katakan.

3. Penyampaian, lakukan negosiasi/sampaikan pesan dalam bahasa lawan/si

penerima. Usahakan menggunakan istilah khas yang bisa dipakai oleh lawan negosiasi kita. Pilihlah kata-kata yang mencerminkan citra yang spesifik dan nyata. Hindari timbulnya makna ganda pada semua kata yang kita ucapkan.

4. Umpan balik, negosiator yang baik, harus dapat menguasai bahasa tubuh

pihak lawan negosiasinya. Mendengarkan dengan baik lawannya yang sedang berbicara serta mengamati isyarat perilaku mereka seperti: gerakan bahu, gelengan kepala, anggukan kepala, atau yang lainnya. Umpan balik dapat membantu untuk menyesuaikan makna yang disampaikan dengan yang ditangkap lawan negosiasi kita.

5. Evaluasi, diperlukan untuk menilai apakah tujuan dari negosiasi telah

tercapai, apakah perlu diadakan negoasiasi kembali, atau perlu menggunakan cara-cara lain untuk mencapai hasil yang lebih baik.

 

Meskipun pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik, bukan  berarti hasil yang diharapkan akan diperoleh sesuai dengan yang direncanakan.  Yang sering terjadi justru perbedaan pandangan terhadap cara penyelesaian  masalah antara pemberi dan penerima pesan. Sehingga diperlukan pembicaraan  lebih lanjut, yang memerlukan perjuangan tersendiri bagi pengirim pesan dalam  menyampaikan dan mencapai tujuannya. 

            I. Contoh Kasus     

Kru British Airways Mogok 3 Hari, 1.100 Penerbangan Akan Dibatalkan

London – Maskapai penerbangan Inggris, British Airways (BA) dilanda aksi mogok kerja para krunya. Ribuan kru kabin BA hari ini memulai aksi mogok yang akan berlangsung tiga hari.

Mogok tersebut dilakukan untuk memprotes rencana pengurangan ongkos operasional BA yang akan berdampak pada gaji pekerja.

Sebelumnya BA berencana menghemat belanja sebanyak 62,5 juta poundsterling untuk mengatasi dampak negatif yang muncul karena menurunnya penumpang, fluktuasi harga bahan bakar dan persaingan dengan maskapai lainnya.

Lebih dari 1.000 penerbangan BA bakal mengalami pembatalan selama tiga hari pemogokan tersebut. Mogok kerja ini dilakukan setelah negosiasi antara pimpinan serikat dagang terbesar Inggris, Unite, Tony Woodley dengan kepala eksekutif BA Willie Walsh menemui jalan buntu.

“Dengan kekecewaan besar saya harus katakan bahwa semua negosiasi telah gagal,” kata Woodley kepada wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (20/3/2010).

“Perusahaan ini (BA) tidak ingin bernegosiasi, perusahaan ini hanya ingin berperang dengan anggota-anggota saya,” imbuh Woodley.

Total 1.100 penerbangan BA dari sekitar 1.950 penerbangan yang dijadwalkan selama aksi mogok ini akan dibatalkan.

BA bertekad untuk tetap menerbangkan setidaknya 60 persen penumpang dengan mengandalkan para staf yang tidak ikut mogok. BA juga akan menggunakan 22 pesawat dengan pilot dan kru dari delapan maskapai Eropa lainnya. (sumber: detik.com)

Permasalahan atau konflik yang terjadi antara karyawan atau karyawan  dengan atasan yang terjadi karena masalah komunikasi harus di antisipasi  dengan  baik  dan  dengan  sistem  yang  terstruktur.  Karena  jika  masalah  komunikasi antara atasan dan bawahan terjadi dapat menimbulkan hal‐hal yang  tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demo. 

Sehingga untuk menyiasati masalah ini bisa dilakukan dengan beberapa  cara, yaitu: 

 

1. Membentuk suatu sistem informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi

kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumuman atau pemberitahuan melalui loudspeaker.

 

2. Lakukan komunikasi dua arah, antara atasan dan bawahan agar lancar dan

harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi dua arah dan dilakukan secara rutin akan meminimalisir masalah di lapangan.

3. Memberi pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan,

pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi.

 

Biasanya masalah timbul karena lingkungan yang kurang kondusif di  sebuah perusahaan. Misalnya, pencahayaan yang kurang, atau sirkulasi yang  kurang baik, dan temperature ruangan yang tinggi sangat memungkinkan untuk  meningkatkan  emosi  seseorang,  jadi  kondisi  dari  lingkungan  juga  harus  diperhatikan. 

Konflik dalam perusahaan juga sering terjadi di antara karyawan, hal ini  biasanya terjadi karena masalah di luar perusahaan, seperti tersinggung karena  ejekan, masalah ide yang dicuri, dan senioritas. Perusahaan yang baik harus bisa 

menghilangkan  masalah  senioritas  dalam  perusahaan.  Hal  ini  dapat 

meminimalisir masalah yang akan timbul, kerena dengan suasana yang harmonis  dan akrab dapat meminimalisir munculnya masalah.  

Komunikasi dua arah yang dilakukan antara atasan dengan pegawai pada  kasus di atas kurang baik. Kegiatan komunikasi dengan publik internalnya tidak  berjalan  lancar.  Untuk  itu  dibutuhkan  perencanaan  yang  matang  dalam  melakukan negosiasi termasuk bernegosiasi dengan pihak internal sekalipun  (pegawai).  

(Sumber:  http://hazellsqandinavy.wordpress.com/2012/03/09/beberapa‐kas 

us‐dalamperusahaan/ Diunduh pada hari Jumat, tanggal 19 Juli 2013, pukul 10.00) 

          Daftar Pustaka       

Dewi, Sutrisna. 2007. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi Offset.

 

Djatmiko, Budi. 2011. Business Communication, Teknik Jitu Menguasai Komunikasi Bisnis. Bandung: STEMBI Bandung Business School.

L. Courtland Bovee dan John V. Thill. 2007. Komunikasi Bisnis, Jilid 1, edisi kedelapan.

Dalam dokumen PERENCANAAN KOMUNIKASI KONSEP DAN APLIKA (Halaman 116-121)