• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-bentuk Kekuasaan di berbagai ruang dan tempat

Dalam dokumen SAMBUNGKAN Upaya Memperkuat Hubungan Mas (Halaman 58-60)

Beberapa Pelajaran Penting

3 Memahami ruang, tempat dan bentuk-bentuk kekuasaan

3.3 Bentuk-bentuk Kekuasaan di berbagai ruang dan tempat

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 58

Setelah kita menelaah hubungan antara ruang dan tempat vis-à-vis partisipasi, kita juga harus meneliti dinamika kekuasaan yang membentuk inklusi dari partisipasi di dalam ruang dan tempat tersebut. Di sini, kebanyakan literatur tentang kekuasaan berhubungan dengan tingkat dimana konflik mengenai isu-isu kunci dan suara-suara dari aktor kunci terlihat (jelas) pada ruang dan waktu tertentu. Dalam studi sebelumnya, berdasarkan studi Lukes (Lukes 1974; Gaventa 1980), saya menggali perbedaan-perbedaan diantara:

 Pendekatan yang lebih pluralis terhadap kekuasaan, dimana persaingan diantara kepentingan-kepentingan diasumsikan jelas terlihat di ruang-ruang publik, yang karenanya dianggap relatif terbuka.

 Bentuk kedua dari kekuasaan, dimana masuknya kepentingan-kepentingan dan aktor-aktor tertentu ke dalam ruang-ruang publik diberikan secara istimewa melalui

mobilisasi bias atau aturan-aturan permainan yang ada; dan

 Bentuk ketiga kekuasaaan, dimana konflik lebih jelas terlihat, melalui internalisasi ketidakkuasaan, atau melalui dominasi idiologis, nilai-nilai dan bentuk-bentuk perilaku.

Dalam studi lebih kini, VeneKlasen dan Miller berpandangan lebih sederhana dalam membedakan bentuk-bentuk kejelasan (visible), tersembunyi (hidden) dan tidak terlihat (invisible) (atau terinternalisasi) dari kekuasaan (lihat Box 1).

Pentingnya kita menganalisis dinamika partisipasi dalam membedakan ruang dan tempat terlihat jelas. Dalam sejarahnya, banyak studi pluralis tentang kekuasaan meneliti –utamanya—kekuasaan dalam manifestasi yang tampak. Ia melihat siapa yang berpartisipasi, siapa yang mendapat manfaat dan siapa yang kalah dalam melihat siapa yang memiliki kekuasaan. Tetapi dari yang telah kita lihat, kekuasaan dalam hubungannya dengan tempat dan ruang juga bekerja membatasi partisipasi, dan mencegah aktor-aktor atau pandangan-pandangan tertentu masuk kedalam arena partisipasi sejak awal. Atau kekuasaan, dalam bentuknya yang lebih licik, mungkin saja diinternalisasi ke dalam nilai-nilai seseorang, self-esteem, dan identitas, sehingga suara- suara tersebut berada dalam tempat-tempat yang terlihat namun ia merupakan gaung dari suara yang diinginkan oleh pemilik kekuasaan untuk didengar. Analisis kekuasaan semacam itu menunjuk sekali lagi pada pentingnya memantapkan prasyarat partisipasi agar ruang-ruang institusional baru bisa mengarahkan perubahan terhadap status quo. Tanpa kesadaran awal sehingga warga memiliki rasa memiliki hak atau menunjukkan suaranya, dan tanpa kapasitas kuat untuk menjalankan kekuasaan tandingan melawan

aturan permainan yang menguntungkan kepentingan lama, mekanisme partisipasi

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 59 Box 1 Bentuk-bentuk kekukasaan

Kekuasaan yang tampak: pengambilan keputusan yang dapat diamati

Tingkatan ini termasuk aspek-aspek kekuasaan poitik yang tampak dan bisa didefinisikan –aturan-aturan formal, struktur, kewenangan, kelembagaan dan prosedur-prosedur pengambilan keputusan…Strategi yang menargetkan tingkatan ini biasanya mencoba mengubah siapa, bagaimana dan apa dari pembuatan kebijakan sehingga proses pembuatan kebijakan lebih demokratis dan akuntabel, dan melayani kebutuhan dan hak masyarakat dan

kelangsungan hidup planet bumi.

Kekuasaan tersembunyi: menentukan agenda politik

Orang-orang dan lembaga-lembaga yang memiliki kekuasaan memilihara pengaruh mereka dengan

mengendalikan siapa yang memperoleh meja pengambilan keputusan dan apa yang ada dalam agenda. Dinamika- dinamika ini beroperasi di berbagai tingkatan untuk mengeluarkan dan menurunkan nilai keprihatinan dan keterwakilan kelompok-kelompok yang lebih tidak berkuasa… Memberdayakan strategi advokasi yang berpusat pada penguatan organisasi dan gerakan kaum miskin bisa membangun kekuasaan kolektif dari kepemimpinan- kepemimpinan baru untuk mempengaruhi bagaimana agenda politik dibangun dan meningkatkan kejelasan dan legitimasi isu-isu, suara dan tuntutan-tuntutan mereka.

Kekuasaan yang tidak nampak: membentuk arti dan apa yang bisa diterima

Kemungkinan dari tiga bentuk kekukasaan yang paling licik, kekuasaan yang tidak terlihat ini membentuk batasan-batasan psikologis dan ideologis dari partisipasi. Masalah-masalah dan isu-isu penting tidak saja

dijauhkan dari meja pengambilan keputusan, tetapi juga dari pikiran dan kesadaran pemain-pemain yang terlibat, bahkan dari mereka yang secara langsung terdampak dari masalah tersebut. Dengan mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir tentang tempatnya di dunia ini, tingkatan kekuasaan ini membentuk kepercayaan masyarakat, rasa diri dan penerimaan terhadap status quo– bahkan rasa superioritas maupun rendah diri mereka. Proses sosialisasi, kebudayaan dan ideologi melanggengkan ekslusi dan ketidaksetaraan dengan cara mengartikan apa yang disebut normal, bisa diterima, dan aman. Strategi perubahan pada wilayah ini menargetkan budaya sosial dan politik serta kesadaran individu untuk mengubah cara pandang masyarakat tentang diri mereka sendiri dan sekelilingnya, dan bagaimana mereka memandang masa depan dan alternatif-alternatif.

Diadaptasi oleh Just Associates dari VeneKlasen dan Miller (2002).

Seperti halnya dalam dimensi lain dari kubus kekuasaan, bentuk jamak kekuasaan juga memberikan tantangan bagi aktor-aktor masyarakat sipil yang mencoba mengubah hubungan kekuasaan. Beberapa kelompok mungkin saja memusatkan perhatian pada pendekatan advokasi, menantang bentuk-bentuk kekuasaan yang nampak dalam arena yang juga terlihat melalui debat public, penelitian dan studi yang mempengaruhi keterwakilan publik. Kelompok lain akan memfokuskan pada memobilisasi dan membuat strategi aksi kolektif, yang bekerja meruntuhkan hambatan-hambatan yang mencegah aktor-aktor dan pengetahuan tertentu memasuki arena public pada awalnya. Kelompok lain bisa saja memusatkan perhatian pada mengubah kekuasaan yang tidak terlihat melalui kampanye membangun kesadaran. Strategi-strategi yang digunakan tersebut melibatkan organisasi dan intervensi yang berbeda pula dalam mengubah kekuasaan, namun sejatinya diperlukan pula strategi yang menghubungkan strategi- strategi yang berbeda tersebut. Misalnya, kemenangan kebijakan pada arena kekuasaan yang nampak memang penting, tetapi bisa saja tidak langgeng, jika mereka yang berada di luar arena tidak sadar bahwa kebijakan itu telah diambil dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan kepentingan mereka, atau mereka tidak dimobilisasi sehingga mereka dapat memastikan kekuasaan tersembunyi lain tidak menghalangi pelaksanaan kebijakan tadi.

Dalam dokumen SAMBUNGKAN Upaya Memperkuat Hubungan Mas (Halaman 58-60)