• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterhubungan ruang, tempat, dan bentuk-bentuk kekuasaan

Dalam dokumen SAMBUNGKAN Upaya Memperkuat Hubungan Mas (Halaman 60-69)

Beberapa Pelajaran Penting

4. Keterhubungan ruang, tempat, dan bentuk-bentuk kekuasaan

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 60

Seperti telah dibahas di atas, dinamikan kekuasaan bergantung pada jenis-jenis ruang dimana kekuasaan tersebut berada, tingkatan dimana ia beroperasi dan bentuk yang ia ambil. Lebih jauh lagi, seperti yang telah disarankan, beserta dimensi-dimensinya, segala bentuk strategi yang berkelanjutan dan efektif harus memperhatikan bagiamana membangun dan memelihara perubahan diantara seluruh kontinum tersebut. Perubahan transformatif dan fundamental terjadi, saran saya, dalam waktu-waktu yang langka ketika gerakan-gerakan sosial atau aktor-aktor sosial mampu bekerja efektif diantara setiap dimensi-dimensi kekuasaan tersebut secara terus menerus, yaitu ketika mereka mampu menghubungkan kebutuhan-kebutuhan membuka ruang-ruang yang semula tertutup dengan aksi warga dalam ruang-ruang mereka sendiri; merentang kerja diantara aksi lokal dan global, dan menantang kekuasaan yang nampak, tersembunyi, dan tidak terlihat secara simultan. Seperti dalam kubus Rubik, perubahan yang berhasil adalah yang menghasilkan setiap keping dari tiap sisi kubus bersekutu dengan sisi lainnya, secara terus menerus.

Strategi Persekutuan untuk perubahan adalah sebuah tantangan besar, baik bagi tiap dimensi kubus, maupun juga makin menyulitkan karena interaksi diantara mereka. Sebagai contoh, sepanjang ruang-ruang dalam satu dimensi, sementara banyak kelompok bekerja membuka ruang-ruang yang tertutup melalui tuntutan transparansi atau dukungan terhadap reformasi internal, atau membangun gerakan-gerakan sosial dan mobilisasi dalam ruang-ruang yang diklaim, banyak studi menyarankan bahwa hasilnya akan efektif jika persekutuan horizontal dibangun diantara ruang-ruang ini dimana perubahan riil terjadi. Hal yang sama, advokasi dan strategi perubahan harus dibangun secara vertikal diantara tingkatan lokal, nasional dan global untuk menjamin perubahan-perubahan tersebut berarti di setiap tingkatannya. Dan, mereka yang mencari tidak hanya mempengaruhi kebijakan dalam arena public, tetapi juga mengubah hubungan kekuasaan secara lebih mendasar, harus terus menerus berpikir mengenai isu, mobilisasi untuk memperluasi ruang politik, dan membangun kesadaran mereka yang dikucilkan. Ketimbang satu strategi yang dipilih, paduan beberapa strategi, yang bekerja sama dan tidak bertentangan satu sama lain, lebih dibutuhkan untuk menantang hubungan-hubungan kekuasaan ini.

Memang sulit bagi mereka yang mencari perubahan untuk bekerja diantara dimensi- dimensi kubus ini, namun sebenarnya dimensi-dimensi tersebut secara terus menerus berinteraksi untuk mempengaruhi yang lainnya. Strategi persekutuan di dalam satu garis axis bisa menyumbang perpecahan sekutu pada garis axis lainnya. Mereka yang mempelajari kubus Rubik berpendapat bahwa terdapat jutaan kemungkinan posisi9 yang mungkin dimiliki kubus tersebut, menunjukkan kompleksitas dan perubahan susunan dimana kekuasaan berada di antara ruang-ruang, tempat dan bentuk dalam satu konteks tertentu. Agenda lokal, nasional dan global berdampak pada pembukaan dan penutupan ruang-ruang yang diundang (invited spaces); kekusaan yng nampak dibentuk oleh siapa yang menciptakan ruang; pada gilirannya pengalaman partisipasi yang telah membantu mengatasi bentuk-bentuk kekuasaan yang tidak nampak dan tersembunyi, bisa memperkuat kemungkinan keberhasilan rancangan kelembagaan baru bagi partisipasi.

Untuk setiap isu atau aksi, tidak ada strategi tunggal atau titik masuk. Semuanya bergantung pada mengemudi diantara persimpangan keterhubungan, yang pada

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 61

gilirannya bisa menyumbang pada perpecahan persekutuan dan distorsi kekuasaan, atau secara simultan menciptakan batasan-batasan baru kemungkinan bagi aksi strategis. Misalnya, menghubungkan kampanye lokal-nasional-global untuk membuka ruang-ruang yang semula tertutup mungkin saja penting, tetapi dalam melakukannya, ia bisa saja memperteguh bentuk-bentuk kekuasaan yang tersembunyi dan yang tak nampak, jika ia secara terus menerus mengucilkan aktor-aktor potensial tertentu atau bentuk-bentuk pengetahuan tertentu. Di pihak lain, pembukaan ruang-ruang yang semula tertutup bisa menyumbang pada mobilisasi dan penyadaran baru, yang berpotensi membuka ruang-ruang lain lebih lebar, dan menciptakan momentum perubahan pada tingkat nasional dan global. Seperti kubus Rubik, terkadang dimensi- dimensi yang terlihat kacau, random dan membingungkan; pada saat yang lain kelihatan akan menghasilkan persekutuan.

Pada kenyataannya, mereka yang mempelajari kubus Rubik, juga menunjukkan pada kita bahwa kubus tersebut bisa di persekutukan kembali dalam maksimum 29 langkah, jika diambil rangkaian langkah yang tepat. Tanpa ingin membuat perubahan sosial tampak seperti solusi yang memiliki formula tertentu, hal ini memperlihatkan bahwa mereka yang ingin menantang kekuasaan dalam segala ruang, tingkat, dan bentuknya perlu mencari tidak hanya satu solusi, tetapi membangun beberapa strategi yang saling terhubung dan dalam rangkaian atau urutan yang berlainan. Semua tergantung pada titik berangkat pada konteks tertentu. Tantangannya ada pada pemahaman strategi apa yang sekiranya harus diambil, dan bagaimana strategi-strategi tersebut bisa dihubungan untuk membuat persekutuan baru dari dimensi-dimensi kekuasaan. Saat itulah perubahan transformatif terjadi.

Pendekatan kubus kekuasaan tidak melakukan ini untuk kita. Ia bukan daftar periksa, contohnya idenya bukanlah untuk memeriksa setiap kotak, karena signifikansi, dinamika dan keterhubungan dari tiap-tiap dimensi tersebut terus berubah dan sangat beragam dari satu konteks ke konteks lainnya. Ia juga bukan resep, yang memberi nilai pada ruang-ruang lokal dan diklaim atas ruang-ruang global yang berjarak dan tertutup, karena pendekatan ini memandang setiap dimensi memiliki kekuasaan yang nampak, tersembunyi dan yang tak nampak dalam dirinya. Pendekatan ini lebih dimaksudkan sebagai alat analisis, yang bisa digunakan –bersama dengan pendekatan-pendekatan lain—untuk merefleksikan dan menganilisis bagaimana strategi-strategi untuk perubahan bisa mengubah hubungan kekuasaan.

Pada berbagai keadaan, kita menggunakan pendeakatan ini untuk mendorong refleksi para aktor-aktor pembangunan terhadap strategi mereka, dan kekuasaan dan kedudukan mereka sendiri. Dalam kerja di Nigeria, penggunaan formasi awal pendekatan ini telah membantu kami melihat bagaimana perjuangan membuka proses Makalah Strategis Pengurangan Kemiskinan Nasional, yang merupakan intervensi global, telah menantang pendekatan-pendekatan kebijakan kemiskinan yang selama ini

tertutup dan top-down . Pada saat yang sama, dengan tetap menjauh dari aktor-aktor

lokal dan dari gerakan-gerakan anti kemiskinan yang ada, agenda donor bagi partisipasi yang lebih luas dan inklusif bagi proses kebijakan nasional secara tidak sengaja berdampak pada rasa pengucilan pada beberapa aktor-aktor lokal gerakan sosial (Brock

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 62

Dalam menggunakan kubus kekuasaan dengan Ornop Internasional, refleksi menggunakan pendekatan kubus kekuasaan membantu melihat kebutuhan dan kemungkinan keterhubungan yang lebih besar antara kampanye global, yang sering dilakukan oleh advokat professional yang bekerja dalam lingkungan kebijakan yang berubah sangat cepat, dengan kerja pembangunan lokal, dimana strategi lebih diarahkan pada mendorong orang untuk bicara bagi diri mereka sendiri, dan menantang bentuk kekuasaan yang tak nampak dan terinternalisasi. Dalam evaluasi kerja partisipasi masyarakat sipil oleh Ornop Internasional Belanda, pendekatan ini digunakan bagi kelompok-kelompok masyarakat sipil di Sri Lanka, Uganda dan Colombia untuk mendorong kelompok-kelompok lokal merefleksi jenis-jenis ruang dimana mereka berpartisipasi, strategi yang mereka gunakan dalam tiap ruang-ruang tersebut dan bagaimana mereka berinteraksi di dalamnya. Dan dalam bekerja dengan donor, pendekatan ini digunakan untuk merefleksikan jenis-jenis perubahan apa yang donor ingin dukung, dan kemudian meletakkan diri mereka dalam kubus kekuasaan, strategi apa yang mereka gunakan, dan bagaimana dalam melakukannya, mereka menjadi bagian dari kesetaraan kuasa (Guijt 2005).

Kesimpulannya, bahkan jika pendekatan kubus kekuasaan tidak mengajarkan bagaimana kita menyekutukan upaya-upaya kita, namun jika ia bisa digunakan oleh aktor-aktor yang berupaya mengubah dunia untuk merefleksikan dimana dan bagaimana mereka melakukannya, dan bagaimana mereka bekerja sama dengan mereka yang juga bekerja untuk perubahan, maka mungkin persekutuan dari upaya- upaya untuk perubahan kekuasaan menjadi lebih mungkin. Dalam hal ini, refleksi terhadap kekuasaan, dan refleksi oleh agen-agen perubahan terhadap bagaimana kerja mereka mempengaruhi hubungan kekuasaan pada seluruh dimensinya, mungkin menjadi langkah awal membuat kekuasaan yang tersembunyi dan tak nampak menjadi lebih jelas.

32 Catatan

* Versi yang mirip dari makalah ini telah disiapkan untuk evaluasi Dutch CFA, Menilai Partisipasi Masyarakat Sipil (Assessing Civil Society Participation , yang dikoordinasi

oleh Irene Guijt (2005) dari Learning by Design, dan didukung oleh Cordaid, Hivos, Novib dan Plan Netherlands dan the Power, Participation and Change Programme dari Kelompok Partisipasi di the Institute of Development Studies. Terima kasih saya kepada semua kolega dari Civil Society Participation evaluation, the Participation Group, Just Associates, dan semua pihak yang saya telah belajar menggunakan dan berdiskusi tentang pendekatan kubus kekuasaan.

1 Untuk melihat lebih jauh perdebatan ini, lihat Vene Klasen and Miller (2002) and Kabeer (1994).

2 Untuk memeriksa pekerjaan ini, lihat Gaventa (1980).

3 Lihat situs LogoLink untuk kajian mengenai partisipasi warga dan tata-kelola lokal, www.ids.ac.uk/logolink/index.htm (diakses pada 7 August 2006).

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 63 4 Lokakarya tentang Aksi Warga, Pengetahuan dan Kuasa Ekonomi Global: Refleksi Praktik-praktik Kini dan Tantangan ke Depan (Citizen Action, Knowledge and Global Economic Power: Reflecting on Current Practices and Challenges Ahead ,

diselenggarakan oleh Just Associates, Action Aid dan the IDS Participation Group, 1–3 August 2005 (Just Associates 2006).

5 Kubus Rubik mengacu pada kubus mekanik yang diciptakan pada tahun 1974 oleh profesor arsitek dan pematung Hongaria, Ernö Rubik, dan dipasarkan sebagai puzzle. Setiap sisi kubus bisa berputar, walaupun sisi yang lain tetap/tidak berputar.

6 Bagian-bagian berikut diambil utamanya dari makalah-makalah mengenai kubus kekuasaan, seperti yang dikutip dalam VeneKlasen dan Miller (2002) dan Kabeer (1994).

7 Pemikiran ini dikembangkan dari Cornwall (2002); Brock et al. (2001) dan Brock et al. (2004).

8 Dalam makalah ini, kubus kekuasaan memusatkan perhatian utamanya pada

kekuasaan di ruang publik public sphere namun juga mengakui bahwa pendekatan ini

tidaklah lengkap.

9 Lebih spesifik, sekitar 43 quintillion, atau 43,252,003,274,489,856,000, menurut Wikipedia!

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 64

References

Batliwala, Srilatha Grassroots Movements as Transnational Actors: )mplications

for Global Civil Society , Voluntas: International Journal of Voluntary and Nonprofit Organizations 13.4: 393–409

Batliwala, Srilatha and Brown, David L. (eds) (2006) Transnational Civil Society: An Introduction,Bloomfield: Kumarian Press

Brock, K., Cornwall, A. and Gaventa, J. (2001) Power, Knowledge and Political Spaces in the Framing of Poverty Policy, IDS Working Paper 143, Brighton:IDS

Brock, K., McGee, R. and Gaventa, J. (eds) (2004) Unpacking Policy: Actors, Knowledge and Spaces inPoverty Reduction, Kampala: Fountain Press

Cornwall, A. (2002) Making Spaces, Changing Places: Situating Participation in Development, IDS Working Paper 170, Brighton: IDS

Cornwall, A. and Coehlo, V. (eds) (2006) Spaces for Change? The Politics of Citizen Participation in New Democratic Arenas, London: Zed Books

Cornwall, A. and Coehlo, V. eds New Democratic Spaces? , IDS Bulletin 35.2 (see also www.drc-citizenship.org)

Development Research Centre, Rights and Power Workshop Report (2003), www2.ids.ac.uk/drccitizen/docs/r&pworkshopreportfinal.pdf (accessed 7 August 2006)

Edwards, M. and Gaventa, J. (2001) Global Citizen Action, Boulder; Colorado: Lynne Reinner Publishers

Gaventa, J. Reflections on the Uses of the Power Cube, Approach for Analyzing

the Spaces, Places and Dynamics of Civil Society Participation and Engagement , prepared for Assessing Civil Society Participation as Supported In-Country by Cordaid, Hivos, Novib and Plan Netherlands 1999–2004, The Netherlands: MFP Breed Netwerk

Gaventa, J. Towards Participatory Governance: Assessing the Transformative

Possibilities , in S. (ickey and G. Mohan eds , From Tyranny to Transformation, London: Zed Books

Gaventa, J. (1980) Power and Powerlessness: Quiescence and Rebellion in an Appalachian Valley,Oxford: Clarendon Press

Goetz, A.M. and Gaventa, J. (2001) From Consultation to Influence: Bringing Citizen Voice and Client Focus into Service Delivery, IDS Working Paper 138,Brighton: IDS

Guijt, ). Synthesis Report of Dutch CFA Programme Evaluation , Assessing Civil

Society Participation as Supported In-Country by Cordaid, Hivos, Novib and Plan Netherlands 1999–2004, The Netherlands: MFP Breed Netwerk

(ayward, C.R. De-Facing Power , Polity 31.1: 1–22

Just Associates (2006) Citizen Engagement and Global Economic Power Workshop Report, Washington DC:Just Associates

Kabeer, N. (1994) Reversed Realities: Gender Hierarchies in Development Thought, London: Verso

Lefebvre, H. (1991) The Production of Space, London: Verso

Lukes, S. (1974) Power: A Radical View, London: Macmillan (reprinted 2004, Basingstoke: Palgrave Macmillan)

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 65 McGee, R. Unpacking Policy: Actors, Knowledge and Spaces , in K. Brock, R. McGee and J. Gaventa (eds), Unpacking Policy: Actors, Knowledge and Spaces in Poverty Reduction, Kampala: Fountain Press: 1–26

Mohan, G. and Stokke, K. Participatory Development and Empowerment: The

Dangers of Localism , Third World Quarterly 21.2: 247–68 Pearce, J. and Vela, G. Colombia Country Report for the Dutch CFA Programme Evaluation ,

Assessing Civil Society Participation asSupported In-Country by Cordaid, Hivos, Novib and

Plan Netherlands 1999–2004, The Netherlands: MFP Breed Netwerk

Pieterse, J. Globalisation and Emancipation: From Local Empowerment to Global

Reform , New Political Economy 2.1: 79–92

Soja, E. (1996) Third Space: Journeys to Los Angeles and Other Imagined Places, Cambridge, MA: Blackwell

Tarrow, S. (2005) The New Transnational Activism, Cambridge: Cambridge University Press

VeneKlasen, L. and Miller, V. (2002) A New Weave of People, Power and Politics: the Action Guide for Advocacy and Citizen Participation, Oklahoma:World Neighbors Webster, N. and Engberg-Petersen L. (2002) (eds) In the Name of the Poor: Contesting

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 66

Bahan Belajar -4 Topik 1

Enabling Environment, Understanding Power Relations. Souce : Power Pack –

Understanding Power for Social Change , )nstitute of Development Studies, UK. Useful links : www.powercube.net (versi terjemahan)

Memahami Hubungan-Hubungan Kekuasaan

Dalam advokasi sangat penting untuk menghargai sebuah hubungan antara perubahan dengan kekuasaan. Meskipun begitu, advokasi sering diartikan tanpa sebuah pemahaman yang jelas maupun analisis yang memadai mengenai bagaimana perubahan

Mengartikan Kekuasaan

Kekuasaan tidaklah statis dan juga bukan sebuah sumber yang terbatas. Kekuasaan bisa digunakan, dibagikan, atau diciptakan oleh aktor sosial dan jaringan kerja mereka dalam berbagai cara. Sebagai contoh, kekuasaan atau hubungan kekuasaan yang tidak

berimbang bisa dilihat sebagai sebuah bentuk kontrol satu orang dari sebuah kelompok (yang berkuasa) atas orang lain yang dipandang sebagai pihak yang tidak berdaya.  Kekuasaan “atas” sering digunakan dalam berbagai cara untuk menjaga status quo

dan menekan serta membatasi orang atau kelompok orang dari mendapakan hak- haknya.

Meskipun demikian, kekuasaan juga bisa dilihat sebagai daya positif untuk perubahan pribadi maupun perubahan sosial dan juga sebagai tindakan yang positif.

Kekuasaan “untuk”: merujuk pada kemampuan untuk melakukan tindakan, sebagai agen untuk menerapkan dan menyadari akan hak-hak, kewarganegaraan, serta hak untuk bersuara.

Kekuasaan “dari dalam”: merujuk pada mendapatkan sebuah rasa identitas diri, kepercayaan diri, dan kesadaran diri yang merupakan prasyarat dalam sebuah tindakan.

Kekuasaan “bersama”: merujuk pada sinergi yang mungkin muncul melalui kemitraan dan kerja sama dengan pihak lain atau melalui proses tindakan bersama dan pengembangan sekutu.

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 67

terjadi. Banyak strategi advokasi didasarkan pada asumsi bahwa perubahan kebijakan akan cukup untuk mewujudkan perubahan sosial yang permanen. Sementara itu perubahan sosial berpengaruh pada perkembangan keefektivan OMS dalam mengidentifikasi dan menjelajahi kekuasaan dalam berbagai macamnya yang mungkin saja mempunyai pengaruh pada situasi Anda, sebagai contoh untuk mengungkapkan mengapa kebijakan tertentu diloloskan sementara sebagian yang lainnya tidak. Dan mungkin saja dapat membantu dalam memahami pengaruh faktor budaya dan faktor sosial yang digunakan warga negara dalam melihat dunia, bagaimana mereka berkelakuan, serta mengapa mereka melakukan tindakan yang positif ataupun yang sebaliknya.

Meskipun tidak ada satu ukuran yang sama dalam pendekatan perubahan kekuasaan, namun melakukan analisis kekuasaan akan membantu Anda dalam menjelajahi berbagai macam bentuk kekuasaan yang bermain di dalam konteks apapun, terkait bagaimana cara mereka mempengaruhi perubahan yang ingin Anda capai, dalam melihat kesempatan yang seperti apa, dan dengan titik masuk yang tersedia untuk bertindak. Ada banyak pendekatan yang berbeda dalam analisis kekuasaan, dan salah satu alat yang paling mudah dipahami adalah seperti yang kita garis bawahi berikut ini:

PERANGKAT Kubus Kekuasaan 53

Pendekatan Kubus Kekuasaan adalah perangkat yang sangat berguna dalam mengenali tingkat, ruang, dan bentuk kekuasaan, serta menganalisis cara mereka saling berhubungan satu sama lain. Hal ini akan memungkinkan Anda untuk melakukan sebuah analisis kekuasaan yang meliputi banyak hal dalam konteks atau masalah apapun yang akan membantu Anda dalam mendalami lebih lanjut mengenai relasi dan kekuasaan untuk menemukan titik masuk yang memungkinkan dalam advokasi serta cara-cara terkait dinamika penentangan kekuasaan.

53Kerangka kerja Kubus Kekuasaan dikembangkan oleh para peneliti dari tim Partisipasi,

Kekuasaan, dan Perubahan Sosial‖ yang dikepalai oleh John Gaventa di Institut Studi Pembangunan di Inggris.

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 68 Tingkat Global

Dalam dokumen SAMBUNGKAN Upaya Memperkuat Hubungan Mas (Halaman 60-69)