• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang-ruang bagi partisipasi

Dalam dokumen SAMBUNGKAN Upaya Memperkuat Hubungan Mas (Halaman 54-57)

Beberapa Pelajaran Penting

3 Memahami ruang, tempat dan bentuk-bentuk kekuasaan

3.1 Ruang-ruang bagi partisipasi

Pengertian ruang digunakan secara luas dalam literature tentang kekuasaan,

kebijakan, demokrasi dan tindakan warga. Beberapa penulis mengacu pada ruang-

ruang politik yaitu kanal-kanal kelembagaan, diskursus politik dan praktik-praktik social dan politik dimana melalui kanal-kanal tersebut kelompok miskin dan organisasi- organisasi yang bekerja dengan mereka bisa menjalankan pengurangan kemiskinan (Webster and Engberg-Petersen, 2000). Kajian lain memusatkan pada ruang-ruang

kebijakan untuk memeriksa momen-momen dan kesempatan-kesempatan dimana

warga dan pembuat kebijakan berkumpul, juga kesempatan-kesempatan nyata yang

bisa diobservasi, perilaku-perilaku, tindakan-tindakan dan interaksi-interaksi terkadang menandakan adanya potensi transformatif McGee, : . Beberapa

yang lain melihat ruang-ruang demokratis dimana warga bisa terlibat untuk menuntut

hak mereka sebagai warga dan memengaruhi proses-proses pemerintahan (Cornwall dan Coehlo, 2006). Di dalam artikel ini, yang mengambil tindakan warga dan partisipasi

mereka sebagai titik berangkat, ruang-ruang dilihat sebagai kesempatan, momen, dan

kanal-kanal dimana warga bisa bertindak sehingga memengaruhi kebijakan, diskursus, keputusan dan hubungan-hubungan yang berdampak pada kehidupan dan kepentingan mereka.

Kajian Andrea Cornwall mengingatkan kita bahwa ruang-ruang bagi partisipasi ini tidaklah netral, tetapi ia sendiri dibentuk oleh hubungan-hubungan kekuasaan, yang melingkupi dan berada di dalam ruang-ruang tersebut (Cornwall, 2002). Cornwall juga mengutip, diantaranya, ilmuwan social Perancis (Lefebvre, Foucault, Bourdieu) yang mengajukan keterkaitan yang dalam antara konsep kekuasaan dan konsep ruang. Mengutip Lefebvre: Ruang adalah sebuah produk sosial…tidak semata di sana , wadah netral yang menunggu diisi, tetapi merupakan sesuatu yang dinamis, alat pengendalian yang diciptakan manusia, dan karenanya alat dominasi dari kekuasaan Space is a social product … it is not simply there , a neutral container waiting to be filled, but is a dynamic, humanly constructed means of control, and hence of domination, of power, (Lefebvre 1991: 24)). Terkandung pula di dalam ide tentang ruang dan tempat adalah

gambaran tentang batasan boundary). Hubungan-hubungan kekuasaan membantu

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 54

batasan itu, dan siapa yang bisa masuk, dengan identitas, diskursus, dan kepentingan macam apa. Menggunakan ide tentang batasan dari Foucault dan yang lain, Hayward menyarankan agar kita memahami kekuasaan sebagai jaringan dari batasan-batasan sosial yang membuka medan-medan tindakan yang dimungkinkan . Kebebasaan, di sisi lain, adalah kemampuan untuk ikutserta secara efektif dalam membentuk batasan-

batasan social yang mendefinisikan apa yang mungkin (ayward, . Dalam

pengertian ini, partisipasi sebagai kebebasan tidak saja merupakan hak untuk ikutserta secara efektif dalam sebuah ruang yang ada, tetapi juga hak untuk mendefinisikan dan membentuk ruang itu.

Jadi, yang harus kita gali dalam memeriksa ruang-ruang bagi partisipasi adalah mempertanyakan bagaimana mereka diciptakan, dan dengan kepentingan siapa dan pelibatan macam apa. Dengan banyaknya perdebatan mengenai definisi ruang, kajian ini menyarankan ruang sebagai sebuah kontinum ruang-ruang, yang meliputi: 7

Ruang-ruang tertutup (closed spaces). Walaupun kita ingin memusatkan perhatian pada ruang-ruang dan tempat yang membuka kemungkinan partisipasi, kita harus menyadari bahwa banyak ruang pengambilan keputusan yang masih tertutup. Dengan kata lain, keputusan-keputusan dibuat oleh sekelompok pelaku di balik pintu tertutup, tanpa mereka bermaksud memperluas batasan untuk mencakup lebih banyak pihak. Di dalam Negara, cara lain untuk membayangkan ruang-ruang ini adalah sebagai ruang-ruang yang tersedia dalam arti para elit birokrat, ahli, atau wakil yang dipilih membuat keputusan dan menyediakan layanan bagi rakyat , tanpa menjalankan konsultasi atau partisipasi lebih luas. Banyak upaya-upaya masyarakat sipil yang berfokus pada membuka ruang-ruang seperti ini melalui keterlibatan publik yang lebih besar, keterbukaan dan akuntabilitas.

Ruang-ruang yang diundang (invited spaces). Bersamaan dengan upaya-upaya memperluas partisipasi, bergerak dari ruang-ruang tertutup menuju ruang yang

lebih terbuka , ruang-ruang baru diciptakan yang bisa disebut sebagai ruang-ruang

yang diundang , yaitu ruang-ruang dimana orang (sebagai penggunan, warga atau

pemanfaat) diundang untuk berpartisipasi oleh berbagai lembaga otoritas seperti pemerintah, lembaga-lembaga supra-nasional atau organisasi non-pemerintah (Cornwall, 2002). Ruang-ruang yang diundang bisa saja diatur, atau tengah dilembagakan, atau lebih sementara melalui konsultasi tunggal. Meningkatnya pendekatan-pendekatan bagi tata-kelola partisipatif, ruang-ruang ini terlihat di berbagai tingkatan, mulai dari pemerintah lokal hingga ke kebijakan nasional dan bahkan sampai ke forum-forum kebijakan global.

Ruang-raung yang diklaim/diciptakan (claimed/created spaces). Akhirnya, terdapat ruang-raung yang diklaim oleh pelaku-pelaku yang kurang memiliki kekuasaan atau menentang para pemegang kekuasaan, atau diciptakan secara lebih otonom oleh mereka. Cornwall menganggap ruang-ruang ini sebagai ruang-ruang organik yang muncul di luar keprihatinan atau identifikasi umum dan bisa saja merupakan hasil dari mobilisasi massa, seperti keprihatinan seputar identitas atau keprihatinan berdasarkan isu, atau bisa mengandung ruang-ruang dimana orang-orang yang

berpikiran sama bergabung dalam pencarian bersama Cornwall, . Penelitian

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 55

social menolak ruang hegomonik dan menciptakan ruang-ruang mereka sendiri (Soja, 1996).

Ruang-ruang tersebut di atas terentang mulai dari yang diciptakan oleh gerakan sosial dan kumpulan komunitas-komunitas, hingga sekedar tempat-tempat dimana orang berkumpul untuk berbincang dan melawan, di luar arena-arena kebijakan yang melembaga. Ruang-ruang ini bukanlah satu-satunya ruang yang mungkin –jenis ruang- ruang kritis bagi pelibatan akan berbeda sesuai dengan seting keadaan dan sejarahnya. Di dalam berbagai penerapan dan penggunaannya, banyak istilah-istilah lain yang relevan ditambahkan pada rangkaian arti ruang ini, misalnya ruang-ruang yang ditundukkan , yang dihasut , atau yang diprakarsai . Dalam sebuah kerja bersama masyarakat sipil di Colombia, Pearce dan Vela (2005) menemukenali rentangan ruang- ruang yang meliputi:

 Formal diundang (partisipasi secara resmi ditawarkan dalam berbagai cara)

 Formal berdasarkan hak (partisipasi secara resmi dimandatkan atau diundangkan)  Diciptakan oleh lembaga-lembaga non-negara (seperti gereja, partai, donor)

 Diciptakan oleh organisasi-organisasi masyarakat sipil (seperti Ornop atau organisasi akar rumput)

 Tindakan kolektif yang sementara (seperti protes atau pendudukan lahan)

Apapun istilahnya, yang penting diperiksa adalah siapa yang menciptakan ruang-ruang tersebut – mereka yang menciptakan sangat mungkin memiliki kekuasaan, dan mereka yang memiliki kekuasaan di satu ruang, mungkin saja tidak memilikinya di ruang yang lain.

Kita juga harus ingat bahwa ruang-ruang berada dalam hubungan yang dinamis satu sama lain, dan terus-menerus membuka dan menutup melalui pergulatan mendapatkan legitimasi dan perlawanan, kooptasi dan transformasi. Ruang-ruang tertutup (closed spaces) kemungkinan akan mencari cara memulihkan legitmasi dengan menciptakan ruang-ruang yang diundang (invited spaces); mirip dengannya, ruang-ruang yang diundang mungkin saja diciptakan dari arah sebaliknya, sebagai gerakan rakyat yang lebih otonom yang berupaya menggunakan forum mereka sendiri untuk terlibat dengan negara. Sejalan dengan itu, kekuasaan yang diraih dalam satu ruang, melalui ketrampilan, kapasitas dan pengalaman, bisa digunakan untuk masuk dan memengaruhi ruang-ruang yang lain. Dari sudah pandang ini, ruang-ruang potensial untuk transformasi bagi tata kelola yang partisipatif harus selalu dinilai dalam hubungannya dengan ruang-ruang lain di sekitarnya. Penciptaan disain kelembagaan baru tata-kelola yang partisipatif, tanpa kehadiran ruang-ruang partisipatif lain yang berfungsi menyediakan dan menopang kekuasaan perlawanan, akan mudah diambil oleh para elit yang sudah kuat.

Keterhubungan antara ruang-ruang juga menimbulkan tantangan bagi strategi masyarakat sipil bagi keterlibatan mereka. Untuk menantang ruang-ruang tertutup , organisasi-organisasi masyarakat sipil dapat berperan sebagai advokat, berdebat untuk keterbukaan yang lebih besar, struktur yang lebih demokratis, atau bentuk-bentuk akuntabilitas publik yang lebih besar. Dengan munculnya ruang-ruang yang diundang , organisasi masyarakat sipil mungkin membutuhkan strategi lain bagaimana melakukan

Modul SAMBUNGKAN….! )nteraksi Organisasi Masyarakat Sipil dengan Pembuat Kebijakan di Indonesia. Page 56

negosiasi dan bekerjasama di atas meja , yang mensyaratkan pergeseran dari metode-

metode advokasi yang konfrontatif. Pada saat yang sama, penelitian menunjukkan bahwa ruang-ruang yang diundang ini harus dipegang secara terbuka oleh tuntutan terus menerus dari gerakan sosial, dan bahwa ruang-ruang partisipatif yang lebih otonom merupakan hal penting bagi tuntutan-tuntutan baru untuk berkembang. Menjangkau ruang-ruang ini –dimana masing-masing melibatkan ketrampilan, strategi dan sumber yang berbeda-beda—merupakan tantangan tersendiri. Pada kenyataannya, organisasi masyarakat sipil semestinya harus terus memiliki kekuatan (Pearce dan Vela) untuk bergerak masuk dan keluar ruang-ruang tersebut sepanjang waktu, atau kemampuan untuk membangun sekutu horizontal yang efektif untuk menghubungkan berbagai strategi diantara ruang-ruang tersebut demi terjadinya perubahan.

Dalam dokumen SAMBUNGKAN Upaya Memperkuat Hubungan Mas (Halaman 54-57)