• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berbagai Persoalan Lain

Variasi produk yang terbatas

Industri keuangan syariah global masih berada dalam tahap pengembangannya dan menghadapi banyak tantangan. Salah satu tantangannya adalah kurangnya ragam produk yang memenuhi kebutuhan semua pelanggan. Industri keuangan syariah Indonesia juga menghadapi tantangan serupa, yaitu terbatasnya rentang produk yang ditawarkan oleh pemain keuangan syariah.

Satu-satunya jalan untuk maju adalah membentuk strategi inovasi produk nasional dengan tujuan menginovasikan lebih banyak produk yang memiliki kepatuhan syariah, yang kompetitif, dan aktif secara komersial, dan memenuhi kebutuhan semua pemangku kepentingan. Hal ini merupakan proses yang lama dan menantang yang membutuhkan komitmen yang kuat dan masukan objektif dari semua pihak termasuk lembaga keuangan, OJK, DSN-MUI, dan lain-lain. Strategi inovasi produk hendaknya dipimpin oleh KNKS untuk berfokus pada pelaksanaan, kualitas, transparansi, dan profesionalisme. Para pemain hendaknya didorong untuk melakukan riset pasar yang berkualitas baik (dan membagikan hasilnya dengan pemain pasar yang lain, jika memungkinkan) yang akan memainkan peran penting dalam mengenali dan memprioritaskan produk-produk yang paling sesuai.

Berbagai lembaga keuangan di Inggris, Prancis, dan banyak negara lain didorong untuk mempersiapkan kasus usaha yang didukung oleh riset pasar untuk peluncuran produk keuangan baru. Inisiatif yang baru-baru ini diambil bersama oleh Abu Dhabi Islamic Bank dan Thomson Reuters telah memperkenalkan penghargaan bagi inovasi produk keuangan syariah dalam berbagai kelas produk.

Penetapan imbal hasil yang tidak kompetitif

Penetapan imbal hasil yang kurang kompetitif menyebabkan banyak konsumen rasional untuk tidak menggunakan layanan keuangan syariah. Berbagai lembaga keuangan syariah tidak memiliki skala ekonomi yang sama dengan pesaing konvensional. Rentang produk dan kesempatan investasi yang terbatas menghambat kapasitas mereka untuk memperoleh pendapatan yang memadai, sehingga menyebabkan biaya yang lebih tinggi dan menjadikan kurang kompetitif. Di negara-negara lain seperti Malaysia, UEA, dan Arab Saudi yang keuangan syariahnya telah mencapai critical mass untuk memanfaatkan skala ekonomi, persoalan penetapan biaya telah berkurang dari waktu ke waktu. Hal yang sama terjadi di Inggris, dimana produk syariah yang paling populer, yaitu pembiayaan perumahan (home inancing) telah menjadi amat bersaing dengan hipotik konvensional. Demikian juga,

Islamic Bank of Britain (IBB), satu-satunya bank ritel syariah di Inggris, telah sering memimpin dengan membayar imbalan tertinggi di negara tersebut untuk rekening deposito selama periode ketika suku bunga dasar yang ditetapkan oleh Bank of England 0,5%. IBB telah menarik sejumlah besar penyimpan deposito non-Muslim terlepas dari fakta bahwa rekening depositonya didasarkan pada Mudharabah

dan Wakalah dengan risiko kerugian bagi pelanggan. Namun, bank tersebut telah berhasil memasarkan produk-produk ini dengan membayar tarif layanan yang lebih tinggi yang berkaitan langsung dengan portofolio aset, dengan menggunakan secara efektif dana cadangan (Proit Equalization Reserves/PER) dan perlindungan yang ditawarkan ke penyimpan deposito Inggris lewat Skema Kompensasi Layanan Keuangan Inggris. Kombinasi berbagai faktor ini telah membantu bank tersebut dalam menetapkan harga secara lebih baik dan menciptakan keyakinan di antara para penabung deposito bahwa uang mereka berada dalam lingkungan yang aman.

Meskipun menciptakan skala ekonomi dan rancangan produk inovatif akan membantu lembaga keuangan syariah di Indonesia, mereka perlu menambah penggunaan dana cadangan (PER) secara lebih luas dan lebih efektif. Hal tersebut akan membantu mereka mengelola risiko secara lebih efektif dan lebih merata dalam penetapan harga. Dana cadangan juga akan membantu menangani berbagai persoalan keyakinan yang berkaitan dengan produk Mudharabah, Musyarakah, dan Wakalah yang dimiliki

oleh pelanggan rasional karena kurangnya kesadaran. Untuk tujuan yang sama, asuransi deposito yang ditawarkan oleh LPS harus ditekankan dalam semua komunikasi pemasaran.

Sistem TI yang lemah

Berbagai sistem TI yang sekarang digunakan oleh banyak lembaga keuangan syariah tidak secanggih yang digunakan pesaing konvensional mereka. Meskipun beberapa pemain menggunakan sistem berkaliber internasional, pemain-pemain yang lain masih menggunakan teknologi produk dalam negeri yang kurang maju dan kurang tanggap terhadap kebutuhan teknis keuangan syariah secara memadai. Hal ini amat lazim ditemui di antara Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan BMT yang tidak dapat memiliki sistem yang rumit dan teknologi canggih karena anggaran yang terbatas. Mengikuti perkembangan teknologi adalah faktor yang amat penting dalam dunia kompetitif sekarang ini; ketertinggalan dalam teknologi menambah risiko keamanan bagi pemain-pemain ini dan menghambat kinerja mereka dalam masyarakat konsumen modern yang melek teknologi.

Beragam sistem TI canggih yang didedikasikan untuk keuangan syariah (terutama perbankan) dengan rekam jejak yang sudah terbukti dan kapabilitas tinggi tersedia di pasar internasional. Para pemain perbankan syariah Indonesia perlu memandang ke luar untuk menyederhanakan tantangan mereka dan tidak perlu berusaha dari nol. Sistem-sistem yang tersedia sekarang ini dapat dengan mudah disesuaikan ke bahasa Indonesia dan memenuhi persyaratan peraturan dan syariah.

Kurangnya interaksi dan pemaparan di tingkat internasional

Dunia luar hampir tidak mengenal apapun tentang industri keuangan syariah Indonesia. Aspek-aspek unik dalam industri keuangan syariah Indonesia (misalnya, memiliki peraturan yang lebih komprehensif daripada banyak negara lain, jumlah nasabah ritel terbesar dalam pasar tunggal, jumlah lembaga keuangan syariah terbanyak, memiliki Sistem Online Trading Syariah (Shariah Online Trading System, SOTS) di Bursa Saham Indonesia, dan lain-lain) tidak dikenal di luar Indonesia atau tidak dilaporkan dalam laporan industri sehingga pencapaian-pencapaian ini tidak diakui oleh industri.

Industri keuangan syariah Indonesia hanya berkembang di dalam negeri dan bersifat tertutup. Hal ini merupakan kelebihan dan aspek yang unik. Namun, hal tersebut juga menghambat aliran bebas gagasan baru, pembagian pengalaman dan praktik, dan pengembangan keahlian. Industri keuangan syariah internasional tidak dapat memanfaatkan keahlian dan pengetahuan Indonesia dalam bidang keuangan syariah karena kurangnya interaksi ini. Hampir tidak terlihat pembicara dari Indonesia di berbagai acara akbar industri internasional dan jarang terdapat acara industri internasional di Indonesia dibandingkan dengan di negara-negara lain seperti Malaysia, UEA, Bahrain, dan Inggris. Ketiga negara ini memiliki interaksi internasional yang membantu mereka dalam semua aspek, termasuk menjual keahlian, belajar dari pihak lain untuk memperkuat kapabilitas mereka sendiri, dan memosisikan diri sebagai pemimpin industri keuangan syariah. Sementara di Indonesia, tempat industri ini mempunyai kekuatan yang lebih baik pada tingkat akar rumput, kapabilitas nasionalnya terpengaruh karena kurangnya interaksi internasional.

Rekomendasi:

∞ Variasi produk yang terbatas adalah persoalan kunci dalam keuangan syariah. Tindakan-tindakan berikut ini perlu diambil untuk mengalirkan potensi dalam inovasi produk:

o Mewajibkan semua pemain keuangan syariah untuk mengalokasikan persentase anggaran tahunan mereka bagi pengembangan produk, riset, dan inovasi. OJK hendaknya menetapkan target bagi semua pemain untuk memperluas rentang produk dalam periode waktu yang telah ditentukan.

o KNKS hendaknya menawarkan penghargaan dan hadiah tunai untuk inovasi produk dalam semua sektor keuangan syariah. Penghargaan dan hadiah tunai ini hendaknya diberikan setelah menerapkan metodologi dan proses seleksi yang ketat, adil, dan transparan.

∞ Lembaga-lembaga keuangan syariah sering dianggap kurang kompetitif. Untuk membantu mereka meningkatkan daya saing, direkomendasikanlah tindakan-tindakan berikut ini:

o Meningkatkan penggunaan dana cadangan (PER) untuk mengurangi luktuasi imbal hasil dari deposito berjangka dan tabungan berbasis bagi hasil (Proit Sharing Investment Accounts). o Mengizinkan rasio pembiayaan terhadap agunan (FTV)[42] yang lebih tinggi untuk produk

pembiayaan terpilih.

o Mengizinkan rasio pembiayaan bermasalah dari total pembiayaan secara bruto lebih dari 5%.

∞ Memperkenalkan Indeks Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Index/CSI) bagi kualitas layanan untuk dipersiapkan oleh KNKS. Setiap lembaga keuangan syariah hendaknya wajib mencapai tingkat minimal skor CSI dalam jangka waktu yang ditentukan oleh OJK (dan mungkin regulator lain) dan mengelolanya secara permanen untuk memastikan bahwa lembaga-lembaga keuangan syariah tetap kompetitif dan tetap memuaskan pelanggan mereka. KNKS perlu merancang indeks CSI dalam beberapa variasi untuk menyesuaikan dengan kekhususan dalam berbagai sektor serta sistem pemberian skor yang bertahap dapat diperkenalkan selama periode waktu tertentu. Lembaga yang gagal memenuhi ambang skor minimal hendaknya mendapatkan sanksi dari OJK.

∞ Mewajibkan semua pemain yang terkait[43] untuk secara sistematik merujuk kepada skema asuransi

deposito dalam semua komunikasi mereka[44] untuk menekankan aspek dan tingkat perlindungan

nasabah yang ditawarkan oleh LPS.

∞ Mewajibkan semua lembaga keuangan syariah untuk menerapkan teknologi manajemen kepatuhan dan perbankan inti tingkat lanjut dalam tiga tahun ke depan. Beragam sistem TI canggih yang didedikasikan untuk keuangan syariah (terutama perbankan) dengan rekam jejak yang terbukti dan kapabilitas yang tinggi tersedia di pasar internasional.

∞ Mendorong perusahaan TI spesialis internasional untuk membuka usaha di Indonesia.

∞ Kurangnya interaksi internasional menghambat industri keuangan Indonesia dalam bertukar informasi mengenai praktik terbaik industri dan gagasan baru. Untuk mengatasi kekurangan ini, direkomendasikan untuk:

o Mengorganisasikan acara industri internasional yang menarik perhatian umum (high proile) di

42 Finance To Value

43 Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dalam bank konvensional, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dan

BMT yang diatur oleh OJK.

44 Semua dokumen termasuk syarat dan ketentuan produk, formulir aplikasi, brosur produk, materi pemasaran

Indonesia.

o Mengirimkan pemimpin keuangan syariah Indonesia untuk berbicara dalam acara industri utama di seluruh dunia dan berbagi pengalaman dengan pemimpin lain.

o Mengadakan program bersama dengan negara terkemuka dalam keuangan syariah untuk mengembangkan dan bertukar informasi tentang praktik terbaik, strategi, dan kerangka baru. o Berkolaborasi dengan para pemain internasional dan supranasional serta badan industri

terkemuka seperti IFSB, IIFM (International Islamic Financial Market), IRTI, dan AAOFI dalam hal riset, pendidikan, pelatihan, acara, dan media.

Tujuan Rekomendasi:

∞ Memperkuat lembaga-lembaga keuangan syariah dengan meningkatkan penawaran produk mereka;

∞ Membangun keyakinan dan loyalitas pelanggan lewat kepuasan;

∞ Meningkatkan keamanan dan eisiensi lembaga keuangan syariah;

∞ Mendorong perbaikan regulasi untuk penerapan efektif tindakan-tindakan ini; dan

∞ Mendorong aliran bebas berbagai gagasan, riset, dan keahlian antara Indonesia dan negara-negara lain di dunia.

Pasar modal merupakan salah satu segmen penting dalam industri keuangan, baik di tingkat nasional

maupun internasional. Pada tingkat nasional, pasar modal yang sehat membantu untuk mendorong

pertumbuhan dan pengembangan ekonomi dengan mendanai rencana pembangunan pemerintah dan bisnis perusahaan.

Pasar modal syariah di Indonesia telah berkembang secara bertahap dalam beberapa tahun terakhir

hingga menjadi bagian terpadu dari tatanan industri keuangan nasional.  Pasar ini didominasi oleh

sukuk yang memainkan peranan penting sebagai media pendanaan dan investasi baik bagi pemerintah,

perusahaan, maupun sektor bisnis lainnya. Selain sukuk, reksa dana syariah dan saham syariah juga

sudah beredar di pasar modal.