• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Struktur Pasar

Memperkenalkan Ambang Batas untuk Pengaturan dan Pengawasan

• Setiap BMT/koperasi syariah yang mencapai ambang batas yang ditetapkan harus diotorisasi dan

diatur oleh OJK dalam waktu enam bulan sejak mencapai ambang batas. Berikut ini adalah ambang

batas yang disarankan bagi koperasi syariah:

o Setiap BMT/koperasi syariah yang memiliki simpanan sebesar Rp.10 miliar yang dikumpulkan dari anggota/non-anggota/calon anggota atau mencapai jumlah total 1.000 anggota (mana pun yang tercapai lebih dahulu) diwajibkan untuk mendapatkan otorisasi dan supervisi OJK dalam

waktu 6 bulan setelah mencapai ambang batas. Segera setelah menerima ijin OJK, BMT/koperasi

syariah tersebut dapat memperoleh manfaat dari skema penjaminan simpanan BMT/koperasi syariah yang ditawarkan oleh LPS, memiliki akses ke dana yang disediakan oleh APEX funds dan dapat mengakses BI Checking untuk menilai riwayat kredit nasabah; 

o BMT/koperasi syariah yang diatur OJK dan memiliki deposito sebesar Rp50 miliar yang dikumpulkan dari anggota/non anggota/calon anggota atau mencapai jumlah 5.000 anggota (mana pun yang tercapai lebih dahulu) akan diwajibkan untuk beralih menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan memenuhi semua persyaratan peraturan yang terkait dalam waktu 6 bulan setelah mencapai ambang batas;

• Setiap koperasi syariah yang ada, yang sudah digolongkan ke dalam salah satu dari ambang ini, diwajibkan untuk segera pindah ke kategori yang tepat dalam waktu enam bulan dari penerbitan regulasi baru;

• OJK dan Kementerian Koperasi & UKM jika diperlukan dapat bersama-sama memutuskan untuk memberikan pengecualian berdasarkan performa dalam pengkategorian tersebut.

Peluncuran Dana APEX (APEX FUNDS)

• Menciptakan diversiikasi saluran pendanaan lembaga keuangan mikro syariah dengan meluncurkan jenis dana APEX khusus baru yang ditujukan untuk berinvestasi di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan BMT/koperasi syariah, yang mengumpulkan uang dari berbagai sumber termasuk linkage program bank lokal dan sebagainya. Dana APEX yang diatur oleh OJK ini harus menjadi jembatan antara investor dan lembaga keuangan mikro dengan menciptakan skala ekonomi bagi kedua belah

pihak, mengurangi risiko dan mendiversiikasi sumber pendanaan; dan

• Membuka pasar keuangan mikro syariah termasuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan BMT/ koperasi syariah[58] untuk pemain keuangan mikro internasional untuk berinvestasi melalui lembaga baru yang dibentuk, yaitu APEX Funds Syariah. Metode ini akan memastikan bahwa ada cukup dana

untuk lembaga keuangan mikro dengan biaya yang terjangkau, tetapi pada saat yang sama tetap menjaga investor asing agar tidak memiliki langsung lembaga keuangan mikro.

Memperkuat Lembaga Keuangan Mikro Syariah

• Meningkatkan persyaratan modal minimum bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah untuk membantu

mereka mengatasi masalah kekurangan modal. OJK harus menghitung kebutuhan modal minimum

baru yang sesuai untuk memberikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah daya yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan lebih lanjut;

• Menetapkan pelatihan wajib sebagai prasyarat untuk pengoperasian keuangan mikro syariah, termasuk persyaratan yang terus diterapkan untuk jumlah jam minimum per tahun untuk pengembangan profesionalisme berkesinambungan, dan mengakomodasi kegiatan CSR agar lembaga tersebut menjadi lebih inklusif;

• Memberi ijin kepada penyedia layanan paket yang berlisensi bagi LKM, meliputi paket layanan pengembangan produk, kepatuhan syariah dan audit, solusi TI, kepatuhan terhadap peraturan, manajemen risiko dan pelatihan, dan sebagainya dengan biaya yang kompetitif dan terjangkau bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan BMT/koperasi syariah, untuk membantu mereka mengatasi kurangnya kompetensi karena keterbatasan anggaran, dan mempertahankan tingkat kepatuhan minimum sesuai dengan kerangka pengawasan baru yang diusulkan;

• OJK dan Kementerian Koperasi & UKM perlu meningkatkan jaringan dengan pihak berwenang yang mengatur sektor keuangan mikro syariah di negara-negara lain (seperti Peru, Bolivia, Pakistan, dan Bangladesh) untuk belajar dari kisah sukses;

• Memberikan sarana bagi lembaga untuk promosi koperasi syariah (PINBUK[59]) dengan undang- undang yang lebih kuat. Seperti halnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, BMT/koperasi syariah

58 Hanya koperasi syariah/BMT yang disahkan dan diatur oleh OJK yang diizinkan menerima dana dari dana

APEX keuangan mikro syariah spesialis. 59 Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil

membutuhkan asosiasi dan federasi yang kuat, yang menyediakan berbagai layanan dukungan kepada anggota mereka berbasis perlindungan-biaya (seperti halnya Pakistan Microinance

Network).  PINBUK yang lebih kuat akan memainkan peran promotor bagi asosiasi tersebut atau

menyediakan layanan-layanan itu;

• LPS perlu untuk meluncurkan skema penjaminan simpanan berbasis Takaful yang ditujukan bagi

deposan BMT/koperasi syariah yang terdaftar di OJK; dan

• Mempromosikan pendanaan alternatif bagi lembaga keuangan mikro syariah yang menggunakan

dana Zakat dan Wakaf. Perlu adanya jaringan lebih kuat dengan BAZNAS dan BWI untuk mendukung

prakarsa ini.

Tujuan Rekomendasi:

• Memperkuat kerangka regulasi untuk menyediakan lingkungan yang kondusif demi mendukung pertumbuhan lembaga keuangan mikro syariah;

• Memperkenalkan mekanisme dan solusi baru untuk meningkatkan kinerja lembaga keuangan mikro syariah;

• Memberikan tingkat dukungan yang tepat bagi lembaga keuangan mikro syariah, yang mereka butuhkan agar mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan memainkan peran penting mereka dalam keuangan inklusif;

• Merangsang pertumbuhan lembaga keuangan mikro syariah dengan menyediakan saluran

pendanaan baru dari investor domestik dan internasional; dan

Industri takaful global telah berkembang dengan tingkat CAGR di atas 18% per tahun (2009-2013),[60] sementara pada beberapa tahun terakhir industri asuransi umum hanya berkembang sekitar 3-5% per tahun.[61] Pada tahun 2013, kontribusi takaful secara global mencapai sekitar 12,3 miliar USD, termasuk sekitar kontribusi 3.5 miliar USD dari industri takaful di negara-negara ASEAN.[62]

Penetrasi keseluruhan dari industri asuransi di Indonesia termasuk rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ini. Penetrasi takaful pada tahun 2013 adalah sekitar 0,11%, sementara penetrasi industri asuransi konvensional di saat yang sama63 adalah sebesar 1,71%.[63] Di Malaysia, industri takaful telah mencapai penetrasi 5%,64 sementara industri asuransi konvensional mencapai 6%, sedangkan penetrasi asuransi di Singapura mencapai 6,6%, Filipina 3,35%, dan Thailand 1,99%.[64] Stabilnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, seiring dengan terus meningkatnya jumlah kelas menengah, bersama dengan kurang optimalnya penetrasi dari takaful, merupakan peluang yang besar untuk pertumbuhan industri takaful pada tahun-tahun mendatang. Sebagai tambahan, takaful sebagai suatu konsep mempunyai daya tarik yang lebih besar bagi segmen nasabah utama, termasuk nasabah tetap, rasional dan bahkan non-Muslim. Hal ini dapat mendukung pertumbuhan industri (takaful), sehingga dapat bersaing secara nyata dengan asuransi konvensional.