• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesuaian Strategis dengan Rencana Pembangunan Nasional

Perekonomian Indonesia diproyeksikan untuk menjadi perekonomian terbesar ketujuh di dunia[33] pada tahun 2030 (“The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential” – McKinsey Global Institute (MGI)

– Sep 2012). Hal ini merupakan berita baik, tetapi disertai dengan serangkaian tantangan. Pertumbuhan eksponensial ini akan terwujud hanya jika didukung oleh sumber daya yang memadai dan lingkungan kondusif. Kesempatan emas dalam pembangunan ekonomi Indonesia akan membutuhkan tingkat investasi yang sangat tinggi dalam beberapa sektor kunci untuk mendukung pertumbuhan tersebut. Di sinilah keuangan syariah dapat membantu pemerintah dan sektor korporasi dengan memberikan

kontribusi pendanaan yang signiikan, yang ditarik dari tabungan domestik serta investasi asing, baik

langsung maupun tidak langsung.

Terdapat beberapa sektor kunci di dalam pembangunan yang memerlukan investasi pemerintah dalam jumlah besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor-sektor yang paling penting mencakup layanan konsumen, infrastruktur, pendidikan, dan pertanian (“The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential” – McKinsey Global Institute (MGI) – Sep 2012). Pemerintah akan memiliki kebutuhan pendanaan lain yang harus dipenuhi juga, seperti biaya operasional sehari-hari pemerintah.

Salah satu aspek unik dari keuangan syariah adalah persyaratan untuk memiliki jaminan aset isik

(underlying assets) yang memiliki arus kas bagi setiap transaksi keuangan. Oleh karena itu, proyek infrastruktur, pendidikan, dan pertanian akan amat cocok untuk berfungsi sebagai aset dasar untuk membentuk instrumen keuangan syariah, seperti sukuk, yang akan membantu mengumpulkan dana

yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Pemerintah dapat tetap menutup sisa deisit anggaran dengan mengumpulkan dana melalui instrumen konvensional yang tidak membutuhkan aset isik, berhubung menutup deisit anggaran yang berkaitan dengan biaya operasional sehari-hari pemerintah dengan

prinsip syariah merupakan hal yang cukup sulit. Pendekatan ini akan membantu pemerintah dan BUMN

untuk memperluas dan mendiversiikasikan sumber pendanaan mereka, mengumpulkan cukup banyak

dana untuk memenuhi kebutuhan mereka serta mendorong budaya investasi dan menabung di antara penduduk Indonesia.

Proyek infrastruktur yang mencakup energi, transportasi (jalan raya, rel kereta api, penerbangan, transportasi kelautan), kesehatan, perumahan, dan lain-lain biasanya lebih disukai oleh investor syariah karena sesuai dengan ketentuan syariah dan biasanya menghasilkan pendapatan yang tetap dan relatif aman. Lebih lanjut, penduduk Indonesia akan merasa bangga dan puas dalam mendukung pembangunan negara mereka dengan menginvestasikan tabungan mereka dalam proyek infrastruktur. Demikian juga, proyek pendidikan amat cocok bagi pendanaan syariah karena berkaitan langsung dengan pengetahuan, salah satu aspek terpenting dalam Islam. Diperkirakan bahwa kebutuhan pekerja terampil di Indonesia akan bertambah dari 55 juta orang saat ini menjadi 135 juta orang pada tahun 2030 (“The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential” – McKinsey Global Institute (MGI) – Sep 2012). Satu-satunya cara untuk menghasilkan jumlah pekerja terampil yang eisien dan produktif ini

adalah dengan berinvestasi dalam jumlah besar dalam pendidikan. Membangun sekolah, universitas, dan lembaga pelatihan kejuruan adalah hal yang tidak terelakkan dan akan membutuhkan anggaran yang amat besar yang dapat didanai melalui instrumen keuangan syariah.

Pendapatan siap pakai (disposable income) penduduk Indonesia yang tumbuh cepat diperkirakan akan memperluas ukuran kelas konsumen dari 45 juta orang (diperkirakan pada 2012) menjadi 135 juta pada tahun 2030 (“The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential” – McKinsey Global Institute (MGI) – Sep 2012). Pertumbuhan pesat dalam kelas konsumen ini akan mendorong permintaan terhadap layanan perbankan ritel, sehingga meningkatkan tekanan pada infrastruktur perbankan yang membutuhkan dorongan vertikal dan horizontal untuk meningkatkan kedalaman dan keluasan pasar perbankan. Karena sebagian besar anggota baru kelas konsumen akan muncul dari segmen sosial ekonomi tingkat bawah, mereka boleh jadi akan menggunakan layanan keuangan syariah karena sudah memiliki hubungan dengan lembaga keuangan mikro syariah. Perkiraan tentang pertumbuhan kelas konsumen juga mencakup pergeseran penduduk perdesaan ke wilayah perkotaan, sehingga populasi penduduk perkotaan sekarang yang besarnya 53% akan menjadi 71% dari populasi total pada tahun 2030 (“The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential” – McKinsey Global Institute (MGI) – Sep 2012). Sebagai peralihan yang alami, kebutuhan layanan perbankan untuk populasi perkotaan yang baru ini diharapkan dapat dipenuhi oleh lembaga keuangan syariah karena banyak di antara populasi perkotaan ini yang telah menggunakan layanan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan BMT.

Urbanisasi di Indonesia tampaknya akan memiliki dampak merugikan terhadap pertanian. Secara potensial, tiga faktor utama dapat menghambat produktivitas pertanian, yakni berkurangnya lahan pertanian karena urbanisasi, berkurangnya jumlah orang yang terlibat dalam sektor pertanian karena pergeseran penduduk, dan bertambahnya permintaan terhadap produk makanan karena pertumbuhan kelas konsumen. Untuk menangani dampak negatif tersebut, akan dibutuhkan usaha modernisasi sektor pertanian dengan berinvestasi dalam riset dan memperkenalkan berbagai teknik baru. Hal tersebut dapat menjadi area kunci dimana keuangan syariah dapat berkontribusi melalui pendanaan berbagai inisiatif baru.

Karena daya tarik inklusifnya yang alami bagi penduduk miskin dalam masyarakat Indonesia, keuangan syariah memiliki kapasitas untuk mempercepat pencapaian pemberantasan kemiskinan. Optimalisasi

dan eisiensi penyebaran dana sosial keagamaan (yaitu Zakat, Sedekah, dan Infak) bersama dengan

berbagai inisiatif pemberdayaan sosial-ekonomi yang lain, dapat membantu masyarakat tidak mampu untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan mendorong mereka memasuki sistem keuangan yang formal. Penggunaan program keuangan mikro yang terstruktur akan mempromosikan budaya kewirausahaan, meningkatkan keuangan inklusif, dan membantu masyarakat untuk meningkatkan

kemampuan inansialnya. Penggunaan dana haji dan Wakaf secara konstruktif dapat meningkatkan

produktivitas dan kontribusi keuangan syariah terhadap pembangunan nasional demi kebaikan seluruh rakyat Indonesia.

Dimasukkannya keuangan syariah dalam pengarusutamaan strategi nasional akan membantu pemerintah dalam mencapai banyak tujuan utamanya dengan cara:

• Menarik investasi asing untuk mendanai proyek infrastruktur, pendidikan, dan pertanian yang banyak dibutuhkan. Investasi ini dapat berasal dari:

o Investor Islam dari negara-negara Timur Tengah yang kaya minyak dan gas bumi, yang secara aktif mencari berbagai kesempatan investasi syariah yang berkualitas untuk menempatkan likuiditas mereka yang melimpah;

o Investor ASEAN dan internasional yang mencari aset-aset baru dalam rangka mendiversiikasikan portofolio investasi mereka dan berinvestasi dalam instrumen syariah;

o Investor negara-negara barat (western countries) yang berinvestasi hanya dalam proyek Investasi yang Bertanggung Jawab secara Etis dan Sosial;

• Memobilisasi tabungan domestik untuk mendanai berbagai proyek nasional dan mendorong iklim investasi yang kondusif;

• Mendiversiikasikan sumber-sumber dana untuk pemerintah dan sektor korporasi untuk manajemen risiko yang lebih baik;

• Memperluas jangkauan dan penetrasi fasilitas pembiayaan untuk semua segmen dalam masyarakat, termasuk keluarga berpendapatan rendah;

• Memajukan industri keuangan secara keseluruhan dengan mempromosikan persaingan yang sehat antara lembaga keuangan syariah dan lembaga keuangan konvensional, dimana keduanya

berfokus pada inovasi produk, kualitas layanan, dan eisiensi melalui skala ekonomi dan pemberian

perlakuan yang sama;

• Menjadikan perekonomian Indonesia lebih mandiri dan kebal terhadap potensi dampak negatif dari integrasi ASEAN yang akan datang; dan

• Mendukung peran Indonesia dalam mendorong ketaatan syariah sebagai negara dari populasi Muslim terbesar di dunia.

Pemerintah Indonesia dan semua pemangku kepentingan dalam industri keuangan syariah menyepakati nilai penting keuangan syariah dan kebutuhan untuk mendukung dan memfasilitasi pertumbuhan industri ini. Namun, usaha-usaha yang dilakukan para pemangku kepentingan dalam hal ini belum benar-benar efektif dalam mencapai tujuan mereka. Meskipun telah tumbuh dari tahun ke tahun, industri ini belum juga dapat mengumpulkan kondisi minimal (critical mass) yang dibutuhkannya untuk memainkan peran aktif dalam kesejahteraan masyarakat dan perekonomian negara. Aspek-aspek unik dalam industri keuangan syariah seperti yang dibahas sebelumnya memang diperhitungkan sebagai pencapaian penting, tetapi ukuran pasar ini yang sebenarnya, sebagaimana yang diperlihatkan oleh berbagai data, memperlihatkan bahwa masih banyak usaha terpadu dan terkoordinasi yang dibutuhkan untuk mendorong potensi keuangan syariah di Indonesia.