• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berpikir Strategis sebagai strategi downscaling

Dalam dokumen ISBN > (Halaman 69-73)

POLA BERFIKIR STRATEGIS 6.1. Pengantar

2. Berpikir Strategis sebagai strategi downscaling

Saat ini manajer dituntut lebih berat lagi, dimana manajer harus berada di garis depan untuk membuat keputusan tanpa harus menunggu keputusan dari atasan. Karena di sini manajer dituntut untuk dapat bekerja cepat dan konsisten dengan kerjasama antar perusahaan. Strategi yang ideal adalah strategi yang terbaik untuk menanggapi dampak eksternal. Strategi yang ideal dapat muncul di semua level organisasi, yang diciptakan oleh tim dari manajer dalam unit-unit yang ada, dan tidak hanya datang dari tingkat eksekutif yang tinggi. Strategi yang ideal menyampaikan sebuah gambaran posisi terbaik untuk perusahaan atau unit bisnis dalam situasi yang berubah dan akan menemukan dirinya di dalam masa depan. Dalam pengertian bahwa manajer mewakili apa yang akan dilakukan perusahaan. Strategi mungkin merupakan hasil dari penskalaan turun (downscaling) untuk strategi yang layak/ideal. Strategi yang ideal merupakan sebuah proses kreatif, didorong oleh pemikiran logis, imajinasi, dan akan mengubah kenyataan. Proses ini menghasilkan ide-ide dan wawasan untuk pengebangan perusahaan.

Apa yang telah diuraikan sejauh ini memiliki beberapa implikasi. Beberapa dari konsep implikasi di sini akan meninggalkan pedoman yang lebih praktis bagi pelaksanaan berfikir strategis.

Pertama, para akademik yang sering berdebat tentang pengaruh antara strategi dan struktur.

Kedua, implementasi bertujuan tidak hanya untuk memerintahkan organisasi dan pengaturan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk mengurangi kesenjangan antara yang mungkin dan strategi yang ideal. Mem-bangun sebuah strategi ideal akan membantu menciptakan sebuah tujuan bersama di perusahaan tersebut. Upaya untuk mencapai konsensus dalam mengatasi kesen-jangan antara strategi yang ideal dan strategi yang mungkin akan menghasilkan kesamaan pengertian.

Ketiga, seorang manajer tidak mungkin untuk mendelegasikan kepada yang lebih rendah kecuali berbagi sebuah pemahaman tentang tujuan dan prioritas. Pemikiran strategis dapat membantu menjembatani kesenjangan antara formulasi strategi dan implementasinya.

Akhirnya, kegagalan untuk membuat perbedaan antara ideal dan strategi yang mung-kin dapat menjadi faktor penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Kegagalan memahami kebutuhan untuk mengubah strategi perusahaan mungkin karena perilaku yang terbatas dan tidak rasional serta keliru dalam memahami analisis SWOT-nya. 3. Berpikir Strategis Sebagai Sarana Mencapai Tujuan

Manajer memperoleh pendekatan pengolahan informasi dominan dalam dua cara, mereka dapat membiarkan pengalaman masa lalu sebagai panduan pengolahan infor-masi saat ini, atau mereka dapat membiarkan konteks panduan inforinfor-masi saat ini dari proses tersebut. Para peneliti empiris cenderung untuk menghubungkan berpikir stra-tegis dalam rangka representasi dari pembuat keputusan strastra-tegis. Kita dapat mengkate-gorikan kerangka ini dari rujukan yang sesuai dengan isi dan pola pikir seorang manajer. Pola pikir dan kondisi pikiran adalah dalam bentuk tunggal atau bersama. Pernyataan ini membawa kita berpikir strategis untuk menyusun strategi sebagai sebuah kerangka kerja

Berfikir Strategis

65 bersama di dalam pikiran manajer. Strategi terletak di sebuah bentuk peralihan antara tingkat kekhususan berpikir dan rencana strategis. Pemikiran strategis itu jauh dari spesi-fikasi yang jelas, karena ia tidak benar-benar ditulis secara jelas agar supaya ia mening-galkan banyak ruang untuk kebebsan operasional. Namun demikian, sebuah tim mung-kin ingin menulis beberapa aspek dari strategi dan membuat mereka dengan jelas dapat memastikan bahwa musyawarah yang tepat dapat dilakukan. Pendekatan secara tradisional telah mengusulkan bahwa strategi perlu diartikulasikan secara eksplisit. Ber-pikir strategis akan menyediakan jalan untuk membuat peta strategi bisnis yang efektif tanpa mendikte rincian secara spesifik. Hal ini akan menciptakan arah yang sama, sebuah visi bersama bahwa semua karyawan perusahaan dapat memahami dan meng-ikuti. Komunikasi di dalam perusahaan dapat ditingkatkan melalui pengambilan keputusan yang rasional.

Andersen (2010) menjabarkan langkah-langkah konkrit dalam membuat strategi dalam mengejar visi perusahaan, yaitu:

a. Definisikan tujuan kita dengan baik. Langkah ini harus kita ambil jika kita masih belum tahu apa tujuan atau apa langkah konkrit yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan kita. Ada tiga cara untuk mendefinisikan tujuan dengan baik.

Pertama adalah untuk mereka yang belum mengetahui apa tujuan kita: tanyakan pada diri kita apa yang kita ingin dapatkan dan bagaimana cara mendapatkannya. Contohnya: kita ingin nama kita dikenal banyak orang, dan setelah melihat bakat kita adalah menulis, maka kita memutuskan untuk menjadi penulis yang baik.

Kedua, bagi kita yang sudah tahu tujuan kita (target), tapi belum mengetahui langkah konkritnya, yaitu: dengan memeriksa elemen apa yang belum bekerja dalam usaha kita mencapai tujuan. Misalnya, kita adalah kepala dari departemen penjualan yang belum mencapai target penjualan di tahun ini. Sebelum membuat strategi apa-apa, ada baiknya kita mencoba melihat apa yang salah dari proses kerja kita selama ini. Apakah kesalahan terletak pada tim sales-kita yang kurang ramah? Atau mungkin penyebaran informasi produk yang kurang luas? Atau jangan-jangan ada kekurangan pada produk yang kita jual sehingga konsumen tidak merekomendasikannya ke teman mereka?. Setelah kita memilih salah satu cara di atas, tutuplah pendefinisian tujuan kita dengan pertanyaan ini: seperti apakah rasanya saat kita sukses? Pertanyaan ini akan menentukan cara ketiga, yaitu kita fokus ke satu arah tertentu. Contohnya, jika seorang dosen mendefinisikan sukses sebagai memiliki banyak uang, maka langkah yang akan dia rencanakan adalah mencari kampus yang terkenal untuk mengajar. Tapi jika definisi sukses dosen tersebut adalah meningkatkan ilmu untuk ditransfer kepada mahasiswa, maka salah satu langkah menuju kesuksesan adalah dengan melakukan penelitian, menulis buku dan publikasi yang dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya. b. Situasi yang dihadapi saat ini

Langkah berikutnya adalah melihat apa “modal” yang kita miliki saat ini. Dengan mengetahui kekuatan dan kekurangan kita, kita bisa tahu “modal” apa yang bisa kita andalkan dan pada bagian mana kita harus melakukan perbaikan. Caranya, tuliskan sebanyak-banyaknya kekuatan dan kelemahan kita yang berhubungan dengan definisi sukses tersebut di atas. Pada bagian kelemahan, berikan catatan bagaimana cara untuk melakukan perbaikan. Langkah ini cukup mudah tapi harus dilakukan dengan hati-hati. Ingatlah terus untuk tidak mencatat hal yang tidak

terlalu berhubungan dengan tujuan kita, misalnya, tidak akrabnya kita dengan atasan sebagai kelemahan dalam mengejar tujuan untuk naik jabatan. Jika terlalu fokus kepada hal yang tidak terlalu berhubungan seperti ini, hal-hal yang lebih krusial seperti kita kurang memiliki kemampuan berbicara di depan umum, manajemen waktu yang masih berantakan dan kelemahan lain yang berhubungan dengan skill-kita justru akan kita lewatkan. Ada tiga hal yang harus diperhatikan saat membuat daftar SWOT (strength, weaknesses, opportunity dan threat).

Pertama, kita harus melakukannya dengan objektif. Maksudnya, banyak orang yang melewatkan fakta-fakta yang tak dia sukai mengenai dirinya karena membuat dia tidak nyaman. Untuk jangka pendek, penyangkalan ini akan membuat hidup lebih mudah. Tapi untuk jangka panjangnya, justru penyangkalan ini akan merugikan karena kita tidak berkesempatan untuk memperbaiki diri. Kedua, sering-seringlah mengubah perspektif kita dalam membuat SWOT untuk mendapatkan pemahaman yang beragam. Misalnya, kekuatan kita dalam public speaking mungkin akan dipersepsi sebagai kesombongan oleh orang lain jika terlalu kita besar-besarkan.

Ketiga, utamakan kekuatan dan kelemahan yang lebih berpengaruh dengan tujuan kita. Contohnya pada saat kita ingin mendapatkan nilai yang baik di kampus, daripada fokus pada kelemahan kita yang tidak terlalu berpengaruh seperti tidak punya pacar untuk memotivasi kita, lebih baik kita mengutamakan untuk meng-hadapi kelemahan kita dalam memahami suatu teori yang diajarkan.

c. Menentukan target

Setelah mendefinisikan tujuan kita dan melihat situasi kita saat ini, akan terlihatlah jarak antara posisi kita saat ini dan kesuksesan di masa depan. Karena itu, kita harus mulai menentukan target-target untuk mencapai kesuksesan. Contohnya, untuk menjadi ekonom yang handal, kita harus masuk ke universitas yang baik, lulus program sarjana ekonomi, mengasah kemampuan dengan bergabung dengan lembaga ekonomi dan seterusnya. Tentukan juga waktu yang kita berikan bagi diri kita untuk mengejar target tersebut. Ada dua hal yang harus kita perhatikan pada fase ini. Pertama, adalah bagaimana realita yang memengaruhi kita dalam mengejar target. Kedua, adalah jangan sampai target yang kita buat terlalu mudah, karena usaha untuk mengejar tujuan akan menjadi sangat lemah dan lambat.

d. Membuat daftar penghalang tujuan kita

Langkah ini mungkin terasa seperti pengulangan pada saat kita membuat daftar kelemahan kita. Tapi, selain kelemahan kita, ada banyak penghalang lain yang sifatnya eksternal, seperti kondisi finansial, kualitas dari lembaga yang akan mem-bantu kita mengejar tujuan, kondisi persaingan di lapangan dan lain-lain. Dengan membuat gambaran lengkap penghalang, kita bisa memprioritaskan mana hal yang harus kita dahulukan dan mana yang bisa diselesaikan nanti saja. Sekarang, setelah kita menentukan target, mengetahui kelebihan dan kekurangan kita, kita bisa mulai untuk membuat rencana perjalanan kita dalam mengejar tujuan. Sesuai dengan peribahasa banyak jalan menuju Roma, kita juga harus membuat banyak alternatif untuk mengejar target. Misalnya, jika kita ingin menyelesaikan program magister manajemen (S2) tetapi memiliki penghalang keterbatasan finansial, kita bisa mem-buat beberapa rencana perjalanan, seperti mencari beasiswa, bekerja dulu sebelum melanjutkan sekolah atau bekerja sambil sekolah. Dengan berdasarkan pada data

Berfikir Strategis

67 yang kita buat pada langkah sebelumnya, maka rencana perjalanan kita akan lebih masuk akal dan sesuai dengan kondisi kita sekarang.

e. Memilih strategi

Jika sudah menemukan jalan terbaik untuk mengejar tujuan kita, sekarang saatnya membuat strategi untuk mengoptimalkan kekuatan kita dan untuk mengalahkan kekurangan kita. Tiga hal penting yang harus diingat pada saat membuat strategi, yaitu feasibility, impact dan waktu. Feasibility maksudnya adalah apakah kita benar-benar mampu melakukan strategi itu? Apakah kita memiliki kemampuan yang dibutuhkan, waktu, dukungan dari orang-orang yang memiliki andil dalam hal tersebut, dana, dan lain-lain?. Jika kita memilih strategi yang tidak feasible, yang terjadi adalah perasaan tertekan karena tidak dapat menjalankannya. Impact, pilihlah strategi yang memberikan hasil yang paling maksimal dengan usaha yang kita buat. Misalnya, bagi seorang manajer pemasaran yang akan memasarkan suatu barang, daripada dia membayar orang untuk menyebarkan brosur di jalan, lebih baik uangnya dipakai untuk menyewa stand di tempat keramaian. Hal penting terakhir adalah waktu untuk melakukan strategi tersebut. Apakah strategi tersebut harus dilakukan terlebih dahulu atau bisa diletakkan di belakang? Apakah strategi tersebut akan “basi” jika tidak dilakukan sekarang, atau masih akan memberi

impact jika dilakukan nanti? f. Evaluasi

Langkah terakhir yang harus kita lakukan adalah mulai menjalankan strategi yang sudah kita miliki. Setelah selang beberapa waktu, kita harus berhenti dan mengevaluasi proses pengejaran tujuan yang sudah kita lakukan. Lihatlah strategi apa yang berhasil, dan mana yang tidak. Lihat juga penghalang mana yang sudah berhasil ditaklukkan dan belum, serta apa alasan yang membuatnya menjadi seperti itu. Lihat juga kekuatan yang kita miliki, apakah sudah dipakai dengan optimal, belum optimal, atau justru sudah mulai kelelahan? Semua jawaban dari evaluasi ini dapat dipakai untuk memperbaiki dan mempertajam strategi yang kita miliki. 6.4. Implementasi Pola Berfikir Strategis

Ketika kita menjadi seorang pemimpin, kita akan menghabiskan terlalu banyak waktu tiap harinya dalam kegiatan sehari-hari. Berikut ini adalah cara-cara bagaimana kita bisa menjadi seorang pemimpin strategis yang dibutuhkan perusahaan kita. Pada awalnya hanya akan ada kita dan partner kita. Kitalah yang melakukan semua pekerjaan. Mulai dari mengkode, menelepon, bertemu dengan para investor, membersihkan ruangan, dan sebagainya. Sekarang, kita memiliki orang lain untuk melakukan seluruh hal itu, dan ini saatnya bagi kita untuk bisa melakukan pekerjaan yang lebih strategis. Kadang-kadang kita merasa diri kita menolak untuk menjadi orang yang strategis, karena itu kedengarannya seperti mencari-cari alasan untuk melimpahkan pekerjaan kepada orang lain.

Setiap pemimpin memiliki hasrat untuk menyelesaikan semua yang ada di depan mata seorang diri. Karena apa yang tampak di depan mata itu sepertinya sangat penting dan tidak dapat diserahkan kepada orang lain. Padahal jika kita melakukan hal itu, justru akan membahayakan perusahaan atau organisasi kita. Saat kita terlalu sibuk mengurusi hal-hal kecil, kita telah kehilangan kesempatan untuk menyadari kondisi pasar, dan kondisi

perusahaan kita yang mungkin sedang dalam keadaan berbahaya. Hal ini merupakan pekerjaan yang berat, dan tidak boleh ada kesalahan. Kita semua membutuhkan pemimpin yang strategis. Baik di perusahaan besar maupun perusahaan kecil, semuanya membutuhkan hal yang sama, yaitu pemimpin yang strategis. Oleh karena itu pekerjaan ini dibilang sulit, karena jarang ada orang yang benar-benar bisa mengerti nilai esensial dari menjadi seorang pemimpin yang strategis. Akan sangat sulit untuk menjadi pemimpin yang strategis, jika kita tidak tahu apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh seorang pemimpin yang strategis. Seorang pemimpin yang strategis harus bisa melakukan keenam hal ini dengan baik:

1. Antisipasi

Kebanyakan pemimpin perusahaan melihat apa yang ada di depan mata. Banyak pemim-pin yang tidak bisa melihat jauh ke depan. Hal ini akan sangat berbahaya, terlebih menghadapi pesaing yang mampu membaca situasi dan mampu menebak pasar. Untuk mengantisipa-sinya, kita harus cekatan melihat perubahan permainan, terutama meng-utamakan informasi dari industri terkait, mencari informasi sampai di luar batas usaha kita, bangunlah jaringan eksternal yang kuat untuk membantu kita mengumpulkan informasi penting.

Dalam dokumen ISBN > (Halaman 69-73)