• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BERFIKIR STRATEGIS

Dalam dokumen ISBN > (Halaman 22-33)

2.1. Pengantar

Bab ini menguraikan bagaimana pembelajaran tentang konsep berfifkir strategis yang dilakukan oleh seseorang baik pendekatan formal maupun informal, baik berfikir secara rasional (berfikir formal dan informal) maupun berfikir secara kreatif. Pembelajaran apa yang diperlukan untuk berpikir strategis dibahas dalam Bab ini. Melalui pembelajaran yang memadai, maka proses berfikir strategis yang dilakukan oleh manajer perusahaan akan sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh organisasi.

Perlu diingatkan lagi bahwa berfikir strategis (strategic thinking) dapat dilakukan oleh seseorang sebagai sebuah kebiasaan atau skill keahlian yang terbentuk dari kebiasaan menghadapi berbagai masalah dan berusaha memecahkan ataumencari jalan keluar dengan sumberdaya terbaik yang dimilikinya. Skill atau keahlian ini wajib dimiliki oleh seorang pemimpin, manajer atau eksekutif dalam sebuah perusahaan, hal ini juga berguna untuk menjaga kelangsungan hidup sebuah perusahaan dan menyusun rencana atau strategi yang dibutuhkan untuk menghadapi permasalahan yang mungkin muncul di masa depan. Bagi seorang individu sebagai manajer atau eksekutif perusahaan yang ingin belajar tentang berfikir strategis secara terstruktur perlu memiliki jawaban atas 3 pertanyaan kunci seperti berikut: 1. Bagaimana seorang eksekutif perusahaan yang sukses belajar cara berpikir strategis?

Apakah kemampuan atau skill berfikir strategis perlu diajarkan? Siapa yang mengajar-kan? Bagaimana cara pengajarannya?

2. Pendekatan pembelajaran yang bagaimana yang digunakan oleh seorang eksekutif yang sukses untuk mempelajari cara berpikir strategis?

3. Hal penting apakah yang didapat dalam pembelajaran berfikir strategis tersebut?

Melalui jawaban ketiga permasalahan di atas, kita dapat mempelajari secara lang-sung mengenai metode pengembangan cara berpikir strategis dari berbagai individu yang telah secara langsung mengembangkan kemampuan berpikir strategis yang dimiliki melalui berbagai pengalaman ketika menghadapi berbagai permasalahan. Kita juga dapat mencari tahu bagaimana seorang manajer, pemimpin perusahaan dan eksekutif perusahaan meng-hadapi perkembangan keadaan lingkungan dalam usaha mencapai tujuan perusahaan yang

ingin dicapai. Perusahaan maupun area bisnis sekaligus dapat mengetahui apa pemikiran, ide dan prinsip apa saja yang dipegang teguh oleh para eksekutif untuk menciptakan, mening-katkan dan mengembangkan kemampuan strategis mereka yang sekarang berada di posisi pengambil keputusan.

Para pemimpin organisasi dan para professional secara terus menerus berusaha untuk meningkatkan kapasitas serta kemampuan berpikir strategis mereka secara serius. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerjanya sesuai tujuan yang hendak dicapai dengan menciptakan, membangun kembali dan menjaga efektivitas dari strategi yang dimiliki oleh perusahaan. Semua hal tersebut dijelaskan dalam buku ini, sehingga buku inijuga cocok bagi individu baik sebagai manajer maupun bukan manajer yang berminat untuk meningkatkan pembelajaran yang dapat membantu menyempurnakan kemampuan atau performa dalam menyusun strategi organisasi atau perusahaan.

Seperti yang kita ketahui dan mulai disadari oleh banyak pihak bahwa pembelajaran berfikir strategis dalam organisasi sangat penting, terutama bagi mereka yang menduduki posisi-posisi strtategis di perusahaan. Pembelajaran berpikir strategis telah tumbuh dan berkembang serta menjadi bagian penting dari organisasi untuk mempertahankan kinerja lebih baik lagi. Kemampuan berfikir strategis yang teurs dilatih melalui pembelajaran yang memadai sangatdibutuhkan untuk bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan situasi dan lingkungan yang terus terjadi. Perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar perusahaan seperti adanya inovasi teknologi, gaya hidup masyarakat, perubahan keadaan politik dan juga pertumbuhan ekonomi yang dapat mengganggu kelangsungan hidup perusahaan. Kemampuan manajer untuk mengantisipasi perubahan inilah yang memerlukan pikiran-pikiran strategis untuk bersaing sekarang ini dan di masa depan. Peran seorang manajer diuji dan dituntut untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki dalam menjalankan perusahaan melewati berbagai ancaman dan tantangan yang ada. Bagaimana manajer menangkap tantangan dan ancaman tersebut menjadi kesempatan (opportunity) yang dapat digunakan untuk memenangkan persaingan berdasarkan kemampuan dan kekuatan perusahaan yang dimiliki.

Dalam praktiknya, pembelajaran berfikir strategis terbagi dalam 2 pendekatan yang dapat dipelajari, yaitu dengan menggunakan pendekatan tradisional dan pendekatan konvensional. Perbedaan kedua pendekatan tersebut adalah dalam pendekatan tradisional menggunakan pemikiran linear dan rasional atas konsep dalam pemecahan masalah, pembuatan keputusan dan perencanaan, sedangkan pada pendekatan konvensional lebih cenderung berfokus pada fungsi pengajaran dan pelatihan dan berbagai pembelajaran yang menggunakan proses pembuatan rencana yang bertujuan akhir untuk menciptakan produk yang nantinya dapat mendukung pencapaian hasil akhir yang diinginkan.

2.2. Proses Pembelajaran Berfikir Strategis

Proses pembelajaran berfikir strategis bagi pengelola perusahaan atau organisasi perlu di-laksanakan sesuai dengan tahap-tahap yang ada agar tujuan perusahaan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Tujuan perusahaan dapat diraih secara efektif artinya tujuan tersebut di-capai dengan tepat sasaran sesuai criteria-kriteria yang telah ditetapkan. Adapun terdi-capainya tujuan secara efisien maksudnya bahwa tujuan tersebut dicapai dengan biaya yang semini-mal mungkin dan dalam waktu yang secepat mungkin. Oleh karena itu, tujuan yang tercapai secara efektif dan efisien merupakan suatu tujuan yang dapat dicapai secara tepat sasaran sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan biaya dan waktu pengerjaan yang

Berfikir Strategis

17 seminimal mungkin. Tahap-tahap pembelajaran berfikir strategis meliputi tahap persiapan, tahap pengalaman, dan tahap evaluasi.

1. Tahap Persiapan (Preparation Stage)

Tahap persiapan ini menyiapkan bagaimana cara untuk membangun kebiasaan dan keahlian (skill) berpikir strategis bagi seorang eksekutif seperti seorang pemimpin perusahaan, manajer atau manajer perusahaan. Untuk memiliki kemampuan berpikir strategis, seorang pemimpin harus mempunyai alasan mengapa dia merasa sangat penting untuk memiliki skill atau keahlian berfikir strategis. Hal ini harus dimiliki dan tertanam dalam diri seorang pemimpin bahwa dia harus menganggap sangat penting untuk memiliki kemampuan berfikir strategis dalam rangka untuk mendorong atau memicu kebrhasilan perusahaan. Di samping itu, seseorang pemimpin jugaharus memiliki motivasi atau keinginan yang kuat untuk mempelajari kemampuan berfikir strtaegis tersebut meskipun dalam urusan yang sederhana sekalipun. Hal ini diperlukan karena proses pemikiran dan pembelajaran berfikir strategis kadang memerlukan waktu yang panjang dan lama untuk mencapai suatu titik. Keadaan semacam ini akan menjadi beban dan menjadi sangat melelahkan, sehingga dibutuhkan alasan dan motivasi yang mampu membuat seseorang bertahan dalam prosesnya.

Proses pembelajaran cara berfikir strategis, menurut para manajer dan pemimpin perusahaan serta eksekutif perusahaan memiliki berbagai macam cara mengaplikasikan dan cara mengembangkannya. Di sisi lain, mereka juga memiliki banyak arti terhadap berfikir strategis itu sendiri. Oleh karena itu, hal inilah yang membedakan skill dan cara mengapli-kasikannya yang pada akhirnya menjadikan kemampuan berfikir strategis yang dimiliki oleh setiap individu berbeda satu sama lainnya. Bab ini menjelaskan bagaimana para eksekutif perusahaan melatih, mengembangkan dan menggunakan skill berfikir strategis yang dimili-kinya untuk membantu mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan. Terdapat 2 komponen yang dianggap penting untuk dimiliki oleh seseorang ketika menerapkan kemampuan berpikir strategis yang akan mendorong efektivitas strategi yang akan diterapkan perusahaan yaitu: a) Komponen Affective (Komponen keinginan)

Seperti pada penjelasan di atas, dikatakan bahwa keinginan dapat menjadi dorongan yang sangat diperlukan oleh seseorang, agar mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan menjadi alasan kenapa dia harus mencapai sesuatu dengan berbagai cara, keinginan untuk menang, kemampuan untuk mencintai dan menikmati proses dapat menjadi alasan dan dorongan bagi seseorang untuk berusaha menciptakan atau men-dapatkan hasil yang terbaik dari proses berpikir strategis. Bahkan para eksekutif ahli dari perusahaanpun memiliki pendapat serta pemikiran yang mengatakan bahwa affective emotion merupakan dorongan terbaik untuk seorang individu memaksimalkan kemampuan bepikir strategisnya. Seorang eksekutif perusahaan Jepang menyatakan “Temukanlah sesuatu yang kamu cintai dalam hidup, dan kamu tidak menghasilkan uang dari apa yang kamu cintai itu, maka kamu akan mengetahui bahwa kamu sangat mencintai hal tersebut dan kamu akan berusaha melakukan apapun untuk melindungi hal tersebut dan dia mengatakan bahwa hal ini adalah pelajaran terpenting dalam pembelajaran berpikir strategis, dan kamu akan berhasil karena kamu akan melakukan apapun dengan strategi apapun untuk melindungi hal tersebut, sehingga sudah jelas bahwa rasa cinta, keinginan untuk menang dan lain-lain merupakan komponen atau dorongan terkuat dalam praktek penerapan berpikir strategis”.

b) Komponen Cognitive (Komponen Kognitif)

Komponen kognitif atau lebih sederhananya merupakan kemampuan berpikir, meng-analisa atau kemampuan intelektual adalah alat yang diperlukan untuk membentuk pola pikir yang dapat membantu seorang individu melatih kemampuannya menganalisa, memahami peluang dan resiko serta mengkaji kemungkinan dan pilihan yang ada secara lebih baik. Komponen ini cukup vital karena semakin sering dilatih maka akan lebih ter-lihat lagi bahwa kemampuannya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Semakin baik aspek kognitif yang dimiliki oleh seorang individu, maka pandangan yang dimilikinya akan semakin luas. Contohnya adalah ketika 2 individu yang berbeda dihadapkan pada permasalahan yang sama, maka dimungkinkan bahwa akan muncul solusi pemecahan masalah yang berbeda dan pendekatan pemecahan yang berbeda pula. Tentu saja secara langsung atau tidak aspek kognitif yang dimiliki mempengaruhi individu dalam peng-ambilan keputusan. Bagi individu yang lebih sering melatih dan mengasah kemampuan kognitifnya, maka akan lebih cepat dan mampu menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan yang terbaik dan simple atau sederhana. Namun tentu saja komponen ini berbeda pada setiap orang, sehingga keinginan untuk melatih, mempelajari dan mem-buka pandangan menjadi metode terbaik untuk melatih kemampuan ini juga berbeda-beda untuk setiap orang.

2. Tahap Pengalaman (Experience Stage)

Kita sering mendengar peribahasa yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik. Pengalaman dapat menjadi guru terbaik ketika kita ingin mengembangkan keahlian kita dalam berpikir strategis. Pengalaman yang kita alami mampu memberikan banyak pengaruh ketika melalui tahap untuk berpikir strategis yang digunakan dalam proses perencanaan serta strategi yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan yang mungkin akan menghalangi pelaksanaan rencana tersebut di masa mendatang. Pembelajaran ber-dasarkan pengalaman telah diterapkan oleh banyak individu sejak beberapa tahun terakhir menjadi bagian penting dalam pembelajaran serta penerapan cara berpikir strategis. Seorang yang ahli dalam praktik berpikir strategis selalu melakukan pembelajaran dan mengembang-kan skill berpikir strategisnya melalui pembelajaran yang tidak formal dan terutama ber-dasarkan pada pengalaman yang dimiliki. Ketika seseorang memiliki pengalaman pada suatu bidang atau disiplin ilmu tertentu, maka orang tersebut akan mampu mengetahui langkah apa yang perlu diambil dan arah mana yang harus dilewati. Dia juga memahami mengenai keputusan apa yang harus dihindari untuk mempermudah jalan mencapai tujuan yang diinginkan dan antisipasi apa yang perlu dilakukan ketika terjadi masalah. Tentu saja hal ini memerlukan pengalaman yang tidak sedikit hingga orang tersebut dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran melalui pengalaman terbagi dalam 2 jenis, yaitu pengala-man yang dimiliki karena kejadian masa lalu (prior experience) dan pengalaman yang terjadi di masa sekarang atau yang didapat dari menghadapi permasalahan yang ada (current experience). Kedua jenis pengalaman tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a) Pengalaman berdasarkan kejadian masa lalu (prior experience)

Pengambilan keputusan merupakan bagian penting dalam menjalankan fungsi perusa-haan. Terkadang hal ini menjadi penting ketika keputusan yang diambil mempengaruhi strategi yang dijalankan. Namun terkadang keputusan yang diambil memiliki kesamaan yang hampir serupa dengan kejadian masa lalu yang pernah dialami sebelumnya bahkan hampir sama dengan perngalaman yang dialami oleh orang lain. Di sinilah peran pengalaman di masa yang lalu dapat digunakan, dengan membandingkan pengalaman

Berfikir Strategis

19 masa lalu maka dapat menutup gap seperti kurangnya informasi tentang permasalahan, langkah yang perlu diambil bahkan ketakutan yang dialami ketika tidak adanya penge-tahuan tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi tersebut. Bahkan para eksekutif perusahaan, manajer serta pemilik perusahaan melakukan hal yang hampir serupa ketika menghadapi permasalahan yang tidak mereka ketahui sebelumnya

b) Pengalaman sekarang (current experience)

Pengalaman yang dimiliki sekarang atau current experience yang dimiliki oleh seorang individu datang atau didapat dari berbagai macam cara, baik secara langsung atau tidak langsung. Pengalaman dapat diperoleh dari berbagai sumber, contohnya yang didapat-kan langsung dari sebuah kegiatan atau yang tidak langsung dari hasil diskusi, bertukar pikiran ataupun dari pengalaman orang lain. Semua pengalaman tersebut dapat diguna-kan dalam tujuan untuk menciptadiguna-kan strategi terbaik untuk menghadapi permasalahan atau juga untuk mencapai tujuan bahkan juga sebagai alat pembanding yang dibutuhkan untuk menutup gap yang ada ketika mengambil sebuah keputusan yang mampu mem-pengaruhi hasil akhir yang diinginkan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwadengan pengalaman yang dimiliki dan data yang dimiliki kita mampu menarik kesimpulan ter-baik yang dapat diambil untuk menentukan variabel terter-baik yang mampu memberikan hasil terbaik.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengalaman tentang kesuksesan masa lalu dalam hidup mampu memberikan pengaruh positif dalam pemikiran kita masa depan. Berbagai macam percobaan, yang melibatkan dialog, debat serta cerita tentang ber-bagai pengalaman dan diskusi mampu memberikan keterbukaan dalam pemikiran yang memberikan seorang individu mimiliki keberanian untuk menerapkannya dalam praktek di kehidupan nyata. Seorang manajer di suatu perusahaan dapat mengumpulkan para ekse-kutifnya untuk diajak berdiskusi dalam beberapa bulan sekali atau berdebat dalam berbagi pemikiran tentang berbagai pemecahan masalah perusahaan. Berbagai skenario dapat didiskusikan dari berbagai pengalaman yang hasil akhirnya dapat diterapkan guna untuk mengambil keputusan yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Contoh di atas merupakan bentuk pengalaman yang mampu mendukung sekaligus meningkatkan efektivitas dari penggunaan skill berpikir strategis. Para eksekutifbiasa meng-gunakan pengalaman yang dimilikinya sekarang dan kemudian mengmeng-gunakan pengalaman yang dimiliki di masa lalu untuk meningkatkan efektifitas dari strategi yang digunakan, dan yang lebih mengejutkan adalah pengalaman yang digunakan terkadang bukan merupakan pengalaman yang dialami sendiri atau berhubungan dengan permasalahan sekarang, namun lebih kepada bentuk pengalaman kesuksesan di masa lalu dan juga terkadang lebih ber-hubungan kepada kegiatan yang menarik dalam kehidupan dan tidak langsung berkaitan dengan keputusan yang harus diambil disaat sekarang. Seorang eksekutif dari sebuah per-usahaan finansial menceritakan bahwa, ketika berusaha memecahkan permasalahan yang dihadapi terkadang dia berpikir lagi untuk mengingat pengalamannya tentang kesuksesan-nya di masa lalu yang mampu memberikan petunjuk dalam mengatasi permasalahankesuksesan-nya, bahkan dia menyatakan bahwa dia sering melakukan hal tersebut ketika menghadapi kepu-tusan yang sulit.

Contoh pengalaman eksekutif di atas merupakan bukti bahwa pengalaman kesuk-sesan masa lalu dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir strategis, sekali-gus juga menjadikan keahlian tersebut menjadi lebih efektif untuk digunakan. Pengalaman

yang dapat digunakan tidak harus selalu berhubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau dengan tujuan/rencana yang ingin dicapai. Terkadang yang kita butuhkan adalah sebuah perasaan nyaman dan rasa percaya diri dari keberhasilan pengalaman di masa lalu yang mampu memberikan dorongan untuk dapat melewati permasalahan atau mencapai keberhasilan yang diinginkan dengan mengambil keputusan yang tepat.

3. Tahap Evaluasi Kembali (Re-Evaluation Stage)

Pada 2 pokok bahasan sebelumnya telah dijelaskan berbagai faktor apa yang dibutuhkan untuk mempelajari cara berpikir strategis, membiasakan berpikir strategis, dan meningkatkan efektifitas dari kemampuan berpikir strategis dengan pengalaman yang dimiliki. Tentu saja hal tersebut penting untuk mendukung pembelajaran serta membentuk cara berpikir stra-tegis, namun ada lagi faktor penting yang menjadi bagian terakhir yang menyempurnakan pembelajaran berpikir strategis. Faktor penting tersebut adalah “reflection” atau dapat diarti-kan sebagai proses refleksi yang bertujuan untuk menyempurnadiarti-kan proses pembelajaran berfikir strategis. Refleksi yang dilakukan secara berulang-ulang dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak kapasitas pembelajaran yang telah kita serap, seberapa besar perkem-bangan kemampuan yang telah dimiliki, bahkan juga dapat digunakan mengkoreksi kembali pengalaman di masa lalu yang berguna untuk menambah pengetahuan di masa depan. Hal ini dilakukan karena sebenarnya kemampuan untuk berpikir strategis merupakan bentuk kemampuan yang didapatkan melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, langkah demi langkah dilakukan secara berulang-ulang sehingga dengan sendirinya akan menjadi alami dan dapat digunakan sewaktu dibutuhkan.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa seorang eksekutif yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka merefleksi atau mereview kembali semua keputusan dan strategi yang telah dijalankan. Hal ini digunakan untuk mengetahui seberapa efektifkah strategi yang telah diambil. Eksekutif tersebut akan meminta para senior dan junior eksekutif di perusaha-annya untuk menguji trategi yang telah dijalankan untuk mengetahui apakah strategi tersebut sudah dapat dianggap sebagai strategi atau keputusan yang terbaik atau belum. Bukan hanya sampai disitu saja, eksekutif tersebut biasanya meminta pendapat dari orang yang tidak dikenalnya untuk menilai keputusannya. Perilaku ini menunjukan bahwa pembelajaran berpikir strategis bukan hanya dilakukan ketika diperlukan, melainkan diperlukan pemikiran dan refleksi yang terus menerus untuk setiap langkah yang bertujuan untuk menyempurnakan keahlian tersebut.

2.3. Informasi dan Pengetahuan

Apakah maksud dari perencanaan dan berfikir strategi, implementasi strategi atau penilaian strategi? Kata kunci yang disajikan dalam bagian ini adalah belajar domain. Secara khusus, domain memiliki hubungan penting dengan berpikir strategis. Bagian ini terdiri dari dua pembahasan. Bagian pertama membahas perbedaan antara data, informasi dan pengetahuan yang memberikan gambaran tentang domain pembelajaran kaitannya dengan pembelajaran berfikir strategis. Bagian kedua membahas dua domain spesifik pembelajaran yang penting untuk memfasilitasi pemikiran strategis, yaitu disebut sebagai domain surfing dan domain menyelam. Domain pembelajaran ini diperlukan untuk berpikirstrategis. Bekerja dengan klien dalam praktek konsultasi sangat penting bagi mereka untuk memiliki informasi tentang belajar mengenai domain sebagai pedoman untuk memilih domain yang tepat dalam situasi strategis tertentu.

Berfikir Strategis

21 Titik awal dalam diskusi tentang pembelajaran dan pemikiran strategis adalah untuk membedakan antara data, informasi dan pengetahuan. Sebuah informasi dapat diperoleh berasal dari data dan diberikan makna melalui interpretasi fakta atau statistik. Tujuan dari informasi adalah untuk membangun pengetahuan menggunakan domain permukaan pem-belajaran. Pengetahuan adalah informasi yang dibingkai berdasarkansistem kepercayaan implisit. Proses yang digunakan untuk mengubah informasi menjadi pengetahuan adalah belajar.

Pengetahuan adalah hasil dari bagaimana informasi tersebut telah ditafsirkan dalam konteks dan makna yang telah diberikan. Seperti John Dewey mencatat, tujuan pengetahuan adalah rekonstruksi dan makna keputusan, halini membuatnya sangat bergantung pada interaksi sosial, dialog dan penyelidikan kritis. Dalam rangka untuk meningkatkan penge-tahuan ke dalam pembelajaran diperlukan untuk membuat inovasi, strategi kompetitif yang berkelanjutan, kita harus mengubah informasi dan pengetahuan ke dalam pembelajaran strategis melalui transfer. Hal ini berguna untuk memahami berbagai domain belajar untuk berpikir tentang implikasi untuk mengembangkan pemikiran strategis.

Pengetahuan dan pembelajaran sangat penting untuk kepercayaan dan asumsi yang mendasar untuk inovatif, adaptif dan kapasitas strategis yang berkelanjutan. Strategi harus bersedia untuk mencari fakta-fakta yang dapat dipercaya dan bersedia untuk mengeksplorasi kemungkinan lain. Pengetahuan pemikiran strategis memberikan manfaat ketika perspektif berbagai sumber informasi, pengalaman manusia, proses reflektif kembali, berpikir kreatif, dialog dan teknologi pendukung yang terintegrasi penuh. Mereka yang bertanggung jawab untuk berpikir strategis harus terus didorong untuk mencari pengetahuan baru dan diper-barui, yangbiasa mengalami tantangan dan ditantang sebagai sarana pengujian kompetensi strategis profesional. Berbagai pengetahuan difasilitasi melalui dialog, Teknologi Informasi sistem dapat mendukung dialog ini. Sistem teknologi hanya menyimpan dan mentransfer data serta informasi yang telah atau akan ditafsirkan dalam konteks mereka yang berusaha untuk membuat rasa data ini berdasarkan pengetahuan mereka sendiri diperoleh dari penga-laman masa lalu mereka.

1. Pengetahuan Praktis

Perbedaan antara domain pengetahuan praktis dan abstrak adalah pertama-tama dilakukan oleh Filsuf William James pada pergantian abad ke-20. Referensi mereka sebagai penge-tahuan tentang pengepenge-tahuan dan kenalan. Mempelajari pengepenge-tahuan tentang pengepenge-tahuan mengharuskan kita secara efektif mentransfer informasike dalam model konseptual dan kerangka kerja. Untuk membuat strategi, kita sering belajar cara ini melalui kerja instruksi-onal toko, video, kuliah, bacaan, seminar, program berbasis web dan lainnya. Metode pem-belajaran langsung dirancang untuk mengajar berbagai model analisis, metode pelaksanaan dan sebagainya. Arti dari informasi tersebut adalah ditafsirkan melalui frame peserta didik dari referensi, yaitu pemikiran atau kerangka teori tertentu seperti profesor, pelatih, konsul-tasi atau sekolah. Inilah yang dimaksud oleh James yang disebutnya sebagai pengetahuan dari kenalan yang dapat dipelajari melalui pembelajaran informal, melalui pengalaman pribadidan dari struktur kegiatan lainnya.

Kembali kita diskusikan tentang domain. Berbagai penulis telah membedakan masalah terstruktur dan tidak terstruktur dalam domain yang berbeda dari pembelajaran.

Dalam dokumen ISBN > (Halaman 22-33)