• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKAN CUMA SISI LAIN GERAKAN MAHASISWA

Dalam dokumen 80143664 Edisi Khusus Reformasi. pdf (Halaman 43-45)

bangkan rezim orde baru. Gerakan ini bukan sekedar gerakan ma- hasiswa, mereka mampu melengserkan Bapak Pembangunan, Soe- harto. Disadari atau tidak, media yang ada sudah menjadi corong elit saat itu. Mereka butuh sebuah media propaganda terpercaya sekaligus objektif dengan khas kejurnalistikan. Ditengah kondisi

kaotik itulah, Persma memegang peranan penting. Sofyan, dosen UI yang juga alumni UI membenarkan ”Kekuatan media saat itu sangat berpengaruh, oleh karena itu setiap media yang dikeluarkan oleh Persma universitas pasti menjadi hal-hal yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar mahasiwa”

Keberadaan Persma pada era reformasi tidak begitu banyak dibicarakan dan dikenang oleh masyarakat luas karena tenggelam oleh berbagai isu kekerasan dan manuver politik elit-elit mahasiswa.

Pers maHasiswa,

BUKAN CUMA SISI LAIN

GERAKAN MAHASISWA

Edisi Khusus 10 Tahun Reformasi 1

Rezim yang berkuasa selama puluhan tahun telah memangkas hak manusia untuk memperoleh informasi. Sudah banyak media yang dibredel, dan yang bertahan hanya bisa memberitakan “Atas Petunjuk Bapak”. Ketika gerakan reformasi terjadi 10 tahun yang lalu, akses informasi menjadi hal yang sangat penting. Terutama bagi mahasiswa, gerakan mereka tidak boleh terdistorsi oleh kepentingan media yang saat itu diyakini sebagai antek pemerintah. Pada saat itu, Pers Mahasiswa (Persma) datang memberikan solusi.

Pada 1998, hampir semua universitas di Indone- sia, terutama Pulau Jawa, mempunyai lembaga jurnalistik dan media yang diterbitkan. Sebut saja Suara Mahasiswa di Universitas Indonesia (UI), Universitas gajah mada (UGM) dengan Balairung-nya, Trisakti dengan Galang, dan Uni- versitas Diponegoro (Undip) Semarang dengan Opini. Mereka sendiri-sendiri mempunyai peran yang sangat signifikan dan tidak bisa dipisahkan dari gerakan di daerah mereka masing-masing..

Mereka bukan saja hanya meliput berita yang terjadi dan menyampaikan berita saja tetapi juga membangkitkan kesadaran mahasiswa untuk bertindak terhadap pemerintahan yang dinilainya sudah tidak baik lagi. Biasanya produk Persma yang diterbitkan menjadi asupan mahasiswa akan isu politik saat itu sehingga perannya jelas konkrit dirasakan oleh mahasiswa.

Namun, Persma bukanlah tanpa kesulitan. Ada saja kendala yang mereka hadapi, baik dalam segi pemberitaan ataupun penulisan. Tarik menarik kepentingan menjadi masalah utama di dalam “dapur” Persma itu sendiri untuk bisa independen. ”Di era reformasi, banyak kelompok- kelompok atau organisasi yang muncul di kalan- gan mahasiswa dan dari setiap kelompok tersebut mempunyai visi dan misi yang berbeda. Sebut saja ada kelompok ’hijau’ dan ’merah’, ketika

kita menuliskan tentang salah satu kelompok, di pikiran kelompok lain kita membela kelompok tersebut, jadi saat itu sebenarnya sulit juga media untuk independen” jelas Sofyan.

Jatuh Bangun

Banyak sisi lain dan cerita unik dibalik perjuangan Persma pada tahun 1998 dalam menjalankan tugas sebagai jurnalis mahasiswa. Semuanya berawal dari sikap represif rezim orba terhadap Persma. Rezim Orba melakukan pengekangan lewat Peraturan Menteri Peneran- gan (Permenpen) RI No. 01/Per/Menpen/1975, yang menggolongkan pers mahasiwa sebagai penerbitan khusus yang bersifat non-pers. Su- rat Edaran Dikti No.849/D/T/1989 mengenai Penerbitan Kampus di Perguruan Tinggi ikut mengekang gerakan Persma. Melalui peraturan- peraturan tersebut peran Persma diamputasi sehingga tidak leluasa lagi menulis hal-hal di luar persoalan akademik (kampus-red) dan men- galami pengkotak-kotakan. Mahasiswa Fakultas Ekonomi hanya boleh bicara tentang ekonomi, dan mahasiswa Fakultas Teknik hanya boleh bicara soal teknik. Alhasil Persma terisolir dari

persoalan kemasyarakatan lainnya. Cocok sudah istilah ilmuwan ada di menara gading, yang juga bisa direpresentasikan oleh mahasiswa. Pada periode tersebut juga terjadi pembredelan terha- dap sejumlah pers mahasiswa.

Teguh Santosa, Ketua Lembaga Pers Ma- hasiswa FISIP Universitas Padjajaran (Unpad), Polar, periode 1996-1998 pernah mengecap sakit- nya pembredelan. Polar yang menjadi sarana pro- paganda mereka untuk menolak rezim Soeharto dibredel pemerintah akibat pemberitaannya yang menyebarluaskan rekomendasi agar Soeharto tidak dipilih kembali pada pemilihan umum (pe- milu) 1998.

”Kami memutuskan untuk membuat reko- mendasi politik, yang butir pertamanya meminta agar Soeharto tidak dipilih lagi dalam pemilu 1998. Rekomendasi politik itu disebar ke banyak tempat di dalam kampus dan sekitar kampus Jatinangor. Majalah kami kemudian dinyatakan dilarang beredar di kampus. Bahkan dinyatakan terlarang oleh Rektorat dan Dekanat dan sejak itu kami tidak dapat bekerja bebas” pungkas Te- guh.

liputan khusus

Tidak hanya itu, base camp pers mahasiswa pun tak luput dari pantauan orang-orang tertentu, ba- hkan elit politik saat itu. Gerakan Elang (Galang)

Trisakti mengalami merasakan langsung infiltrasi pihak luar ke dalam kampus. ”Sekretariat kami sering diteror, dikecam untuk bubar, sweeping, dan sebaginya tapi kita tetap harus bertahan, ti- dak takut sama tekanan” ujar Dorry Herlambang, anggota pers mahasiswa Galang Trisakti yang sekarang menjadi staf pengajar jurusan Arsitektur Trisakti.

Selain tekanan dari beragam pihak, menurut Teguh, ada beragam permasalahan intern yang harus dihadapi Persma dahulu untuk menyampai- kan pemberitaannya ke mahasiwa. Permasalahan itu sangatlah beragam, mulai dari layout majalah, cetak, sampai pendistribusian.”Setelah saya kerja di koran, saya selalu tersenyum bila ingat masa- masa di kampus.” kenangnya.

Bergerak!

UI pun punya cerita di balik kontribusi itu. Suara Mahasiswa UI, sebagai Persma tingkat Universitas di UI menerbitkan harian berge-

rak! Sebuah harian yang waktu itu hadir antara perbedaaan-perbedaan ideologis antara gerakan mahasiswa. Achmad Nurhoeri, pemimpin umum saat itu mengungkapkan bahwa bergerak! tidak memihak satu ideologi tertentu. Terbit perdana pada 10 Maret 1998, bergerak! merupakan satu- satunya media jurnalistik mahasiswa UI di tahun 1998 yang menjadi corong pemberitaan aktivitas mahasiwa dan kejadian seputar reformasi.

Dalam menyajikan berita, bergerak! mempu- nyai kewajiban untuk memberikan baik kepada para mereka yang bukan dan aktivis dan maupun para aktivis. Untuk berusaha membujuk mahasis- wa UI yang awam politis untuk ikut serta dalam gerakan, bergerak! memilih menggunakan gaya bahasa yang mudah dimengerti, lugas, mudah, dan komunikatif. Sedang untuk kewajiban kedua, bergerak! memposisikan diri sebagai alat pergera- kan yang objektif dan tidak memihak. “Bahkan kalau mahasiswa salah, kami akan katakan me- reka salah!” tukas Wien Muldiyan, Pemimpin Perusahaan bergerak! ketika itu. Sampai saat ini, bergerak! telah dua kali dijadikan tema penelitian. Pertama oleh Satrio

Arismunandar untuk tesisnya pada Universitas Indonesia. Yang kedua, disertasi di Cornell University.

Sama seperti Persma universitas lain, harian Bergerak! pun dihinggapi masalah tersendiri. Mu- lai beragam teror dari pihak luar hingga pemang- gilan dari pihak universitas. Tapi dari sekian ceri- ta ’mencekam’ dibalik perjuangan pers mahasiswa, terselip juga kisah haru. ”Sewaktu kita pindah sementara ke Salemba, di saat keadaan genting banyak kerusuhan di mana-mana, tanggung jawab menyelesaikan semua berita yang masuk untuk diedarkan, kami tidak bisa keluar dari ruangan karena melihat situasi yang memang tidak aman. Bahkan hanya untuk mencari makan ke luar tidak bisa. Pada saat itu kami berpikir untuk memang tidak bisa makan dan total bekerja. Tapi, entah dari mana, ada saja makanan, nasi bungkus, yang dikirimkan pada kami. Ada isu makanan tersebut dari pihak tertentu yang ingin ’mencari muka’ tapi kami tidak peduli.” jelas Irfantoni, layout desainer bergerak! ketika itu.

Selain itu ada pula simpati yang datang dari masyarakat luas. ”Sampai-sampai pada waktu itu, ada seorang ibu yang rela datang ke tempat kami membawa pisang goreng yang ia sengaja masak untuk kami”lanjut Irfan Toni sambil tersenyum.

NOVIE & DENISSA

Edisi Khusus 10 Tahun Reformasi 3

liputan khusus

DOK.SUMA

”sekretariat kami sering

Dalam dokumen 80143664 Edisi Khusus Reformasi. pdf (Halaman 43-45)