• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Lingkungan dari Perkebunan Kelapa Sawit

Kehadiran perusahaan memunculkan sejumlah persoalan utama lingkungan di Distrik Tomage. Salah satunya, limbah perkebunan tidak dikelola dengan baik sehingga mencemari ke sungai-sungai sekitar distrik.

Sekarang memang jalan sudah bagus, tapi kendalanya dari sawit ini ya bikin kita orang kecewa .... Bagus, memang bagus, tapi dia punya efek banyak. Dulu memang kita bicara begitu, sawit ini dia punya limbah banyak, tapi dari dorang-dorang itu bilang, “Tidak ada, limbah nanti kita gali parit. Gali kolam untuk limbah itu”. Padahal ternyata bikin parit besar-besar, menuju sungai yang ada kita tinggal itu. Dia bilang, “Tidak, cuma tanam saja, tidak buat

Mendengarkan Suara Perempuan Adat 115

sesuatu.” Padahal lama kelamaan nanti naik di atas baru liat tanah su rusak-rusak ... itu bolong-bolong ke sana. Baru kalau hujan, dia mengalir ke sungai.

Hujan mengalir ke sungai sebelah. Dia [perkebunan] di atas gunung toh. Jadi lama-lama dia turun di Kali Donar ... dari sini mengalir ke Sungai Wamar.

Semua sungai kena. FB

Akibat pencemaran sungai ini, masyarakat lokal kini sulit mendapatkan air bersih dan perempuan harus bekerja lebih keras untuk bisa mendapatkan air bersih bagi keluarga mereka. Masyarakat lokal juga sudah tidak lagi makan ikan dari sungai karena beresiko membahayakan kesehatan mereka.

Jadi, kita kira bagus padahal dia [perkebunan kelapa sawit] pu efek tinggi.

Baru tadi malam kenyataan to, air juga susah. Mereka mau pergi dong, air minum yang di apa ... itu juga setengah mati untuk dong timba. Ada yang berdiri sampai malam, sampai pagi lah, baru dapat sedikit, pulang. Baru apa lagi, kalau lebar begitu, kita menderita. Kita ini tidak, tapi anak cucu kita ini harus dapat resikonya. Kita mau bilang tidak bagus, tapi dia sudah terlanjur masuk .... Nanti lama-lama nanti jadi apa. Ikan juga kita cari setengah mati, mau apa. Ikan sembilan yang samping dua-dua itu ada sisik, tulang belakang satu, itu juga, jarang baru dapat. Dulu pergi buang mata kail begini saja su tarik. Sekarang ada yang luka, ada yang kurus. Dagingnya makan tidak seperti ikan lagi, macam lembek begitu. FB

Katong su tra bisa minum air kali lagi karena su kuning. Kalo hujan, katong tadah air untuk minum. Jika tak ada hujan, katong ambil ember-ember ambil di kali. Air kali ini sekarang harus dimasak dulu. Mungkin limbah masuk. FE Adanya sawit di sini memang kita rasa senang, tapi dibalik itu kita bisa rasa susah karena dampaknya itu air yang biasa kita minum dari dulu, sekarang tidak bisa minum lagi. Ikan yang dulu kita makan, sekarang sudah tidak bisa makan lagi. Karena kalau makan, beberapa tahun kemudian kita bisa dapat penyakit-penyakit apa saja yang bisa rasakan dalam tubuh. FD

Tak hanya mencemari ekosistem laut, keberadaan perkebunan sawit juga mengancam ekosistem darat. Masyarakat lokal tak lagi bisa mengandalkan hutan sebagai sumber penghidupan mereka karena hutan adat yang dulu mereka miliki kini sudah berubah menjadi kelapa sawit.

Burung pun Tak Ada Lagi 116

Kita punya hewan-hewan juga sudah lari jauh dari hutan-hutan yang di kampung ... tong punya hutan-hutan dulu kan dekat-dekat, tapi sekarang doser sudah gusur semua, hutan itu sudah tidak ada. Punya sagu-sagu juga satu-satu di padang itu sudah tidak ada. Jadi kitong mau pangkur sagu dekat-dekat tidak ada. Terpaksa kitong pergi cari dusun sagu yang jauh-jauh baru tong bisa pangkur sagu di situ untuk makan. Tong punya kayu-kayu yang bisa pakai untuk bikin rumah, macam kayu besi, kayu bintangur, sudah kasih habis, sudah digusur kasih habis. Jadi, bikin rumah harus beli kayu dulu dari tempat lain, padahal dulunya itu tong punya kayu dekat-dekat saja, dekat-dekat hutan. Tinggal sensor kasih keluar langsung angkat taruh di pinggir rumah.

Tapi, sekarang ini susah; cari kayu ke hutan sana, setengah mati. FD 

Sawit ini ... kita bilang bagus memang bagus, tapi di belakangnya ... sedangkan yang baru ini saja, kita sudah merasa sedikit-sedikit dia pu kendala dari ikan, dari hewan-hewan ini, makin lama makin jauh, burung jauh. Untung-untung dia masuk di padang, kalau di hutan lebih jauh lagi. Kita mau berburu itu setengah mati baru kita dapat binatang. Terpaksa kita harus lari di sini, ada yang jerat baru kita ambil .... Mereka [bapak-bapak] berburu itu jauh. Dengar suara burung itu kayak tidak ada suara burung, nanti sudah datang di [kilometer]

35 baru dengar suara burung. FB

Terancamnya ekosistem laut maupun darat di distrik ini cukup merugikan masyarakat adat, terutama perempuan adat. Gaji yang mereka terima sebagai buruh harian lepas di perkebunan sawit masih tidak cukup untuk menopang kehidupan mereka sehingga mereka masih sangat bergantung pada alam, terutama untuk makanan sehari-hari. Ketergantungan kepada alam ini menjadi pekerjaan tak berbayar yang umumnya dilakukan secara turun-temurun oleh banyak perempuan di Distrik Tomage.

Saya biasa pancing. Dapat ikan gastor, mujair, lele. Sekali pancing bisa dapat 5-6 ekor. Tidak dijual karena untuk makan sendiri saja. Cuma pakai tali dan nilon saja. FQ

Untuk kebutuhan sehari-hari kami berkebun, pangkur sagu, berburu di hutan dan memancing ikan untuk makan saja. FE

Sa sekolah sampai kelas 4 SD. Setelah itu, bantu-bantu Mama untuk pangkur sagu ke dusun, pancing ikan-ikan asar. Tidak dijual, dimakan sendiri. FC

Mendengarkan Suara Perempuan Adat 117

Setelah melihat untung-rugi kehadiran perkebunan kelapas sawit, banyak perempuan adat yang menyadari pentingnya menjaga kelestarian alam demi masa depan generasi muda mereka. Mereka khawatir bahwa kerusakan lingkungan yang berkelanjutan dapat membahayakan tak hanya hidup mereka, tapi juga anak cucu mereka.

Nanti kalau saya su tidak ada, anak cucunya nanti dong berteriak seperti itu kah, lama-lama dong bilang apa, “Nene dorang, tete dorang ini yang kasih masuk barang ini, sehingga kita juga bisa dapat seperti ini. Kalau nene dan tete tidak usaha supaya sawit ini tidak masuk, berarti kita juga senang seperti kampung-kampung lain” .... Ya sawit, masa depan ini, kira-kira dia harus berhenti ... kita punya hati macam luka ... Kita pu masa depan itu, kalau kita sudah mati kita punya anak-anak ini, mau bikin apa ke depannya? FB Kitong berpikir ke depan, kita punya anak-anak mau sekolah, jadi jangan kita mengharap kelapa sawit ini. Memang kita kerja sekarang baik, tapi ke depannya itu ada efek di belakang ... Jadi, kitong bilang kelapa sawit ini masuk, kitong senang. Tapi di belakang itu, kitong pikir, kitong punya anak cucu ini mau hidup di mana. ... Mama harapkan itu bekerja di sawit dan mama bikin kebun. Karena Mama pikir ke depan itu sa punya anak-anak sekolah. Macam sawit sudah berapa tahun kemudian, kitong tidak kerja, itu bisa ambil hasil dari kebun, bisa pergi jual, bisa jamin kitong punya anak-anak sekolah. Jadi, kitong tidak bisa harap kelapa sawit, karena kelapa sawit ini sekarang ini susah. Susah itu karena dia pu dampak. Dampak itu kitong punya air ini, kitong punya ikan. FD

Burung pun Tak Ada Lagi 118

Lembah Kebar. Foto oleh tim AJAR/PWG, awal 2020.

8