• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak turut campur

Hak turut campur merupakan wewenang pemerintah atau kreditur berdasarkan kontrak atau berdasarkan peraturan perundang-undangan negara terkait, untuk mengambil alih badan usaha dalam situasi tertentu. Hak turut campur bagi pemerintah pada umumnya hanya dapat dilaksanakan apabila proyek terkait menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan yang tinggi, ancaman terhadap keamanan nasional, atau apabila ketentuan hukum mengharuskan pemerintah mengambil alih proyek. Pemerintah juga mungkin mengakhiri perjanjian KPS dan mengambil alih proyek apabila badan usaha gagal memenuhi kewajiban penyediaan layanan.

Kreditur pada umumnya melaksanakan hak turut campur apabila badan usaha gagal memenuhi kewajiban pembayaran utangnya, atau apabila kontrak KPS tersebut terancam diakhiri akibat kegagalan memenuhi kewajiban penyediaan layanan.

Dalam situasi ini, kreditur pada umumnya akan menunjuk manajemen senior baru atau perusahaan lain untuk mengambil alih badan usaha. Penting bagi pemerintah maupun kreditur untuk memiliki kerangka kerja dan jadwal yang jelas untuk melaksanakan hak turut campur mereka, sehingga mereka dapat menerima informasi pada saat masalah mulai terjadi dan dapat mengambil tindakan korektif. Bab 3.4: Menyusun Rancangan Kontrak KPS memberikan perincian lebih lanjut mengenai prosedur untuk memasukkan klausul mengenai hak turut campur dalam suatu kontrak KPS.

1.4.3 Peranan Pembiayaan Pemerintah dalam KPS

Penggunaan pembiayaan swasta secara eksklusif bukan merupakan karakteristik yang menentukan suatu KPS – pemerintah juga dapat membiayai proyek KPS, baik seluruhnya maupun sebagian. Mengurangi jumlah investasi modal yang diperlukan dari pihak swasta mengurangi dampak transfer ri siko – memperlemah insentif pihak swasta untuk menciptakan nilai yang sepadan dengan biaya, dan memudahkan pihak swasta untuk menelantarkan proyek apabila keadaan tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Akan tetapi, terdapat beberapa alasan yang menyebabkan pemerintah mungkin memilih memberikan pembiayaan bagi proyek KPS. Alasan-alasan tersebut antara lain adalah:

Menghindari premi risiko yang terlalu tinggi – pemerintah mungkin memandang premi risiko yang dikenakan oleh sektor swasta untuk proyek terkait terlalu tinggi dibandingkan dengan risiko proyek yang sebenarnya. Hal ini dapat merupakan keputusan yang sulit, mengingat pasar keuangan pada umumnya memiliki kemampuan lebih baik untuk menilai risiko dibandingkan pemerintah, tetapi mungkin berlaku bagi proyek atau pasar baru, atau dalam hal pasar keuangan mengalami guncangan.

Memitigasi risiko pemerintah – apabila pendapatan proyek tergantung kepada pembayaran rutin dari pemerintah, hal ini menimbulkan risiko bagi pihak swasta, yang akan tercermin dalam bi aya proyek. Apabila keandalan pembayaran pemerintah diragukan, subsidi pemerintah atau pembayaran di muka dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan hibah, dibandingkan dengan pembayaran teratur, dapat meningkatkan kelayakan proyek menurut bank dan mengurangi biaya proyek.

Meningkatkan ketersediaan pembiayaan atau mengurangi biaya pembiayaan – terutama ketika

pasar modal belum berkembang, atau terguncang, sehingga ketersediaan pembiayaan jangka panjang mungkin terbatas, maka pemerintah mungkin memutuskan untuk memberikan pembiayaan dengan persyaratan yang tidak akan tersedia dalam kondisi sebaliknya. Pemerintah seringkali memiliki akses untuk memberikan pinjaman lunak, yang dapat diteruskan untuk mengurangi biaya proyek infrastruktur. Hal ini mungkin juga merupakan bagian dari kebijakan yang lebih luas dengan melibatkan lembaga pembiayaan milik negara untuk memberikan pinjaman jangka panjang untuk tujuan pembangunan.

Pemerintah dapat berkontribusi dalam struktur pembiayaan suatu KPS melalui beberapa cara yang berbeda. Pemerintah dapat memberikan pinjaman atau pembiayaan hibah secara langsung kepada badan usaha, atau memberikan jaminan pemerintah untuk utang swasta. Bank pembangunan milik pemerintah atau lembaga keuangan lainnya juga dapat dilibatkan – baik dengan memberikan pembiayaan bagi KPS sebagai bagian dari portofolio yang lebih luas, atau didirikan secara khusus untuk mendukung program KPS. Terakhir, pemerintah mungkin saja tidak mengalihkan fungsi pembiayaan proyek KPS kepada sektor swasta, melainkan mempertahankan tanggung jawab berkelanjutan untuk belanja modal. Opsi-opsi tersebut dijelaskan secara lebih terperinci di bawah ini.

Pemerintah mungkin memiliki alasan yang lebih kuat untuk memberikan dukungan keuangan bagi KPS selama pasar modal mengalami guncangan, dan banyak pemerintah menerapkan dukungan keuangan dalam bentuk spesiik sebagai tanggapan atas guncangan pasar modal tersebut. Kotak 1.10: Pelaksanaan KPS selama Krisis Keuangan Global menjelaskan bagaimana beberapa pemerintah mendukung KPS selama Krisis Keuangan Global pada akhir tahun 2000an.

Kotak 1.10: Pelaksanaan KPS selama Krisis Keuangan Global

Krisis Keuangan Global yang terjadi pada akhir tahun 2000an mengurangi ketersediaan pembayaran berbasis utang untuk proyek KPS dan investasi serupa secara signiikan. Terdapat lebih sedikit kreditur yang bersedia memberikan pinjaman untuk proyek KPS – baik di pasar berkembang maupun pasar maju – dan persyaratan menjadi semakin ketat. Sebuah makalah IMF [#40] menyajikan bukti mengenai dampak krisis keuangan atas KPS.

Beberapa pemerintah menanggapi tantangan ini dengan menerapkan tindakan spesiik untuk mendukung KPS selama krisis. Di Kerajaan Inggris, Bendahara mendirikan Unit Pembiayaan Infrastruktur atau Treasury Infrastructure Finance Unit ("TIFU"), untuk memberikan pinjaman dengan tingkat suku bunga komersial bagi proyek-proyek KPS yang tidak mampu mendapatkan pembiayaan bank swasta dalam jumlah yang memadai. Catatan World Bank mengenai TIFU

[#106] menjelaskan pengalaman Kerajaan Inggris dengan PFI selama krisis kredit. Makalah

Foster mengenai pengalaman di Victoria, Australia [#105] menjelaskan bagaimana pemerintah melakukan penyesuaian berdasarkan masing-masing proyek, dengan melakukan perubahan prosedur alokasi risiko keuangan tertentu, termasuk memberikan jaminan jangka pendek.

Makalah Pusat Pengetahuan KPS Eropa atau European PPP Expertise Centre (“EPEC”) mengenai krisis keuangan dan Pasar KPS

[#79] memberikan ide-ide lebih lanjut mengenai langkah-langkah yang dapat diambil pemerintah untuk mendukung KPS dalam situasi ini. Langkah-langkah tersebut termasuk perubahan pendekatan pengadaan, pemberian jaminan Negara atau pemberian utang gabungan,

terutama sebagai tindakan jangka pendek, dan menyesuaikan struktur KPS untuk menarik jenis investor yang berbeda.

Utang atau Pembiayaan Hibah secara langsung dari pemerintah